|
KOMPAS,
19 Mei 2013
Upaya termudah untuk memahami transaksi yang
terjadi antardua pribadi adalah dengan memanfaatkan teori sebab-akibat.
Artinya, bila kita marah, seseorang pasti menjadi penyebab kemarahan kita.
Atau, bila kita menjadi sasaran kemarahan orang lain, kita akan menyimpulkan
bahwa kita menempati posisi sebagai seseorang yang tidak memiliki hak untuk
marah.
Lina dan Tika telah hidup serumah selama
lebih kurang lima tahun, mereka memelihara kucing yang sangat mereka sayangi.
Pada suatu malam, kucing tersebut membangunkan mereka dengan mengeong seolah
kesakitan dan kelihatannya memang benar-benar kesakitan. Lina melihat bahwa
kondisi kucingnya benar-benar gawat sehingga memerlukan kehadiran dokter hewan
segera. Namun, Tika mendesak Lina dengan mengatakan bahwa kondisi kesehatan
kucing tersebut memungkinkan untuk menunggu pertolongan dokter hingga esok
hari. Tika juga menyatakan bahwa Lina terlampau reaktif dan terlampau diliputi
kecemasan yang eksesif.
Saat mereka bangun pada pagi harinya, kondisi
kesehatan kucingnya semakin parah dan membutuhkan pertolongan dokter segera.
Ketika dokter hewan tersebut memeriksa kucing itu, dokter mengatakan, ”Anda seharusnya memanggil saya segera.
Kucing Anda bisa saja mati.” Lina sangat marah kepada Tika, dan mengatakan,
”Bila terjadi sesuatu pada kucing ini,
yang salah itu kamu. Kamu wajib disalahkan.”
Bagaimanakah perspektif Anda melihat situasi
tersebut? Apa yang akan Anda lakukan bila berada dalam posisi Tika? Bagaimana
Anda melihat rasa tanggung jawab mereka yang berkontribusi terhadap kemarahan
Lina?
Kita bisa saja berempati pada kemarahan Lina,
tetapi Lina juga menghadapi kebingungan tentang siapa sebenarnya yang
bertanggung jawab dan terhadap apa orang tertentu harus bertanggung jawab.
Marilah kita analisis bersama kondisi di atas.
Dalam situasi ini kita tidak mendukung
kemarahan Lina terhadap Tika. Bila Lina marah yang memang karena dia sedang
marah. Lina marah karena Tika merendahkan kecemasannya semalam sambil
meminimalisasi perhatiannya terhadap kucing kesayangan mereka dan bersikap
mendiskualifikasi dirinya serta bersikap seolah-olah paling tahu.
Namun, sebenarnya Lina-lah yang harus
bertanggung jawab terhadap kecemasannya dan memutuskan apa yang seharusnya dia
lakukan. ”Tahu enggak Tika, kenapa aku
tidak langsung memutuskan memanggil dokter? Karena aku tahu bila aku salah,
pasti kamu tidak akan memaafkanku. Bila aku semalam membangunkan dokter dan
ternyata aku salah, pasti kamu akan menuduh aku sebagai orang yang menderita
kecemasan neurotik.”
Bila kita simak pernyataan Lina itu, ia
benar-benar menyalahkan Tika untuk perilakunya sendiri. Tentu saja, bila Lina
mengungkap kecemasannya dengan cara yang lebih tegas, Tika bisa saja memberikan
reaksi yang intensif juga. Apalagi, Tika selama ini memegang peran dominan yang
selalu harus mengambil keputusan. Apalagi, bila Lina mampu memisahkan libatan
emosi dan ketegangannya, Tika dapat mengelola reaksi Lina dengan baik.
Terdapat langkah praktis yang dapat dilakukan
guna mengatasi permasalahan relasi antara Lina dan Tika sebagai berikut: (1) observasi,
(2) menjabarkan pola relasi, dan (3) mengumpulkan data.
Observasi
Dalam hal ini, Lina hendaknya menyimak bahwa
bila dirinya mengungkap pendapat yang kurang tegas tetapi membutuhkan
keputusan, Tika akan memberikan reaksi yang justru membuat Lina menjadi ragu
akan pendapatnya sendiri. Bila memang ketegasan sikap Tika cocok dengan
keraguan Lina, relasi mereka akan terjaga, dan Lina akan berpendapat bahwa
tidak perlu bertengkar hanya karena hal sepele semacam itu.
Namun, pada kasus yang membuat Lina cemas,
ternyata keputusan Tika kurang tepat, bahkan kurang disetujui Lina sehingga
Lina marah besar. Kemudian, Lina pasti akan mengkritik keputusan Tika. Mereka
bertengkar dan bisa saling mendiamkan beberapa hari walaupun pasti mereka akan
berbaikan kembali.
Menjabarkan pola relasi
Relasi yang selama ini terbina antara Lina
dan Tika adalah relasi yang menunjukkan dinamika sebagai berikut. Lina
cenderung membutuhkan Tika sebagai pengambil keputusan dalam berbagai masalah
yang mereka hadapi. Dengan demikian, tercipta dinamika interaksi di mana Tika
menempati posisi di atas (overfunctioning)
dan Lina di bawah (underfunctioning).
Kedua jenis relasi tersebut memaksa keduanya
untuk berinteraksi secara sirkuler. Tipe relasi sirkuler ini membuat pemisahan
rasa tanggung jawab, seperti siapa yang melakukan apa, kapan dan dalam keurutan
yang bagaimana menjadi sulit dibedakan. Yang akhirnya mengunci diri mereka
dalam kondisi emosional ”saling menyalahkan” yang intens.
Kita semua paham bila perempuan sangat mudah
bereaksi secara emosional, terutama bila menghadapi situasi stres. Untuk
mengatasi hal ini, seyogianya kedua sahabat tersebut melakukan upaya secara
sadar guna mengendalikan sikap reaktif secara emosional demi terjaganya pusat
perhatian pada tugas untuk memperoleh fakta obyektif dari permasalahan yang
mereka hadapi.
Mengumpulkan data
Lina hendaknya meluangkan waktu untuk menilai
bagaimana selama ini keluarga besarnya memperlakukan dirinya sebagai anak
bungsu dari tiga bersaudara. Ternyata bahwa posisi sebagai anak bungsu membuat
dirinya selalu disudutkan pada peran underfunctioning.
Tradisi dalam keluarga tersebut membuat Lina berada pada pengikisan kepercayaan
diri dan mendorong dirinya untuk bertahan sebagai underfunctioning pula dalam relasinya dengan Tika.
Kemarahan yang menyeruak dalam kasus ”kucing
sakit” tersebut di atas hendaknya dijadikan pertanda bahwa saat ini Lina harus
mulai mendorong dirinya untuk lebih memperjuangkan keseimbangan dalam relasinya
dengan Tika, terutama bila relasi yang terjalin terkait dengan pengambilan
keputusan.
Dalam kondisi semacam ini, baik Tika maupun
Lina juga memiliki permasalahan dan mereka bertanggung jawab terhadap
permasalahan relasi mereka. Dalam hal ini seyogianya Lina bertanggung jawab
terhadap masalah relasi yang selama ini membuat dirinya terpojok dalam peran underfunctioning. Begitu juga Tika
sebagai anak sulung dalam keluarganya seyogianya menyadari bahwa peran overfunctioning dalam persahabatan
membuat dirinya merasa selalu benar.
Nah, sekarang timbul pertanyaan, bagaimanakah
kondisi relasi Anda dengan sahabat Anda? Apakah selama ini Anda memegang posisi
underfunctioning atau overfunctioning? ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar