|
KOMPAS, 28 Mei 2013
By
measuring the state of peace, we can further our understanding of the social,
political and economic factors that help develop more peaceful environments (IEP,
2013).
Di
tengah eskalasi kekerasan yang terjadi dalam satu dekade lebih di Indonesia,
saya melihat kita perlu semacam indeks perdamaian kota untuk melihat skala
kekerasan dan sekaligus peringkat kota damai di Indonesia.
Sejauh
ini, kita belum konsisten membuat indeks berdasarkan indikator dan metode
penelitian terpercaya. Indeks seperti ini diharapkan menjadi parameter yang
memaparkan kondisi riil skala perdamaian di tiap kota sehingga data seperti itu
bisa menjadi otokritik bersama demi membangun perdamaian di republik ini. Kita
bisa belajar pada Institute for Economics
and Peace (IEP) yang tekun merilis hasil penelitian seputar isu perdamaian
dan terorisme setiap tahun. Pada 24 April 2013, lembaga yang bermarkas di
Sydney dan punya cabang di New York ini kembali merilis The UK Peace Index yang resmi disiarkan Steve Killelea selaku
pendiri/direktur eksekutif.
Sebelumnya,
IEP secara berkala merilis Global Peace
Index, The United States Peace Index, dan Global Terrorism Index setiap tahun. Dalam Global Peace Index, misalnya, kita bisa melihat posisi Indonesia:
urutan 61 dari 154 negara yang diteliti. Indonesia kalah dari negara tetangga,
seperti Malaysia (21) dan Singapura (24), bahkan Vietnam (34). Indeks
perdamaian global 2012 itu menempatkan Islandia sebagai peringkat pertama
negara damai, sedangkan Somalia di peringkat terbawah dan dinobatkan sebagai
negara gagal.
Global Terrorism Index yang terbit akhir
2012 menyajikan data menarik dengan menempatkan Indonesia dalam 30 negara
berdasarkan maraknya aktivitas teroris. Lima besar ditempati Irak, Pakistan,
Afganistan, India, dan Yaman. Adapun tiga negara terbawah paling sedikit
aktivitas terorisnya adalah Uzbekistan, Yordania, dan Bahrain.
Indeks
perdamaian yang diterbitkan berkala oleh IEP adalah proyek penting untuk melihat
eskalasi kekerasan dan terorisme di sebuah negara atau kota. Dari indeks itu
kita bisa belajar melihat ke dalam aspek penting mengakhiri berbagai macam
bentuk kekerasan di sebuah negara. Indeks yang mereka terbitkan punya sistem
pengangkaan dan metodologi amat ketat dengan puluhan indikator yang bisa
dipertanggungjawabkan terbuka para peneliti di dalamnya.
Pada
konferensi Peace Metrics di Kogod School
of Business, American University, 11 April 2013, Killelea mengatakan, ”The Global Peace Index was born out of a
desire to know why states are peaceful.” Itu spirit yang menggerakkan
mereka berkarya untuk tidak hanya mewujudkan perdamaian yang abstrak, tetapi
juga mengukur tingkat perdamaian dan mengerti tingkatannya.
Inisiatif
Inisiatif
indeks perdamaian kota untuk mengukur tingkat perdamaian sangat penting. Kita
butuh data resmi dan bernas untuk melihat kondisi riil tentang kekerasan, dan
sejauh mana hasil proses perdamaian di tiap daerah. Upaya itu bisa menjadi awal
keseriusan bagi kita untuk konsisten membangun perdamaian di tengah ancaman
eskalasi konflik yang kian tak terkendali.
Faktanya,
selama ini kita banyak menyaksikan kekerasan dan konflik yang melanda
daerah-daerah di Indonesia tanpa ada cara dan upaya untuk melihat seberapa
bahaya tindakan itu kepada masyarakat. Aksi-aksi kekerasan itu antara lain
kasus Ahmadiyah, Syiah, Cebongan, bentrok warga sipil, konflik agraria, tawuran
pelajar dan mahasiswa, dan kekerasan geng yang memorak-porandakan rasa aman dan
harmoni rakyat Indonesia.
The
UK Peace Index adalah bukti sangat menarik dihadirkan di sini. Berdasarkan
penemuan IEP, dalam dekade terakhir Inggris menjadi kawasan dengan angka kasus
kekerasan dan kriminalitas turun drastis hingga 11 persen ketimbang negara
Eropa Barat lain. Kasus pembunuhan per 100.000 orang menurun drastis dari 1,99
kasus (2003) menjadi 1 kasus (2012) (BBC, 24/4). Penelitian terpisah oleh Cardiff University menunjukkan penurunan
angka kekerasan dan kriminalitas hingga 14 persen pada tahun 2012. Ini
mencengangkan banyak pihak, termasuk masyarakat Inggris sendiri.
Rilis
indeks perdamaian kota itu diapresiasi sebagai buah kerja keras pemerintah dan
warga dalam membangun dan menjaga perdamaian di daerah masing-masing dengan
memperhatikan kasus-kasus seperti geng kekerasan, penurunan konsumsi alkohol,
dan di waktu yang bersamaan kenaikan gaji dan kesejahteraan warga kota terus
ditingkatkan. Indeks itu menyebutkan lima daerah terdamai di Inggris, yakni
Broadland, Three Rivers, South Cambridgeshire, East Dorset, dan Maldon.
Sementara five least peaceful local
authority areas-nya Hammersmith dan Fulham, Islington, Southwark, Brent,
dan di posisi paling buncit Haringey dengan indikator pembunuhan, kekerasan,
kejahatan dengan senjata, public disorder
offenses, dan police officers—masing-masing
per 100.000 orang per kasus.
Dari
indeks itu, kita dapat belajar tentang tingkat perdamaian yang bisa diukur.
Upaya serius membangun perdamaian dengan mengangkat isu kekerasan dan
perdamaian ke publik akan menawarkan upaya mengurangi dan mengatasi kasus
kekerasan yang kian marak di lingkungan kita. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar