Selasa, 21 Mei 2013

Nasionalisme Baru : Peduli Lingkungan


Nasionalisme Baru : Peduli Lingkungan
Yayat Supriatna ;  Pengajar pada Teknik Planologi Universitas Trisakti, Jakarta
KOMPAS, 21 Mei 2013

Sejarah kebangkitan nasional Indonesia adalah sebuah wujud gugatan terhadap sistem kekuasaan yang semakin eksploitatif. Rezim kolonial yang tampil di panggung kekuasaan politik Nusantara lebih terasa sebagai agen bagi alat kepentingan kapitalis.
Bangkitnya kesadaran berkebangsaan yang dimulai melalui organisasi sosial kepemudaan adalah wujud kesadaran diskursif—sebuah bentuk eksploitasi atas suatu bangsa harus dilawan dengan kecerdasan berpikir. Kecerdasan berpikir adalah modal budaya. Kekuatan modal budaya dapat dijadikan penyeimbang kekuatan modal ekonomi dan politik yang dimiliki Pemerintah Hindia Belanda.
Penguasaan Hindia Belanda atas Indonesia sebenarnya mengakar pada prakarsa swasta yang mendahului inisiatif pemerintahnya. Pihak swasta Belanda ternyata lebih bernafsu untuk menguasai potensi kapital yang tersebar luas di Nusantara.
Setelah negeri Belanda berubah menjadi suatu negara hukum akibat Revolusi 1848, para pendukung liberalisme—terutama di kalangan swasta—mendesak Pemerintah Belanda agar memberikan jaminan kebebasan untuk memperoleh tanah dan tenaga kerja di Indonesia. Hikmah di balik program liberalisasi yang dijalankan Pemerintah Belanda sejak 1870 adalah terwujudnya wilayah Nusantara dalam satu kesatuan administrasi politik, ekonomi, dan budaya. Program liberalisasi ini ternyata telah menginisiasi tumbuh kembangnya kesadaran bagi masyarakat Nusantara untuk mengimbangi kekuasaan kolonialisme.
Kesadaran yang dibangun masyarakat Nusantara adalah kesadaran untuk melawan liberalisasi. Sifat liberalisasi yang cenderung eksploitatif menggugah alam bawah sadar para tokoh bangsa untuk membentuk kembali jati diri bangsa atas perubahan-perubahan yang terjadi.
Kesadaran baru
Makna keindonesiaan adalah satu nama di atas keberagaman, kepedulian, dan perbedaan sebagai sebuah kekayaan intelektual bangsa. Keberagaman etnisitas dan kekayaan sumber daya alam adalah simbol kekuatan Indonesia. Simbol-simbol penyebutan nama Indonesia untuk menjelaskan letak atau posisi gunung, laut, hutan, dan keragaman hayati yang kita miliki tetapi tidak dimiliki bangsa lain adalah wujud adanya komunitas yang memilikinya. Dunia menitipkan amanah itu kepada bangsa Indonesia sebagai warisan untuk dilestarikan keberlanjutannya.
Ilmu pengetahuan terus berkembang mengikuti dinamika yang terjadi pada bentang alam bumi Nusantara. Demikian juga halnya dengan kondisi hutan yang masih tersisa. Konvensi lingkungan dunia telah menjadikan hutan Indonesia sebagai warisan dunia. Letak paru-paru dunia ditempatkan di sini sebagai titipan bagi masa depan anak cucu manusia selanjutnya.
Dalam konteks inilah, kita membutuhkan kesadaran lingkungan sebagai ideologi baru nasionalisme Indonesia. Setelah 105 tahun sejak Budi Utomo menginisiasi kebangkitan nasional, bangsa ini telah berdiri tegak di antara negara-negara terkemuka dunia.
Ekonomi Indonesia terus bertumbuh. Peningkatan kesejahteraan masyarakat telah membawa perubahan terhadap gaya hidup yang cenderung kian konsumtif. Ironisnya, kemajuan ekonomi saat ini lebih ditopang kekuatan eksploitasi atas sumber daya alam daripada kemampuan inovatif lain. Di perkotaan, lahan hijau makin digusur tingginya kebutuhan permukiman dan kegiatan komersial. Akibatnya, ancaman banjir dan kekeringan menjadi peristiwa rutin yang harus diratapi setiap saat.
Momentum peringatan Kebangkitan Nasional tahun ini bisa menjadi kebangkitan kesadaran nasional baru tentang penyelamatan dan pelestarian lingkungan hidup untuk kelangsungan generasi mendatang. Upaya pemerintah di sejumlah daerah untuk memperbanyak ruang terbuka hijau (RTH) patut mendapatkan apresiasi. Program pengembangan kota hijau di lebih dari 100 kota perlu terus ditingkatkan.
”Kota hijau”
Di Jakarta, komitmen Pemprov DKI untuk terus menambah RTH dengan membangun taman kota, seperti mengembangkan taman Ayodhya, Menteng, dan rencana di sekitar Waduk Pluit serta Ria Rio patut diapresiasi. Kota-kota yang hijau dan dengan kualitas udara yang bersih adalah mimpi yang harus kita raih pada masa depan.
Ocean Ecopark di Ancol juga bisa menjadi salah satu ikon ”kota hijau” tentang kesadaran baru bagaimana usaha penyelamatan dan pelestarian lingkungan yang diinisiasi BUMD dapat dijadikan model yang dapat ditiru pihak swasta lainnya. Fasilitas rekreasi ini adalah hasil transformasi dari sebuah padang golf, kemudian diubah menjadi sebuah fasilitas rekreasi olahraga dan keluarga yang dipadukan dengan fasilitas pelestarian flora dan fauna.
Inisiasi seperti itu dapat menjadi inspirasi dan sarana memperkuat kesadaran masyarakat tentang pentingnya menyelamatkan dan melestarikan flora dan fauna demi kesejahteraan bangsa Indonesia di masa depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar