Ketika Bung Karno menjadi Presiden Republik
Indonesia yang pertama tahun 1945, usianya masih terbilang muda, 44 tahun.
Namun, Bung Karno sejak remaja sudah berjuang untuk memerdekakan bangsanya
dari cengkeraman penjajah. Bung Karno keluar masuk penjara demi
perjuangannya. Dunia internasional mengakui, Soekarno adalah tokoh besar yang
pernah dimiliki bangsa Indonesia.
Gagasan besarnya, Pancasila, hingga kapan
pun tetap relevan dan diakui sebagai dasar negara. Ide-idenya, wawasan
kebangsaan, dan keberpihakannya kepada rakyat sangatlah cemerlang. Bung
Karno, bersama tokoh besar lainnya, Bung Hatta, adalah proklamator
kemerdekaan RI. Bung Karno jauh dari ambisi untuk mencari keuntungan atau
kekayaan pribadi. Sebaliknya, nyawanya dipertaruhkan demi perjuangan
memerdekakan bangsanya.
Tak ada gading yang tak retak. Itulah
pepatah yang berlaku secara universal. Di samping kecemerlangannya, sebagai
insan politik yang digelutinya sejak muda, Bung Karno juga mempunyai
kelemahan. Tetapi, kelemahan-kelemahan itu tidak akan mampu menutup jasanya
yang besar menegakkan berdirinya Republik Indonesia yang dijajah Belanda
ratusan tahun dan kemudian dijajah Jepang beberapa tahun.
Karena huru-hara yang terjadi tahun 1965,
setelah menjadi presiden selama dua puluh dua tahun, pada 1967 Bung Karno
digantikan oleh Soeharto. Pak Harto kala itu juga berusia relatif muda, 46
tahun. Pak Harto seorang perwira tinggi militer. Pernah menjadi Panglima
Komando Mandala Pembebasan Irian Barat dan kemudian menjadi Panglima
Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) dengan pangkat mayor
jenderal.
Ketika memerintah, Pak Harto berhasil menata
republik ini. Selama pemerintahannya, keberhasilan yang penting dicatat
adalah menjadikan Indonesia sebagai negeri swasembada beras (pangan). Di
samping itu, faktor keamanan sangat dirasakan oleh rakyat. Setelah sekitar
tiga puluh satu tahun memerintah, rakyat tidak lagi menghendakinya memimpin
negeri ini. Atas desakan masyarakat, Pak Harto mengundurkan diri. Kembali
lagi, di samping kehebatannya, seorang pemimpin memiliki sisi kelemahan.
Dari dua presiden yang pernah memimpin
Indonesia puluhan tahun, banyak hal positif dapat kita petik. Harus jujur
diakui, banyak sisi jasa besar yang telah ditorehkan oleh keduanya dalam
mengisi kemerdekaan, membesarkan jiwa, semangat dan menyejahterakan
rakyatnya.
Setelah Indonesia memasuki masa reformasi
tahun 1998, banyak kesempatan bagi kaum muda untuk menunjukkan
kapabilitasnya menjadi pemimpin negeri. Salah satu caranya melalui saluran
demokratis, yaitu partai politik yang diakui oleh negara.
Kini, untuk menunjukkan kualitas sebagai
pemimpin bangsa, tidak perlu dengan perjuangan berat. Kita tidak lagi
berjuang melawan penjajah. Tetapi, sayangnya, tidak kunjung muncul tokoh
penuh kecemerlangan yang berani berjuang bagaimana menjadi pemimpin
berkarakter, jujur, brilian, dan berpihak kepada rakyat.
Dari pemilu legislatif (pileg), pemilu
presiden (pilpres), dan juga pemilihan kepala daerah (pilkada) belum tampak
jelas ada calon pemimpin yang diidamkan rakyat. Justru sebaliknya, sebagian
besar di antara mereka adalah pemburu rente, ingin memakmurkan pribadi dan
kelompoknya. Pameran kemewahan mendominasi hasrat kesenangan mereka.
Rakyat tetap menunggu, semoga negeri ini
segera dianugerahi seorang pemimpin yang hebat, lugas demi rakyat,
sebagaimana nilai-nilai positif yang diwariskan oleh Bung Karno dan Pak
Harto. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar