Sabtu, 30 November 2013

Presiden Harapan Rakyat

Presiden Harapan Rakyat
Djoko Darmono  ;  Pengamat Birokrasi Pemerintahan
SUARA KARYA,  26 November 2013



Ketika Bung Karno menjadi Presiden Republik Indonesia yang pertama tahun 1945, usianya masih terbilang muda, 44 tahun. Namun, Bung Karno sejak remaja sudah berjuang untuk memerdekakan bangsanya dari cengkeraman penjajah. Bung Karno keluar masuk penjara demi perjuangannya. Dunia internasional mengakui, Soekarno adalah tokoh besar yang pernah dimiliki bangsa Indonesia.

Gagasan besarnya, Pancasila, hingga kapan pun tetap relevan dan diakui sebagai dasar negara. Ide-idenya, wawasan kebangsaan, dan keberpihakannya kepada rakyat sangatlah cemerlang. Bung Karno, bersama tokoh besar lainnya, Bung Hatta, adalah proklamator kemerdekaan RI. Bung Karno jauh dari ambisi untuk mencari keuntungan atau kekayaan pribadi. Sebaliknya, nyawanya dipertaruhkan demi perjuangan memerdekakan bangsanya.

Tak ada gading yang tak retak. Itulah pepatah yang berlaku secara universal. Di samping kecemerlangannya, sebagai insan politik yang digelutinya sejak muda, Bung Karno juga mempunyai kelemahan. Tetapi, kelemahan-kelemahan itu tidak akan mampu menutup jasanya yang besar menegakkan berdirinya Republik Indonesia yang dijajah Belanda ratusan tahun dan kemudian dijajah Jepang beberapa tahun.

Karena huru-hara yang terjadi tahun 1965, setelah menjadi presiden selama dua puluh dua tahun, pada 1967 Bung Karno digantikan oleh Soeharto. Pak Harto kala itu juga berusia relatif muda, 46 tahun. Pak Harto seorang perwira tinggi militer. Pernah menjadi Panglima Komando Mandala Pembebasan Irian Barat dan kemudian menjadi Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) dengan pangkat mayor jenderal.

Ketika memerintah, Pak Harto berhasil menata republik ini. Selama pemerintahannya, keberhasilan yang penting dicatat adalah menjadikan Indonesia sebagai negeri swasembada beras (pangan). Di samping itu, faktor keamanan sangat dirasakan oleh rakyat. Setelah sekitar tiga puluh satu tahun memerintah, rakyat tidak lagi menghendakinya memimpin negeri ini. Atas desakan masyarakat, Pak Harto mengundurkan diri. Kembali lagi, di samping kehebatannya, seorang pemimpin memiliki sisi kelemahan.

Dari dua presiden yang pernah memimpin Indonesia puluhan tahun, banyak hal positif dapat kita petik. Harus jujur diakui, banyak sisi jasa besar yang telah ditorehkan oleh keduanya dalam mengisi kemerdekaan, membesarkan jiwa, semangat dan menyejahterakan rakyatnya.

Setelah Indonesia memasuki masa reformasi tahun 1998, banyak kesempatan bagi kaum muda untuk menunjukkan kapabilitasnya menjadi pemimpin negeri. Salah satu caranya melalui saluran demokratis, yaitu partai politik yang diakui oleh negara.

Kini, untuk menunjukkan kualitas sebagai pemimpin bangsa, tidak perlu dengan perjuangan berat. Kita tidak lagi berjuang melawan penjajah. Tetapi, sayangnya, tidak kunjung muncul tokoh penuh kecemerlangan yang berani berjuang bagaimana menjadi pemimpin berkarakter, jujur, brilian, dan berpihak kepada rakyat.

Dari pemilu legislatif (pileg), pemilu presiden (pilpres), dan juga pemilihan kepala daerah (pilkada) belum tampak jelas ada calon pemimpin yang diidamkan rakyat. Justru sebaliknya, sebagian besar di antara mereka adalah pemburu rente, ingin memakmurkan pribadi dan kelompoknya. Pameran kemewahan mendominasi hasrat kesenangan mereka.

Rakyat tetap menunggu, semoga negeri ini segera dianugerahi seorang pemimpin yang hebat, lugas demi rakyat, sebagaimana nilai-nilai positif yang diwariskan oleh Bung Karno dan Pak Harto. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar