Rabu, 14 Mei 2014

Skenario Imajiner 2014-2024

Skenario Imajiner 2014-2024

Sulastomo  ;   Koordinator Gerakan Jalan Lurus/Gerakan Pemantapan Pancasila
KOMPAS,  12 Mei 2014
                                                
                                                                                         
                                                      
SIAPA pun yang akan menjadi calon presiden definitif perlu membuat perencanaan, setidaknya untuk masa 10 tahun mendatang. Sebab, siapa pun yang akan terpilih sebagai presiden berpeluang besar terpilih kembali pada 2019 mengingat kedudukannya sebagai petahana.

Kemenangan pemilu pada Juli nanti selain tidak terpisah dengan apa yang akan dilakukan pada masa jabatan pertama kepresidenan 2014-2019, juga berperan untuk menyongsong periode 2019-2024. Maka apa yang dilakukan presiden dalam periode 2014-2019 menjadi modal berharga bagi periode berikutnya.

Adalah harapan kita semua, siapa pun yang akan terpilih nanti dapat melaksanakan tugas dengan baik, yaitu semakin mewujudkan cita-cita pendirian negara.
Keberhasilan itu diukur dari upaya mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat secara demokratis.

Singkatnya, mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila, mandiri di bidang politik, ekonomi, dan berkepribadian dalam budaya.
Kurun waktu sepuluh tahun mendatang, dengan demikian akan sangat strategis dalam meletakkan fondasi berbangsa dan bernegara, sehingga pasca-2024 Indonesia sudah memiliki fondasi kokoh dengan sistem berbangsa dan bernegara yang mantap.

Prinsipnya, meneruskan yang sudah baik, memperbaiki yang belum baik, dan meninggalkan yang ternyata buruk, apalagi menyimpang dari tujuan buat apa negara ini didirikan. Tugas seperti ini sungguh tidak mudah, karena banyak yang harus dibenahi.

Bagaimana mengoreksi pertumbuhan ekonomi yang tidak seimbang, sehingga ketimpangan sosial melebar seperti yang ditunjukkan oleh meningkatnya koefisiensi Gini.

Ketimpangan sosial inilah yang justru menghambat pertumbuhan. Semakin banyak masyarakat miskin yang tidak produktif. Bagaimana mungkin negara yang dikenal gemah ripah loh jinawi ini justru mengimpor beras, cabai, bahkan garam.
Meskipun kita harus tetap terbuka, harus dipikirkan agar Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar itu tidak sekadar menjadi pasar produk barang dan jasa asing.

Daya kompetisi kita harus dapat ditingkatkan. Kualitas sumber daya manusia (SDM) sangat penting untuk mendukung hal itu. Sebab, bonus demografi yang akan kita nikmati justru akan menjadi bumerang kalau kualitas SDM kita rendah.
Sistem pendidikan kita, baik formal maupun nonformal, harus mampu menjawab tantangan itu. Demikian juga status kesehatan rakyat yang masih tertinggal dibandingkan dengan negara lain, sehingga produktivitas pekerja kita juga rendah.
Kondisi ini diperburuk dengan kehidupan sehari-hari yang serba biaya tinggi dan serba transaksional di segala bidang kehidupan, baik politik, hukum, maupun pelayanan masyarakat.

Inefisiensi tidak terhindarkan gara-gara buruknya infrastruktur dan pelayanan masyarakat. Selanjutnya, bagaimana membangun kembali kepribadian ketika kita telah kehilangan jati diri bangsa?

Tim impian

Kompleksitas masalah kita sekarang tidak mungkin diselesaikan oleh satu golongan, satu partai, atau seorang presiden saja. Akan tetapi, menjadi tanggung jawab presiden untuk membangun suasana kebersamaan, sehingga semua warga bangsa ikut berperan sesuai perannya.

Di luar partai politik, masih ada kaum profesional dan independen yang juga perlu diajak serta. Presiden, dalam hal ini yang harus memimpin. Indonesia memerlukan sebuah ”tim impian” untuk mengatasi berbagai permasalahan bangsa.

Calon presiden terpilih harus mampu menempatkan orang-orang yang kompeten dan dipercaya mampu melaksanakan tugas dengan baik, dari wakil presiden, menteri, hingga pejabat lainnya. Pemilihan mereka tidak boleh terbelenggu oleh kesukuan, agama, partai politik, umur, atau sipil-militer.

Dengan demikian, gerbong pemerintahannya mampu mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa, melaksanakan prinsip-prinsip good government and good governance, tidak serba high-cost dan transaksional, baik di bidang politik, ekonomi, penegakan hukum, maupun pelayanan masyarakat.

Gerbong seperti itu selayaknya diisi oleh orang-orang yang memiliki visi, misi, idealisme, atau platform yang sama dengan kapabilitas yang tinggi.
Meskipun tidak ada manusia yang sempurna, hendaklah mereka saling melengkapi, saling menutup kekurangan yang ada, sehingga terbentuk sebuah tim yang mendekati ideal.

Kalau dalam kurun waktu 10 tahun mendatang kita berhasil meletakkan landasan sistem politik, ekonomi, dan sosial/budaya sesuai dengan semangat buat apa negara ini didirikan, insya Allah Indonesia akan menjadi negara besar dan maju sesuai dengan cita-cita kita bersama. Sekaligus kita membuktikan bahwa Pancasila, kebersamaan, atau kegotongroyongan adalah sebuah nilai yang sangat relevan menyongsong masa depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar