Disebut
beberapa artis dangdut dalam beberapa kegiatan yang melibatkan mantan Ketua
MK Akil Mochtar semakin memposisikan biduanita dari dunia musik asli
Indonesia itu, dangdut is music my country,
dekat dengan para koruptor. Sebelumnya beberapa artis dangdut juga disebut
dekat dengan Ahmad Fathanah. Bahkan satu di antara artis dangdut itu
menjadi istri Ahmad Fathanah. Kalau ditarik mundur ke belakang lagi, ada
seorang diva dangdut yang suaminya seorang anggota DPR dari PPP terjerat
dalam kasus korupsi.
Dengan semakin banyaknya penyanyi dangdut
berada dalam pusaran para koruptor bisa mengakibatkan musik ini yang
sebelumnya dicap sebagai musik kampungan kemudian naik ke gedongan akan
kembali ke posisi awal bahkan lebih buruk lagi predikatnya, musik yang
mengiringi para koruptor melakukan aktivitas korupsinya.
Musik dangdut adalah musik dari berbagai
unsur musik dari India, Melayu, Timur Tengah, dan unsur etnis dan bangsa
lainnya, di nusantara yang dari tahun ke tahun mengalami evolusi dan
mendapat sentuhan dari jenis musik lainnya. Di tangan pendangdut seperti
Rhoma Irama, jenis musik ini mengalami lompatan yang tinggi menjadi sebuah
jenis musik yang mampu bersaing dengan rock, pop, dan jazz.
Ketika marak berdiri stasiun televisi, musik
ini juga terangkat. Mereka diberi ruang oleh stasiun televisi untuk segmen
hiburan. Sebelumnya ada beberapa stasiun televisi yang enggan memberi ruang
pada musik dangdut dengan alasan kampungan namun begitu MTV memberi ruang
pada musik jenis ini maka seluruh stasiun televisi mengundang para penyanyi
dangdut untuk bergoyang dan berdendang. Acara musik dangdut di beberapa
stasiun televisi swasta yang pernah kesohor seperti Digoda, Joged, dan Duel
Inul.
Meski musik dangdut sudah diberi panggung
yang sangat luas di stasiun televisi, dan hal yang demikian mampu
mengangkat biduanita dangdut dari biduanita kampung menjadi kaum
selebritis, namun posisi penyanyi dangdut hingga sampai saat ini masih
dipandang sebelah mata. Dipandang sebelah mata sebab penyanyi dangdut dari
dulu hingga saat ini masih sering diperalat dan dijebak untuk kepentingan
politik, nafsu, dan kepentingan lainnya seperti pencucian uang.
Kalau
kita lihat dalam masa Orde Baru, para penyanyi dangdut diperalat meski
dibayar oleh para penguasa untuk menjadi pengumpul massa dalam
kampanye-kampanye (Partai) Golkar. Kalau kita pernah menyaksikan pentas
dangdut yang diselenggarakan oleh Golkar pasti kita akan melihat penyanyi
dangdut yang ternama seperti Camelia Malik, Iis Dahlia. Nama-nama mereka
memang manjur mengundang masyarakat untuk melihat acara yang diselenggarakan
oleh partai berlambang pohon beringin itu.
Selepas era reformasi, penyanyi dangdut
tidak terkutub dikontrak oleh Golkar namun semua partai mencoba mendekati
penyanyi dangdut. Setiap acara kampanye, entah itu kampanye Pilkada, Pileg,
Pilpres, pasti ada dendangan dan goyangan penyanyi dangdut. Penyanyi
dangdut tak sekadar dijadikan pengumpul massa namun mereka sudah diangkat
naik pada taraf yang lebih tinggi, jadi caleg, cabup, cagub, cawalkot
bahkan capres. Mereka diposisikan pada calon-calon itu bukan karena
kualitas namun lebih pada popularitas.
Kembali ke masalah mengapa banyak biduanita
masuk dalam pusaran koruptor. Jawabannya adalah, sebagaimana uraian di atas
bahwa awal dari musik ini adalah musik kampungan. Sebab musik
kampungan maka dari dulu hingga saat ini banyak biduanita lahir dan besar
di kampung, wilayah yang tak masuk sebutan metropolitan. Tak hanya itu,
biasanya kampung itu sebuah wilayah yang miskin, di mana banyak penduduknya
hanya berpendidikan sekolah dasar, lahan tandus, susah mencari pekerjaan
sehingga banyak yang menjadi TKW, bahkan ada wilayah bila penduduknya
melakukan kawin-cerai dengan orientasi mengejar harta sebagai hal yang
lumrah.
Sebagai seorang biduanita yang perlu hidup
glamour dan menor maka penyanyi-penyanyi itu perlu memperoleh tanggapan
atau pentas manggung yang sering untuk menopang gaya hidupnya. Tentu
tanggapan tidak setiap hari. Tanggapan sering biasanya saat musim panen
atau hari raya. Tentu sulit yang demikian bagi biduanita untuk bisa
bertahan hidup belum lagi ditambah dengan saingan di antara mereka.
Untuk menopang gaya hidupnya yang glamour
itulah ada di antara mereka mencari jalan pintas. Dengan modal wajah yang
cantik meski suara pas-pasan mereka mau dimadu, dijadikan istri ketiga atau
keempat oleh ‘orang-orang yang tak jelas.’ Siapa orang-orang yang tak jelas
itu? Yaitu orang-orang yang mempunyai duit banyak namun tidak jelas dari
mana asal duitnya itu. Orang yang demikian ya koruptor.
Bagaimana tidak tergoda kalau sang koruptor
itu dengan ringan tangan mentransfer duit sebanyak, misalnya Rp100 juta,
kepada biduanita. Bagaimana tidak tergoda kalau sang koruptor membelikan
mobil mewah dan rumah mewah. Serta uang harian yang tak sedikit.
Bila para biduanita dangdut masih dibesarkan
dalam suasana kemiskinan, pendidikan yang tak tinggi, dan lingkungan yang
melumrahkan kawin cerai, maka masih akan banyak lagi biduanita yang akan
masuk dalam pusaran koruptor. Agar citra tidak rusak seharusnya mereka
mampu menahan diri dan harus mengerti siapa orang yang mendekati dirinya.
Jangan hanya orang itu ringan tangan mentransfer uang lalu jadi gelap mata
mengiyakan apa saja yang ia mau. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar