|
SUARA KARYA, 29 Mei 2013
Pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur Provinsi Jawa Tengah telah digelar, Senin (26/5) lalu. Hasil
cepat dari berbagai lembaga survei menunjukkan bahwa pasangan Ganjar Pranowo
dan Heru Sudjatmoko unggul dalam Pilkada Jawa Tengah. Sedangkan incumbent,
pasangan Bibit Waluyo-Sudijono Sastroadmojo di urutan kedua dan pasangan Hadi
Prabowo-Don Murdono di urutan ketiga.
Hasil survei Saiful
Mujani Research & Consulting - SCTV menyebutkanm, dari total 100 persen
suara yang masuk, pasangan Ganjar-Heru memperoleh 49,93 persen, Bibit
Waluyo-Sudijono 30,15 persen dan Hadi Prabowo-Don Murdono 19,92 persen. Daftar
Pemilih Tetap (DPT) dalam pemilihan gubernur Jawa Tengah sebanyak 27.385.985
pemilih. Pemilih perempuan mencapai 13.774.665 orang dan laki-laki sebanyak
13.611.320 orang. Jumlah TPS tercatat ada 61.951.
Hasil survei quick count lembaga-lembaga survei
lainnya juga menunjukkan kemenangan telak bago pasangan Ganjar Pranowo dan Heru
Sudjatmoko. Karena itu, pasangan incumbent dan pasangan lainnya sudah
selayaknya bersikap legowo, menerima hasil pilkada dengan jiwa besar. Apalagi,
pelaksanaan pilkada tampaknya berlangsung sukses, lancar dan fair. Khusus untuk
pasanagn incumbent Bibit Waluyo -
Sudijono ada baiknya melakukan intropeksi mengapa aspirasi rakyat Jateng justru
memilih tokoh baru. Bagaimanapun, yang diharapkan dari seorang pemimpin
termasuk gubernur adalah bagaimana jabatan yang diembannya itu, apakah sudah
memberikan sumbangan atau manfaat yang berarti (meaningfull) bagi masyarakatnya.
Di sisi lain, pasangan
Ganjar Pranowo dan Heru Sudjatmoko meski telah dinyatakan menang dari hasil
hitungan cepat, namun tetap perlu menunggu pengumuman resmi dari Komisi
Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Jateng. Ungkapan syukur menyambut kemenangan yang
diraih dalam Pilkada Jawa Tengah tahun 2013 versi hasil hitung cepat
kembaga-lembaga survei Indonesia, memang sudah slayaknya disampaikan. Namun,
yang harus dihindari adalah sikap sombong.
Bagaimanapun kemenangan
Ganjar-Heru adalah bentuk aspirasi publik yang sangat menginginkan adanya
perubahan di Jawa Tengah pada lima tahun ke depan. Terutama, harapan dalam hal
peningkatkan kesejahteraan, pengikisan kemiskinan dan pengurangan pengangguran.
Di samping, memacu peningkatan pembangunan imfrastruktur seperti perbaikan
jalan-jalan dan lain-lain yang bisa bermanfaat untuk menopang pertumbuhan
perekonomian daerah Jateng.
Yang perlu disadari,
jabatan dan kekuasaan adalah amanah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Suatu saat,
jabatan itu akan dimintai pertanggugjawaban dariNya. Dhus, dalam menerima
jabatan dan kekuasaan hendaknya tidak dilihat dari segi nikmatnya semata karena
di sana banyak tanggung jawab dan kewajiban yang harus dilakukan. Dalam hal
ini, maka integritas dan kompetensi serta etika jabatan seorang pemimpin sangat
diperlukan.
Ini berbeda dengan para
politikus yang memiliki nalar politis, pragmatis dan oportunis, tentu akan
melihat kekuasaan sebagai jabatan yang empuk dan nyaman. Dari jabatan itulah,
mereka akan berupaya keras untuk bisa mencari keuntungan sebanyak-banyaknya. Paradigma
inilah yang perlu direduksi oleh Ganjar Pranowo dan Heru Sudjatmoko dalam
memimpin Jateng ke depan.
Rakyat Sejahtera
Sekali lagi, jabatan
adalah anugerah yang diberikan oleh Tuhan. Dalam konteks filsafat, ontologi
jabatan adalah apabila pemangku jabatan tersebut bertindak dan berbuat yang
secara esensial dari segala kebijakan dan program itu dapat dirasakan
manfaatnya oleh seluruh rakyat. Secara epistemologi jabatan, tentunya para
pemangku jabatan (gubernur dan wakil gubernur) harus memiliki sumber pengetahuan
(knowledge) dari jabatan yang
dipegangnya. Ini penting demi memberikan manfaat yang baik bagi peningkatan
kesejahteraan rakyat ke depan.
Tantangan dan pekerjaan
rumah (PR) bagi gubernur baru Jateng telah menghadang di depan mata. Selain
meningkatkan kesejahteraan rakyat Jateng, berbagai persoalan menuntut
penyelesaian secara tuntas termasuk masalah peningkatan bidang pendidikan,
kesehatan, sosial dan lain-lain bagi rakyat Jateng.
Yang perlu
diperhatikan, janganlah jabatan itu dijadikan sebagai simbol kekuasaan untuk
mencapai kepopuleran semata. Akan tetapi, bagaimana dengan jabatan itu, mereka
dapat bekerja, berkarya dan bertindak untuk kepentingan rakyatnya. Jika seorang
gubernur tidak mampu bekerja, dan tidak mampu bertindak dan melahirkan kebijakan
untuk asas kepentingan yang bermanfaat bagi rakyatnya, maka sama saja sang
gubernur itu telah berbuat dzalim terhadap rakyatnya. Karena, sang gubernur
tersebut berarti tidak mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai
seorang pemimpin atas kekuasaan yang dipercayakan kepada dirinya.
Akhirnya, kemenangan
pasangan Cagub Ganjar Pranowo dan Cawagub Heru Sudjatmiko diharapkan dapat
memajukan dan memperbaiki sistem pemerintahan yang lebih baik dan berkualitas
di Jateng. Di lain pihak, kemenangan keduanya kelak diharapkan mampu memberikan
kesejahteraan dan keadilan, serta kemakmuran bagi warga Jawa Tengah. Semoga. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar