Siklus
Tujuh Abad
Zaenal A Budiyono; Direktur Eksekutif Developing Countries Studies Center
(DCSC)
|
REPUBLIKA, 15 September 2012
Sebagian
besar orang mungkin kurang peduli akan sejarah kita, latar belakang bangsaini.
Padahal, sejarah mengajarkan banyak hal, termasuk memelihara semangat kita
untuk maju dengan berkaca pada catatan masa lalu. Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) dalam kunjungan kenegaraan di Mongolia, belum lama ini
bercerita mengenai kebesaran Chinggis Khan di masa lalu.
Sejarah
mencatat, sekitar abad XIII Mongolia di bawah kepemimpinan Chinggis Khan pernah
menguasai dunia. Kekuasaan Mongol ketika itu tergelar mulai dari Eropa Timur
hingga Asia tenggara. Kehebatan Khan bahkan terus melegenda melampaui zamannya.
Bagaimana
dengan sejarah awal Nusantara kita? Indonesia juga tak kalah gemilang dalam
mencatat tinta sejarah. Pada abad VII, Kerajaan Sriwijaya sudah menaklukkan
Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatra, Jawa, Kalimantan hingga
Sulawesi. Dapat dikatakan, pada era tersebut, kebesaran Nusantara terwakili
dalam kemegahan Sriwijaya.
Lalu,
beberapa abad kemudian Sriwijaya meredup. Di sisi lain, tak ada kerajaan di
Nusantara yang muncul secara dominan dan berhasil melakukan ekspansi ke wilayah
lain. Baru setelah tujuh abad kemudian (abad XIV), muncul kekuatan besar dari
Pulau Jawa, yaitu Majapahit. Kekuasaannya mencakup Malaya, Kalimantan, Sumatra,
Bali, dan Filipina. Era majapahit yang paling terkenal adalah ketika Patih
Gajah Mada mengumandangkan Sumpah Palapa, yang menjadi embrio penyatuan
Nusantara.
Setelah
itu, Majapahit meredup dan Nusantara masuk dalam “zaman kegelapan“ atau periode
kolonialisme. Puluhan kerajaan di Bumi Pertiwi tak mampu menangkal hegemoni
Portugis, Belanda, Inggris, dan Jepang, justru mereka kerap sibuk dalam perang
saudara. Baru pada 1945 (awal abad XX), Indonesia merdeka berhasil diwujudkan.
Inilah momentum awal menuju kebangkitan Nusantara ketiga. Presiden SBY meyakini
bahwa siklus tujuh abad kejayaan Nusantara akan kembali kita rengkuh. Setelah
Sriwijaya menancapkan kekuasaan pada abad VII, Majapahit menguasai kawasan regional
pada abad XIV, maka kini, di abad XXI, Indonesia memiliki momentum untuk
kembali menjadi pemain utama di dunia.
Pandangan
Presiden di atas bukannya tanpa dasar. Ilmuan terbesar Islam, Ibnu Khaldun,
sudah memperkenalkan pendekatan mengenai gejala periodisasi kekuasaan tersebut.
Dalam karya terbesarnya, “Muqaddimah“, Khaldun memperkenalkan teori “siklus
peradaban“ atau dikenal juga sebagai Ashabiyyah.
Teori ini menjelaskan bahwa suatu peradaban (kekuasaan) akan muncul melalui
siklus berjuang, membangun hingga alienasi, sampai akhirnya datanglah
keruntuhan.
Menyoal “Kepantasan“
Kita
boleh berdebat panjang mengenai “kepantasan“ Indonesia menuju negara maju.
Namun, setidaknya bangsa ini memiliki ruang untuk optimistis dengan menilik
pada sejarah, modal, dan kapasitas kita sendiri. Mari kita lihat, apakah
Indonesia memang pantas menjadi negara maju serta pemain penting di kawasan.
Saat
ini kinerja ekonomi Indonesia banyak dipuji karena mampu melewati krisis
ekonomi 2008 dan krisis global 2011 secara smooth. Pertumbuhan ekonomi
Indonesia juga terus menunjukkan grafik positif di tengah-tengah sentimen
negatif pasar global. Hingga Juli 2012, pertumbuhan ekonomi berada di kisaran
6,4 persen. Angka itu termasuk yang cukup tinggi di tengah-tengah krisis Eropa
dan Amerika. Kekuatan pertumbuhan ekonomi Indonesia tak lepas dari strategi
ekspor di satu sisi dan penguatan pasar domestik.
Dengan
penduduk yang demikian besar, tentu pasar domestik kita dengan sendirinya juga
terbuka lebar. Kinerja pertumbuhan dan investasi yang “kinclong“ ini membuat
mata dunia internasional terbuka. Goldman Sachs Asset Management, sebuah
perusahaan yang mengelola dana investasi global, September 2012, memperkenalkan
akronim baru, yaitu MIST (Meksiko, Indonesia, South Korea, dan Turki).
Kaukus
negara-negara MIST tumbuh dua kali lipat dalam satu dekade terakhir, bahkan
melampaui Jerman pada 2011. Meksiko, negara berperekonomian terbesar kedua di
Amerika Latin, mencatat rekor penjualan mobil terbesar.
Pertumbuhannya sudah melampaui Brasil selama dua tahun berturut-turut.
Ekonomi Meksiko tumbuh 4,6 persen dalam tiga bulan pertama 2012, yang tercepat dalam enam kuartal. Sedangkan, Brasil diprediksi hanya tumbuh kurang dari tiga persen selama dua kuartal penuh di 2012.
Ekonomi Meksiko tumbuh 4,6 persen dalam tiga bulan pertama 2012, yang tercepat dalam enam kuartal. Sedangkan, Brasil diprediksi hanya tumbuh kurang dari tiga persen selama dua kuartal penuh di 2012.
Performa
Indonesia di atas kertas tak kalah biru. Konsumsi domestik dan investasi yang
makin kuat menyokong ekonominya tumbuh di atas prediksi sebesar 6,4 persen di
kuartal kedua ini. Di sisi lain, India tumbuh 5,3 persen di kuartal pertama
lalu, yang terjelek dalam sembilan tahun terakhir. S&P memperingatkan bahwa
peringkat utang India bisa turun jika India tidak kembali tumbuh dan mengatasi
masalah politiknya. Sementara, South Korea (Korea Selatan) dan Turki tak perlu
diperdebatkan lagi. Kedua negara tersebut sudah sejak beberapa tahun terakhir
menjadi pemain kunci di kawasan.
Penguatan Diplomasi
Di
kancah politik dan diplomasi, posisi kita makin tahun juga menunjukkan grafik
yang terus menguat, seiring peran nyata di dunia. Status Indonesia sebagai big
brother di ASEAN kini secara bertahap kembali kita raih. Dunia melihat kerja
Indonesia dalam menjaga stabilitas kawasan. Dua kasus yang menguatkan peran
Indonesia di Asia Tenggara, antara lain solusi atas konflik perbatasan yang
melibatkan Thailand-Kamboja dan makin terbukanya kemungkinan penerapan
demokrasi di Myanmar. Inilah fakta-fakta bahwa Indonesia berada pada jalur yang
benar untuk memperkuat perannya di dunia internasional.
Maka, saat hendak bertolak dari Ulaan Baatar
menuju Vladivostok, Rusia, untuk menghadiri KTT APEC, Presiden SBY sekali lagi
mengingatkan akan kejayaan Mongolia di masa lalu. Hanya saja, Presiden memberi
catatan, semua itu seakan lenyap sehingga Mongolia sekarang ini lebih mirip
dengan negara yang baru membangun. Rumput-rumput liar terlihat jelas di
kiri-kanan jalanan berdebu dan sempit. Kita harus belajar untuk mengambil
pelajaran dari setiap peristiwa. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar