Ismail
Marzuki, Korupsi, dan Politisi Negeri Ini
Eddy
Koko ; Penikmat Musik
|
OKEZONENEWS,
26 Mei 2014
Seabad
usia komponis Indonesia asal Kwitang, Jakarta, Ismail Marzuki. Jika saat ini
ia masih ada. Sayangnya, dalam usia relatif muda Bang Maing, begitu dia akrab
dipanggil, sudah wafat. Lahir di Batavia, 11 Mei 1914; kemudian tanggal 25
Mei 1958 Ismail Marzuki Wafat. Meskipun begitu, ternyata, diskusi tentang Seratus Tahun Ismail Marzuki selalu
ada dan makin seru. Muncul diskusi bahwa ada karya Ismail Marzuki merupakan
jiplakan lagu yang aslinya dari luar negeri.
Namun
begitu, berbagai perayaan dengan menggelar konser lagu-lagu Ismail Marzuki
juga banyak. Menarik. Terlepas dari adanya pro-kontra lagulagu Ismail
Marzuki, harus diakui, semua lagunya enak dinikmati. Diyakini, hampir semua
orang Indonesia pernah mendengar lagu-lagu Ismail Marzuki, seperti Sepasang Mata Bola, Kopral Jono, Aryati,
Indonesia Pusaka. Setidaknya ada yang mendengar melalui radio, televisi,
pita kaset, CD, atau suara tetangga yang sedang berdendang.
Paling
tidak pernah mendengar lagu Halo-Halo
Bandung. Ismail Marzuki merupakan manusia langka yang dimiliki Indonesia
dengan keterbatasan pada masa itu tetapi lagu-lagunya mampu menembus zaman.
Karyanya masih didengar sampai hari ini, sementara isinya atau syairnya masih
sangat relevan dikaitkan dengan kondisi Indonesia sekarang. Lagu-lagu Ismail
Marzuki, sebetulnya, tidak kalah dengan komponis seperti Cole Porter, Irving
Berlin, Jimmy McHugh. Lagu karya mereka juga semuanya enak didengar. Jika
saja Ismail Marzuki tinggal di Amerika pada masa itu, bisa dipastikan
lagu-lagu karyanya mendunia lewat musisi atau penyanyi dunia.
Pada
masa Ismail Marzuki berjaya, era musik jazz sedang memiliki pengaruh di
dunia, banyak musisi memainkan karya komponis yang sekarang menjadi legenda.
Lagu karya komponis masa itu kemudian populer lewat para penyanyi besar
seperti Nat King Cole, Frank Sinatra atau Bing Crosby. Lagu karya Ismail
Marzuki juga populer, tetapi lebih dikenal di negerinya, Indonesia. Lagu
Ismail Marzuki yang banyak bernapaskan perjuangan
danhiburaninitergolongkomplit dalam irama, bisa didengar atau dimainkan dari
pop, cha cha, rumba, foxtrot, sampai jazz.
Namun,
dokumentasi lama lagu Ismail Marzuki dalam irama jazz sulit ditemukan.
Pemusik jazz Bill Saragih pernah menyelipkan satu lagu Selendang Sutera karya Ismail Marzuki dalam albumnya yang direkam
tahun 1996. Dua tahun lampau pianis jazz Nial Djuliarso yang tinggal di New
York merekam lagu-lagu Ismail Marzuki dalam satu album The Jazz Soul of Ismail Marzuki melalui permainan pianonya. Yang
sangat menarik adalah pandangan Ismail Marzuki kepada politisi di Indonesia
yang cenderung korupsi. Sekian puluh tahun lalu ia menulis lagu berjudul Yii yang masih sangat relevan dengan
kondisi saat ini.
Terkesan,
Maing begitu gelisah sehingga dia mengingatkan lewat lagunya, kepada para
pemimpin janganlah hanya mencari kursi dan korupsi. Maing berpesan, hendaknya
para pemimpin berada pada jalan yang suci. Begini bunyi syair lagunya; jangan Bung hanya cari kursi/ untuk diri
sendiri/ hilangkan hatimu yang dengki/ nyahkanlah hawa nafsu korupsi/ mari
Bung mari lah kembali/ pada jalan yang suci. Menyimak syair lagu Yii dikaitkan dengan pemilihan
legislator (pileg) di Indonesia yang baru saja usai akan sulit dipungkiri
bahwa Ismail Marzuki seperti sudah meramal peristiwa ini.
Ribuan
politisi berlomba berebut kursi demi bisa duduk di kursi DPR, DPRD dan DPD
dengan cara yang sangat tidak terpuji. Sebagian dari mereka tanpa risi
melakukan politik uang demi sebuah jabatan atau yang disebut Ismail Marzuki
adalah kursi. Setelah mendapat kursi akankah mereka memikirkan rakyat? Atau
untuk diri sendiri karena harus balik modal yang habis untuk “membeli
kursi”?. Lewat lagunya, Ismail Marzuki mengajak para politisi kembali kepada
jalan yang suci.
Akankah?
Bukan hanya lagu Yii. Simak lagu Sabda Alam yang menceritakan kodrat
wanita yang lemah lembut tetapi mampu menaklukkan kekuasaan banyak pria.
Tidak perlu sulit mencari contoh pada saat ini. Berita para koruptor yang
begitu royal membagi-bagi mobil mewah dan uang kepada sejumlah nama wanita
bisa dibaca, ditonton, dan didengar hampir setiap saat. Sepenggal syair lagu
Sabda Alam sangat mengena, yaitu Ada
saat pria tak berkuasa/ tekuk lutut di sudut kerling wanita. Begitu sang
wanita mengerlingkan matanya langsung rontok kekuasaan para koruptor, ada juga
pejabat, politisi dan lainnya.
Termehek-mehek
mereka langsung menggelontorkan uang, membelikan mobil mewah, atau
menjadikannya sebagai istri tambahan. Sudah 56 tahun Ismail Marzuki tiada, namun
lagunya tetap populer, menghibur dan pesan di dalamnya tetap relevan serta
layak menjadi renungan atau diskusi menarik. Bang Maing pancen oh ye! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar