Minggu, 24 November 2013

Menekan Kepadatan Lalu Lintas

Menekan Kepadatan Lalu Lintas
Sugiyono Madelan  ;   Peneliti INDEF, Dosen Universitas Mercu Buana
REPUBLIKA,  23 November 2013



Lebih dari 113 juta tenaga kerja di Indonesia per hari melakukan rutinitas mobilitas dari rumah ke tempat bekerja pergi-pulang per hari kerja. Demikian pula dengan anak-anak, anak sekolah, penduduk usia lanjut, dan penganggur yang mereka secara keseluruhan berjumlah sekitar 127 juta yang melakukan kegiatan sosial setiap hari. 

Di kota-kota besar di wilayah Jabodetabek, pada jam berangkat dan pulang kerja dijumpai keberadaan luas jalan yang kalah luas dibandingkan jumlah kendaraan yang melintas. Kelebihan kendaraan bermotor tersebut bukan hanya terjadi dari perjalanan melalui jalan-jalan kecil masuk ke jalan raya menuju kota, melainkan jalan tol berbayar pun mengalami kelebihan kendaraan pada jam-jam berangkat dan pulang kerja.

Dari 113 juta tenaga kerja tersebut, terdapat sektor lapangan usaha yang identik dengan pekerjaan di kota, seperti sektor konstruksi, perdagangan, rumah makan, jasa akomodasi, sektor trans- portasi, pergudangan dan komunikasi, sektor lembaga keuangan, real estat, usaha persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan. Mereka ini berjumlah sekitar 55 juta tenaga kerja. Jumlah yang besar apabila mereka minimal dilayani menggunakan kendaraan bermotor guna melancarkan mobilitas tenaga kerja di perkotaan.

Persoalannya adalah pembangunan jumlah pasokan angkutan umum yang bersifat masif kalah cepat pertumbuhannya dibandingkan jumlah permintaan penduduk yang melakukan mobilitas bekerja dan kegiatan sosial lainnya di atas. Akan tetapi, penduduk tidak dapat menunggu berlama-lama untuk dapat tiba tepat waktu dalam mengawali dan mengakhiri urusannya setiap hari.

Perusahaan otomotif swasta melihat peluang usaha tersebut. Berbagai 
pasokan kendaraan pribadi, jenis minibus yang digunakan untuk angkutan pribadi, dan sepeda motor diproduksi secara cepat. Lembaga pembiayaan juga melihat celah usaha tersebut. Uang muka untuk membeli kendaraan pribadi diperkecil, tenor masa pinjaman kredit diperpanjang, selektivitas memilih debitur diperlunak, dan kegagalan membayar kredit otomotif diperbaiki melalui mekanisme riset yang ketat.

Dampak penguatan pasokan otomotif dari perusahaan swasta tersebut memperlancar mobilitas tenaga kerja dan kegiatan sosial masyarakat. Suatu ketika dan sekarang terjadi adalah jumlah kendaraan bermotor pada jam-jam kerja tertentu lebih banyak dibandingkan luas jalan seperti telah diuraikan sebelumnya.

Sementara itu, angkutan umum terjebak pada himpitan kebijakan tarif angkutan umum dan kenyataan biaya operasional yang semakin menekan dan membuat mereka sulit untuk mengembangkan usahanya. Itu terjadi bukan hanya pada kasus minibus ataupun bus, melainkan juga pada taksi. 

Kereta api cepat juga mengalami tekanan himpitan yang sama untuk dapat 
tumbuh dan berkembang. Suku cadang kendaraan bermotor yang diproduksi di dalam negeri kalah bersaing dengan impor. Kecilnya margin transportasi umum dan rendahnya dukungan suku cadang kendaraan bermotor yang terjangkau itu suatu ketika pernah menimbulkan kanibalisme dalam bisnis angkutan umum.

Suku cadang mobil diambil agar suku cadang tersebut secara kanibal dapat mengganti kerusakan suku cadang mobil angkutan yang lainnya. Ditambah, keterlambatan pemerintah pusat memasok bahan bakar minyak yang mampu dibeli oleh usaha angkutan umum secara menyejahterakan, maupun sulitnya pemerintah daerah menghitung jumlah optimal angkutan umum itu telah membuat usaha angkutan umum sulit berkembang secara sehat untuk sama atau melebihi pertumbuhan kendaraan pribadi.

Sesungguhnya kepadatan lalu lintas dapat dikurangi apabila jumlah pasokan angkutan umum dapat ditingkatkan tanpa keharusan angkutan umum didanai dan oleh pemerintah daerah sepenuhnya. Misalnya, pemerintah memberikan kebijakan yang memungkinkan angkutan umum berkembang mengatasi lingkaran persoalan yang di antaranya telah disebutkan sebelumnya. 

Pemerintah daerah cukup membangun stok penyangga angkutan umum dalam jumlah yang cukup. Stok penyangga angkutan umum itu berguna apabila angkutan umum swasta gagal menjaga kepentingan umum dalam menjalankan mekanisme pasar.

Hanya dengan menyukseskan kepindahan kendaraan pribadi ke angkutan umum dan menaikkan rasio pajak antara kendaraan pribadi dan pajak kendaraan angkutan umum, kepadatan lalu lintas di perkotaan dapat dikurangi secara bermakna. Kebandelan kepindahan tersebut tentu saja perlu juga diperbaiki, seperti menambah ruang tunggu angkutan umum untuk memasukkan penumpang, mengatur kecepatan lampu hijau pengatur lalu lintas yang proporsional, menambah pembangunan simpang susun, seperti Jembatan Semanggi untuk mengurangi pertemuan arus jalan, dan pencanangan gerakan nasional untuk mengurangi kepadatan lalu lintas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar