Senin, 05 Mei 2014

Pilpres dan Tekanan Ekonomi

Pilpres dan Tekanan Ekonomi

Umar Juoro  ;   Ekonom Senior
di Center for Information and Development Studies dan Habibie Center
REPUBLIKA,  28 April 2014
                                                
                                                                                         
                                                      
Pilpres dan Tekanan Ekonomi Sebelumnya prospek pileg (pemilihan legislatif) dan pilpres (pemilihan presiden) memberikan harapan yang besar pada perkembangan ekonomi sebelum pelaksanaan pileg pada 9 April. Perkiraan bahwa PDIP akan memenangkan pileg dan membawa Jokowi sebagai presiden baru kenyataannya tidak seperti yang diperkirakan pelaku ekonomi. PDIP hanya mendapatkan 19 persen suara dan koalisi mendukung Jokowi sebagai capres juga belum jelas benar. Apalagi, koalisi partai lainnya yang mendukung capres lain juga masih belum jelas.

Hal tersebut menyebabkan ketidakpastian dan menurunnya harapan terhadap perkembangan ekonomi. Tambahan lagi permasalahan yang semakin menekan adalah besarnya defisit transaksi berjalan dan subsidi energi dalam APBN. Konsekuensinya, nilai rupiah melemah kembali dan pelaku ekonomi menjadi bersifat menunggu hasil pilpres serta kebijakan dan program pemerintahan baru nantinya.

Namun, tekanan ekonomi akan terus berlanjut. Pemerintah berencana akan menaikkan tarif listrik karena jika tidak maka besarnya subsidi energi akan menyebabkan defisit melampaui batas yang ditetapkan, yaitu tiga persen dari PDB. Melemahnya kembali nilai rupiah menyebabkan subsidi energi menjadi lebih besar karena impor minyak yang besar jumlahnya.

Sementara itu, target penerimaan pajak diperkirakan tidak akan tercapai.
Dengan masih dipertahankannya kebijakan moneter ketat, BI Rate pada tingkatan 7,5 persen, pertumbuhan kredit kecenderungannya juga menurun. 

Konsekuensinya, ke giatan ekonomi juga melemah. BI menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi menjadi 5,6 -5,9 persen dan begitu pula lembaga multilateral, Bank Dunia memperkirakan 5,3 persen. Beberapa analis bank investasi bahkan memperkirakan hanya lima persen.

Tentu saja momentum politik dari pilpres sangat bergantung pada bagaimana koalisi politik dibentuk dan bagaimana dukungan pemilih. Sejauh ini baru bisa dikatakan Jokowi sebagai capres dengan dukungan PDIP dan Nasdem. Namun, ketidakpastian siapa cawapres dan partai lain mana yang akan bergabung dengan koalisi masih belum jelas, sekalipun beberapa nama disebutkan.

Capres lainnya, Prabowo Subianto, dari Gerindra masih harus berusaha keras untuk membangun koalisi. Sedangkan, cawapres Golkar, Abu rizal Bakrie, masih harus menghadapi tantangan dari dalam partai sendiri karena hasil pileg yang kurang memuaskan.

Harapan pileg dan pilpres dapat memberikan dukungan pada perbaikan ekonomi mengalami penurunan sementara permasalahan riil ekonomi semakin menekan. Sementara itu, pemerintahan yang masih ada sekarang tidak dapat berbuat banyak untuk mengurangi tekanan ini.

Kemungkinan tarif listrik akan dinaikkan untuk memindahkan tekanan dari APBN kepada pelaku ekonomi. Beban APBN akan berkurang, tetapi beban pelaku ekonomi bertambah karena meningkatnya biaya produksi pada saat suku bunga pinjaman juga mengalami kenaikan. Sedangkan, tekanan subsidi BBM masih mengadang. Permasalahan subsidi BBM ini akan diwariskan kepada pemerintahan baru untuk mengatasinya. Tampaknya tidak ada ja lan yang realistis selain cepat atau lambat pemerintah harus menaikkan harga BBM bersubsidi.

Defisit neraca berjalan tidak akan dapat dipecahkan dalam waktu dekat karena banyak berkaitan dengan struktur perekonomian yang bergantung pada impor dan lemah dalam ekspor. Apalagi, kondisi ekonomi dunia juga belum akan mengalami perbaikan secara signifikan.

Pelemahan kegiatan ekonomi menjadi cara yang ditempuh untuk mengurangi tekanan defisit neraca berjalan ini. Dengan defisit neraca berjalan yang masih besar dan nilai rupiah yang kembali melemah, BI tidak akan menurunkan BI Rate untuk menstimulasi ekonomi.

Dengan demikian, kita harus menghadapi perkembangan ekonomi dengan realistis. Permasalahan harus di atasi dengan realistis juga, tidak dapat banyak mengharapkan pengaruh positif dari pilpres. Pemerintahan baru nanti juga harus mengatasi permasalahan dengan realistis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar