Fenomena
Othman, Wali Kota Termuda di Dunia
Gilang Iskandar ; Direktur Eksekutif World
Peace Movement
|
SINDO,
27 September 2012
Atas undangan dari World
Peace Movement, wali kota termuda di dunia dari Palestina Bashaer Othman
berada di Jakarta pada 10–15 September 2012. Media massa Indonesia memberikan
porsi liputan yang tergolong luar biasa kepada Bashaer.
Memang ada beberapa “daya tarik”bagi media untuk meliput Bashaer, di antaranya dari sisi usia, jenis kelamin,mekanisme dia bisa menjadi wali kota dan suasana atau nuansa “jenuh” dengan kondisi kepemimpinan di sekitar kita yang berusia tidak muda lagi. Dari sisi usia,Bashaer masih tergolong belia karena dia menjadi wali kota Allar, Tulkarm, Tepi Barat Palestina pada usia 15 tahun. Dia seorang remaja putri di mana dalam kebanyakan pemahaman orang awam di Indonesia, dunia politik dan pemerintahan, terutama di negara-negara Timur Tengah, didominasi kaum pria berusia tua.
Mekanisme dia menjadi wali kota juga menarik karena inisiatifnya datang dari Bashaer dan teman-temannya seusia. Jadi jelas gagasan ini genuineberasal dari anak-anak muda Kota Allar. Sekilas apa yang dilakukan Bashaer adalah hal yang tergolong sederhana. Tapi hal yang sederhana itu ternyata mampu menginspirasi dunia bagaimana remaja tidak merasa alergi dan berani “menyentuh” dunia politik, terutama pemerintahan.
Tentu ada remaja lain yang memilih jalur talentanya tidak seperti Bashaer dan itu sah-sah saja karena banyak bidang tersedia untuk pengabdian kepada bangsa dan negaranya. Namun tetap saja langkah Bashaer dan rekan-rekan remaja seusianya di Kota Allar menjadi fenomenal karena memang baru pertama kali di dunia hal tersebut terjadi.
Dalam konteks Palestina, kebutuhan akan pemimpin pasti akan lebih banyak dan lebih cepat siklus suksesinya. Keadaan negara yang sebagian wilayahnya masih dalam kondisi konflik dengan Israel itu membuat para pemimpinnya memiliki risiko dibunuh dan ditangkap setiap saat. Manakala seorang pemimpin hilang, harus segera ada penggantinya untuk memimpin masyarakat.
Bashaer adalah pemimpin dari organisasi pemuda Kota Allar, yaitu Youth Council of Allar atau Majelis Syabab Li Madinati Allar yang beranggotakan lebih dari seribu orang. Dia dipilih secara demokratis dan bertingkat, yaitu dipilih 40 orang, kemudian dari 40 orang itu divoting lagi dan Bashaer terpilih sebagai ketua. Dalam menentukan calon yang akan dipilih,para pemuda Kota Allar tersebut memberikan penilaian kapasitas personal calon yang dipilih bukan latar belakang suku,agama,ras maupun golongannya.
Bashaer memimpin organisasi tersebut selama dua tahun dan menjadikan organisasi yang dia pimpin sebagai dewan kota bayangan dari dewan kota yang sebenarnya. Bashaer dan rekan-rekannya melakukan aktivitas sosial seperti membersihkan jalan secara rutin dan membantu pekerjaan Dewan Kota Allar secara sukarela. Bashaer juga menjadikan dewan kota bayangan yang dia pimpin sebagai saluran komunikasi pemerintah Kota Allar dengan para pemuda.
Mereka membuktikan dulu komitmen dalam tindakan nyata dan barulah setelah itu Bashaer “menantang” Wali Kota Sufian Shadid untuk menjadikan dia sebagai wali kota Allar selama seminggu saja. Melihat sosok Bashaer Othman dan melihat apa yang sudah dia lakukan dengan rekan-rekannya, Wali Kota Sufian Shadid setuju dengan “tantangan” Bashaer sebagai wujud upaya pemberdayaan pemuda Kota Allar.
Setelah seminggu berlalu, Bashaer merasa waktunya kurang dan meminta Wali Kota Sufian Shadid menambah waktunya menjadi dua bulan dan hal itu disetujui Wali Kota Sufian Shadid sekaligus dijadikannya sebagai proyek percontohan pemberdayaan pemudapemudi Palestina. Untuk waktu yang lebih panjang ini Bashaer juga mengganti seluruh anggota dewan kota yang berjumlah 10 orang dengan rekan-rekannya dari organisasi yang dia pimpin.
Singkat cerita, selama tiga bulan libur musim panas, Bashaer dan rekan-rekannya mengisi liburan dengan menjadi wali kota dan dewan kota Allar selama dua bulan mulai 2 Juli 2012 sampai dengan 2 September 2012. Selama menjabat sebagai wali kota Allar, Bashaer memiliki kewenangan menandatangani dokumen-dokumen resmi dan dalam batas tertentu soal keuangan. Selama dua bulan dia menjabat, prestasi pun diraih Bashaer baik yang bersifat fisik maupun nonfisik.
Yang fisik dia berhasil membangun pabrik bahan bangunan, membangun taman bermain untuk anak-anak yang menyerap banyak tenaga kerja dan membangun sistem pertahanan sipil. Yang nonfisik adalah dia berhasil membangun kesadaran politik anakanak muda Palestina akan masa depan bangsanya. Bashaer tidak berhenti sampai di situ, dia ingin hal serupa selanjutnya bisa diterapkan pada jabatan-jabatan yang lebih tinggi seperti menteri dan perdana menteri.
Bahkan dia juga bercita-cita suatu saat bisa menjadi menteri, perdana menteri, bahkan presiden Palestina. Ada beberapa hal yang bisa kita petik dari pengalaman Bashaer Othman. Pertama, dalam hal regenerasi kepemimpinan di segala tingkatan, perlu dilakukan “terobosan” bilamana mekanisme yang saat ini berlaku belum mampu melahirkan kepemimpinan yang bisa menjawab kebutuhan kita sebagai suatu bangsa.
Dan terobosan itu harus disepakati baik oleh generasi muda maupun generasi tua seperti kesepakatan Bashaer dan rekan-rekannya dengan Wali Kota Sufian Shadid. Kedua, untuk mewarisi kepemimpinan dari generasi yang lebih tua, generasi muda sendiri harus mempersiapkan diri dan melakukan tindakan nyata yang dirasakan manfaatnya oleh masyarakat agar mendapat dukungan dari generasi yang lebih tua dan dari masyarakat.
Dengan kata lain, pemimpin muda tidak lahir dari karbitan orangtua, mertua, atau saudaranya yang menjadikannya pemimpin, tapi sebaliknya lahir dari proses yang mendapat “pengakuan” dari masyarakat. Di lain pihak harus ada “keikhlasan” dan “kepercayaan” dari generasi yang lebih tua kepada anakanak muda untuk menjadi pemimpin. Ketiga, untuk menciptakan perdamaian, anak-anak muda harus memiliki “harapan”akan masa depannya.
Jika sudah tidak memiliki harapan, akan lahir sikap masa bodoh. Dan yang paling mengerikan adalah sikap ekstrem dengan mengorbankan diri melalui halhal yang tidak produktif seperti narkoba,bom bunuh diri, atau tindakan kriminal. Bashaer Othman membuktikan bahwa dalam suasana konflik akibat pendudukan oleh Israel, anak-anak muda Palestina tidak kehilangan harapan.
Keempat, untuk kepentingan bersama sebagai suatu bangsa, semua komponen masyarakat harus bekerja sama tanpa melihat perbedaan suku, agama, ras dan golongan. Pengalaman Bashaer membuktikan bahwa kerja sama yang baik dari para pemuda Kota Allar baik yang Islam maupun Kristen bisa menghasilkan sesuatu yang sangat bermanfaat bagi kepentingan saat ini maupun masa depan Palestina. Kita harus melakukan sesuatu agar segera bisa kembali melihat banyak lahir pemimpin-pemimpin dengan usia muda baik di pusat maupun di daerah seperti halnya Bung Karno dan Pak Harto saat menjadi presiden. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar