Strategi
Pembangunan Indonesia
Fithra Faisal Hastiadi ; Peneliti dan Pengajar
pada Fakultas Ekonomi UI
|
REPUBLIKA,
04 September 2012
Krisis ekonomi yang menjangkiti dunia telah menjadi diskursus menarik.
Pilihan kebijakan yang efektif menjadi tema yang tak hentihen tinya
dibicarakan. Krisis kali ini merupakan hal yang tidak biasa, efeknya hanya bisa
ditandingi oleh Great Depression
berpuluh tahun lampau. Daya jangkit krisis sedemikian besarnya sehingga mampu
mengontrasi pertumbuhan ekonomi global tak terkecuali Indonesia.
Meski demikian, kita patut bersyukur bahwa di tengah krisis yang
sedemikian hebat masih ada triliunan euro yang berputar di dunia dalam bentuk
aliran investasi asing langsung (FDI). Berbeda dengan aliran investasi di pasar
finansial, FDI memiliki peranan yang cukup fundamental bagi perekonomian suatu
negara. Hanya saja, untuk dapat dialiri FDI dibutuhkan trik bersolek kelas
atas.
Dalam sebuah penelitian yang penulis lakukan pada 2011, didapati
beberapa faktor yang dapat memengaruhi aliran investasi asing di Indonesia. Faktor-faktor
tersebut, di antaranya, adalah performa ekonomi dalam bentuk pertumbuhan produk
domestik bruto, nilai tukar, ketersediaan infrastruktur, tenaga kerja yang
melimpah, terpenuhinya pendidikan dasar, suku bunga yang kompetitif, demokrasi,
dan integrasi perdagangan regional.
Dalam perkembangannya, factor-faktor tersebut dilengkapi dengan
beberapa indikator tata kelola pemerintah yang dipelopori oleh Bank Dunia
melalui Daniel Kaufmann. Indikator-indikator itu meliputi akuntabilitas,
kontrol terhadap korupsi, kualitas regulasi, dan kestabilan politik yang
dirangkum di dalam World Governance Index.
Di antara sebundel faktor penentu investasi tersebut, tentunya
menarik un tuk ditelusuri faktor-faktor yang menjadi prioritas sehingga dapat
menjaring investasi dalam jumlah besar. Dalam simulasi yang dilakukan penulis,
ditemukan fakta bahwa ketersediaan infrastruktur, nilai tukar yang stabil,
kestabilan politik dan kontrol terhadap korupsi menempati ranking teratas
mengalahkan beberapa faktor tradisional semisal demokrasi dan pertumbuhan PDB.
Hal ini tentu menyiratkan sebuah kecenderungan bahwa tingkat pertumbuhan
ekonomi dan demokrasi yang mumpuni tidak berperan utama dalam hal menarik
aliran investasi asing.
Fakta ini setidaknya bisa menyadarkan kita bahwa pemilu demokratis
yang telah kita lalui serta kegemilangan dalam mempertahankan tingkat
pertumbuhan ekonomi yang moderat di tengah krisis tidak lantas menyelamatkan
kita dari terjangan krisis di masa mendatang.
Pertumbuhan Ekonomi
Amartya sen, dalam bukunya yang berjudul Development as Freedom, dari jauh hari telah mengingatkan para
penguasa bahwa pertumbuhan ekonomi tidak bisa semata-mata ditujukan untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat. Lebih lanjut, Sen memberi saran untuk menjadikan
pertumbuhan ekonomi sebagai sebuah jalan bagi pemerintah dalam meningkatkan
fungsi pelayanan sosial kepada masyarakat.
Subsidi pendidikan, kesehatan, dan jaring pengaman sosial sudah
semestinya mendapat porsi utama dalam rencana jangka panjang pemerintah sebab
dengan fungsi-fungsi inilah pembangunan ekonomi yang sehat dan berkelanjutan
dapat dicapai. Visi jangka panjang dari pembangunan ekonomi Indonesia sudah
semestinya berfokus pada perluasan akses dan kesempatan masyarakat terhadap
pelbagai fasilitas ekonomi.
Tujuan-tujuan ini sebenarnya telah terangkum dalam Konsensus Washington melalui beberapa
poinnya. Poin pertama adalah melalui
disiplin fiskal di mana hal ini merupakan syarat utama dari sustainabilitas
Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN).
Sudah merupakan rahasia umum bahwa APBN merupakan alat diskresi
pemerintah yang paling ampuh, oleh karenanya dengan sistem money follow function, APBN dapat menopang laju pertumbuhan
ekonomi. Celakanya, semangat dari masing-masing departemen adalah menaikkan
rencana anggaran pada setiap tahun fiskal, hal ini pada gilirannya membuat APBN
tidak prudent dan rentan terhadap shock eksternal.
Asumsi disiplin fiskal juga merupakan fondasi demi menjalankan poin kedua dalam Konsensus Washington, yaitu memfokuskan
belanja pemerintah terhadap sektor-sektor yang dapat meratakan distribusi
pendapatan masyarakat seperti penyediaan infrastruktur publik, subsidi
kesehatan dan pendidikan. Pemenuhan akses publik ini tentunya dapat
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat secara umum.
Beberapa poin penting lainnya adalah mengenai liberalisasi dan
privatisasi. Liberalisasi yang dimaksud mencakup perdagangan, suku bunga, dan
investasi asing. Dalam formulasi pertumbuhan ekonomi, perdagangan memegang
peran an utama. Ekspor dalam hal ini merupakan mesin dari pertumbuhan ekonomi.
Ekspor yang berkesinambungan lajunya ternyata tak lepas pula dari sokongan
investasi asing. Investasi yang dilakukan oleh perusahaan multinasional
merupakan salah satu faktor penggerak ekspor Indonesia (Urata, 2009).
Lebih lanjut, kepemilikan asing melalui jalan privatisasi telah
mengenyahkan ketidakefisienan kerja dalam perusahaan bentukan pemerintah.
Maraknya kepemilikan asing dewasa ini merupakan suatu hal yang tidak perlu
ditakutkan, karena kepemilikan asing bukan berarti asing memiliki 100 persen
dari badanbadan usaha milik pemerintah, mayoritas kepemilikan tetap berada di
tangan pemerintah. Berkaitan dengan hal ini, UU No 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal (UU PM) telah menjadi payung hukum yang memadai.
Tujuan penanaman modal, seperti yang disebutkan dalam Pasal 3 ayat
2 UU PM, adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan
lapangan kerja, meningkat kan pembangunan ekonomi berkelanjutan, meningkatkan
kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, mendorong pembangunan ekonomi
kerakyatan, serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu sistem
perekonomian yang berdaya saing.
Dalam hal mencapai tujuan-tujuan tersebut, UU PM didukung beberapa
pasal seperti pada Pasal 10 ayat 1 yang mewajibkan para perusahaan penanam
modal untuk mengutamakan tenaga kerja Indonesia atau pada Pasal 13 ayat 1 dan 2
mengenai pengembangan penanaman modal bagi usaha mikro, kecil, menengah, dan
koperasi yang merupakan penyokong utama bagi penciptaan kesejahteraan rakyat
serta penopang pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar