Rabu, 28 Mei 2014

Be Prepared for the Worst

Be Prepared for the Worst

Rhenald Kasali  ;   Pendiri Rumah Perubahan
JAWA POS,  28 Mei 2014

                                                                                         
                                                      
PEPATAH lama mengingatkan kita: Expect the best, but be prepared for the worst. Harapkanlah yang terbaik, tetapi selalu persiapkan dirimu untuk menghadapi hal-hal terburuk.

Karena keduanya saling bertentangan, jarang sekali ditemui orang yang mau mendampingkan keduanya dalam satu pikiran

Pokoknya, kalau sudah senang, semuanya pun rela diberikan. Orang suka lupa bahwa setelah itu bisa saja semuanya pergi meninggalkan dan kita harus menghadapi kepahitan. Padahal, mental manusia Indonesia mudah terganggu kalau kehilangan muka dan butuh kompensasi.

Ini terasa benar belakangan dan sangat meracuni pikiran kaum muda ketika menyaksikan aktor-aktor politik berlaga. Padahal, tontonan itu hanyalah satu wajah dari dua sisi uang logam: berisi kumpulan expect the best.

Bersatu dalam Berebut Kue

Dalam literatur pemasaran dikenal dengan istilah coopetition, yaitu gabungan cooperation - competition. Suatu saat bersekutu, lain saat berseteru. Dalam model game theory itu disebutkan, para aktor seperti tengah memperebutkan pasar bak anak kecil berebutan sepotong kue.

Karena pasar terbatas, kue yang diperebutkan bisa hancur terpijak-pijak. Nah, daripada berkelahi tanpa hasil, lebih baik bersekutu. Ya, kita bersekutu bukan untuk rebutan, tetapi untuk memperbesar kue kemenangan.

Suasana itu terasa betul menjelang pilpres ini.

Para aktor politik yang diberitakan "sedang bangkrut", kurang modal, atau tidak laku di pasaran, lalu merapat ke salah satu kandidat capres. Di situ juga ada orang-orang paradoks, yang di satu sisi sudah kehilangan pasar, rating-nya jeblok, tetapi masih menjadi media darling sehingga seakan-akan masih laku untuk memecah suara.

Persekutuan orang-orang seperti ini semakin sering ditemui dalam panggung politik untuk mendapatkan sepotong kapling kekuasaan. Di dalamnya terdapat kumpulan singa-singa terluka dan manusia-manusia yang dikecewakan, yang tengah mencari kompensasi mental untuk mengubur kekecewaannya.

Tetapi, persoalannya, bisakah manusia-manusia yang terluka berjualan? Maksud saya menjual gagasan dan diterima publik secara luas. Feeling saya, alih-alih mengangkat, mereka justru menjadi masalah, beban, dan utang.

Sekarang ini semua terlihat baik-baik saja, bersatu, karena semua tengah "bertempur" satu lawan satu. Dan semua terlibat dalam semangat expect the best.

Jadi, sebenarnya, pesta demokrasi ini adalah pesta harapan kemenangan dari orang-orang yang tengah bertarung dengan para pendukungnya. Begitu kue di dapat, perebutan yang sebenarnya itulah yang perlu dijaga oleh bangsa ini. Itulah saatnya pertempuran yang membahayakan, dari "singa-singa" yang lapar, yang berebutan sepotong kesempatan oleh ribuan jago tempur yang merasa telah berjasa.

Sudah siapkah para capres mengobati luka-lukanya yang tak dapat tempat, membayar utang-utang yang jumlahnya tidak sedikit di bulan Agustus hingga Desember 2014 ini? Saya hanya bisa mengingatkan, be prepared for the worst. Bersiaplah menerima hal-hal terburuk kala mengharapkan hal-hal yang terbaik. Selamat bertarung!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar