|
MEDIA INDONESIA, 30 Mei 2013
DI tengah-tengah upaya serius
beberapa pihak mencari solusi damai, ancaman konflik Suriah akan meluas ke
Libanon, Turki, Yordania, dan Israel semakin nyata. Keputusan Uni Eropa untuk
mencabut embargo senjata kepada oposisi moderat di Suriah berpotensi
meningkatkan konflik yang tak kunjung selesai itu.
Tujuan keputusan itu, seperti dinyatakan beberapa menlu negara-negara Uni Eropa, sebenarnya memperkuat oposisi agar Assad `serius' dalam melakukan negosiasi untuk mengakhiri konflik tersebut.
Tujuan keputusan itu, seperti dinyatakan beberapa menlu negara-negara Uni Eropa, sebenarnya memperkuat oposisi agar Assad `serius' dalam melakukan negosiasi untuk mengakhiri konflik tersebut.
Akan tetapi, pengalaman di lapangan menunjukkan penguatan
kapasitas oposisi selalu diimbangi dengan peningkatan kapasitas perang rezim
Assad baik dari bantuan Hezbullah, Iran, ataupun Rusia. Yang dikhawatirkan,
keputusan itu justru kontraproduktif, memicu perlombaan senjata kedua pihak
tanpa ada ujung. Keputusan Uni Eropa itu jelas berpotensi memperparah dan memperluas konflik
Suriah.
Beberapa peristiwa belakangan ini juga memperkuat potensi
perluasan konflik itu. Bom mobil Reyhanli, di Turki Selatan, belum lama ini
kembali mengeskalasi ketegangan Suriah-Turki. Pemerintahan Erdogan langsung
menuduh rezim Assad di balik tragedi yang menewaskan lebih 50 orang itu. Jika
sejumlah orang yang diduga pelaku--yang sebagian besar sudah ditangkap ketika
hendak melintas perbatasan Turki menuju Suriah-terbukti memiliki hubungan
dengan Assad,kemungkinan ketegangan di front Utara itu memuncak sangat besar.
Di front lain, setelah dua kali ofensif udara Israel
terhadap Suriah baru-baru ini yang disertai pelanggaran telanjang terhadap
wilayah udara Libanon, Assad menjanjikan pembalasan yang sangat keras dan
segera terhadap Israel. Demikian pula kelompok Hezbullah di Libanon berteriak
sangat keras untuk melakukan pembalasan langsung ke wilayah pendudukan Israel
termasuk Dataran Tinggi Gholan.
Salah satu strategi Assad yang y ia nyatakan sendiri ialah
membuat Libanon yang disebutnya sebagai negara `perlawanan' terlibat langsung
dalam upaya mengalahkan konspirasi Barat-Arab Takfiri itu. Assad menyatakan
akan segera mempersenjatai Hezbullah dengan persenjataan yang akan mengubah
perimbangan kekuatan di kawasan. Assad juga pernah mengancam Yordania yang
dipandang sangat berpihak kepada oposisi. Dimensi kawasan dalam perang ini
semakin nyata.
Intervensi Barat
Faktanya perang saat ini memang telah melibatkan tentara
dan milisi bahkan kelompok teroris dan gangster dari berbagai negara seperti
tentara-tentara elite Iran, pejuang Hezbullah, para mantan pejuang Afghanistan,
Libia, Tunisia, dan para pekerja perang bayaran. Lebih dari itu, keterlibatan
agen-agen rahasia Israel, mata-mata Turki, dan negara-negara Barat dipasti kan
tidak ketinggalan. Perang itu jelas tidak hanya melibatkan tentara Assad versus
kelompok oposisi Suriah.
Dimensi kawasan bahkan mondial dalam perang itu sudah
sangat kentara. Gejala itu semakin menguat akhir-akhir ini sehingga menimbulkan
kekhawatiran meluasnya konflik terbuka di empat negara sekitar Suriah. Mengapa
bara Suriah potensial membakar empat negara itu?
Pertama, karakter dasar perang Suriah jelas bukan hanya
perang saudara. Ia lebih tepat disebut sebagai perang kawasan melalui
perwakilan (proxy war/al-harb bi
al-wikalah). Fakta di lapangan memang demikian. Kedua pihak baik Assad
maupun oposisi juga sangat ingin melibatkan sekutusekutu masing-masing untuk
membantu dan terlibat secara langsung dalam perang itu.
Aktor-aktor kawasan seperti Qatar, Arab Saudi, Hezbullah, Iran, dan Turki
memainkan peran sangat aktif sejak awal. Israel yang biasanya sangat pasif juga
tidak tinggal diam.
Kedua, kedua pihak termasuk para sekutu masingmasing merasa
sama-sama tidak puas dengan capaian perang sekarang ini dan masih merasa
memiliki peluang untuk mencapainya. Para elite yang berperang seperti
benarbenar tuli dan buta dengan realitas kemanusiaan yang sangat mengerikan di
lapangan.
Pidato-pidato mereka masih sangat lantang dan telanjang, menyeru untuk `membunuh' dan `menghancurkan'. Jarang sekali rasa kemanusiaan muncul atau tecermin dalam pidato-pidato para pemimpin itu, padahal situasi kemanusiaan di lapangan diberitakan demikian mengerikan.
Pidato-pidato mereka masih sangat lantang dan telanjang, menyeru untuk `membunuh' dan `menghancurkan'. Jarang sekali rasa kemanusiaan muncul atau tecermin dalam pidato-pidato para pemimpin itu, padahal situasi kemanusiaan di lapangan diberitakan demikian mengerikan.
Mereka tetap ingin mewujudkan tujuan-tujuan perang yang
sesungguhnya tak akan mungkin mereka wujudkan sepenuhnya dalam perang ini.
Kelompok oposisi ingin menjatuhkan rezim dengan segera dan memperlakukan Assad
sebagaimana Khaddafi. Para sekutu mereka sepertinya juga menginginkan hal itu. Qatar,
Arab Saudi, dan Turki berupaya dengan segala cara untuk mendukung oposisi agar
segera menjatuhkan Assad.
Mereka tidak mau menerima realitas bahwa Assad masih
terlalu kuat untuk dijatuhkan saat ini. Mereka kemudian mendorong intervensi
militer sebagaimana di Libia tanpa mau menghitung berapa korban lagi yang akan
jatuh jika intervensi militer itu dipaksakan.
Teori konspirasi
Di sisi lain, Assad sepertinya ringan saja melihat
kehancuran dan jatuhnya korban secara masif. Ia bahkan berambisi menjadikan
perang Suriah itu sebagai perang kawasan, blok Iran versus blok Arab Saudi yang
didukung Barat. Yang terpenting baginya hanyalah dia selamat dan kekuasaannya
survive.
Serangan Israel belum lama ini memberikan bukti tambahan
bagi teori konspirasi yang selalu mereka nyatakan selama ini. Bahwa apa yang
terjadi di Suriah tidak lain ialah upaya untuk memotong tangantangan perlawanan
terhadap Israel, hasil konspirasi wahabi dan kekuatan asing untuk menghancurkan
Suriah. Oleh karena itu, Assad tak segansegan untuk memperluas area konflik itu
ke berbagai penjuru baik di Libanon, Yordania, Turki, bahkan juga Israel sebab
itu merupakan bentuk perjuangan kekuatan perlawanan melawan Israel-Barat yang
sudah disiapkan sejak lama.
Ketiga, polarisasi yang terbentuk dalam konflik sekarang
ini sesungguhnya polarisasi lama. Tidak ada yang baru dalam konstelasi konflik
itu kecuali terkait dengan posisi Hamas yang tidak mengambil sikap keberpihakan
terhadap salah satu pihak kecuali dalam peristiwa serangan Israel terhadap
Suriah. Perang Suriah ibarat sebuah ledakan bom yang telah dirakit dalam waktu
lama sebagai hasil pergaulan di antara aktor-aktor di kawasan. Oleh karena itu,
sangat masuk akal jika perang itu cenderung akan meluas ke berbagai wilayah
lain di kawasan di sekitar Suriah.
Jika upaya politik beberapa negara besar di Jenewa dalam
beberapa waktu ke depan ini gagal memberikan solusi yang dapat disepakati kedua
pihak, kemungkinan konflik itu benarbenar meluas secara masif dan intensif
sangat besar. Apalagi jika opsi intervensi militer benar-benar diambil, bara
Suriah bisa menyiram sebagian besar subkawasan Arab Timur. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar