Senin, 11 November 2013

Apakah Dia Membohongimu?

Apakah Dia Membohongimu?
Sawitri Supardi Sadarjoen ;  Penulis Rubrik Konsultasi Psikologi Harian Kompas, Dekan Fakultas Psikologi Universitas YARSI
KOMPAS, 10 November 2013


Seorang klien perempuan (K, 27 tahun), mengungkapkan perasaannya pada saya:

”Ibu, saya tidak mampu menghilangkan kecurigaan saya pada tunangan saya. Saya rasa ia sepertinya punya affair baru dengan perempuan lain karena sering kali saya merasa seolah dia tidak sedang mendampingi saya, dan pikirannya sering tampak melayang saat berbincang dengan saya. Saya sering mengutarakan kecurigaan saya, tapi sepertinya dia tidak berterus terang, bahkan saya merasa sering dibohonginya. Saya juga sering mengonfrontasi dirinya, tetapi sampai saat ini reaksinya tidak pernah meyakinkan saya. Sementara pikiran dan perasaan saya terhadap dirinya sangat mengganggu dan meningkatkan kecurigaan saya tentang berbagai hal.”

Selanjutnya K menyambung bahwa dua temannya yang sudah menikah juga agak curiga bahwa suaminya menjalin affair dengan teman kantornya. Mereka menyewa detektif partikelir untuk mengawasi perilaku suaminya. Keduanya menasihati K untuk juga menyewa detektif partikulir seperti halnya mereka. K datang pada saya untuk meminta pendapat saya dan apakah saya menyetujui ide menyewa detektif untuk menyelidiki perilaku tunangannya tersebut.

Saya langsung menjawab bahwa apabila saya dalam posisi kamu, saya tidak akan menyewa detektif karena menunjukkan bahwa sebenarnya kita sendirilah yang akhirnya mempunyai affair. Artinya, saya pikir saya tidak akan mampu lagi membina relasi yang penuh ketulusan, nyaman, dan penuh kasih dengan tunangan saya itu kelak. Apalagi, keadaan itu menyangkut keberadaan saya di samping dirinya apabila saya menikah dengannya kelak.

Bisa dipahami apabila relasi yang mungkin terjalin akan diwarnai oleh kerahasiaan, serta banyak yang harus ditutup-tutupi. Saya juga tidak mau apabila reaksi saya dan respons saya dalam menanggapi pembicaraan dengannya diwarnai ketidakpercayaan dan penuh rahasia terhadap dirinya. Kecuali itu, kebalikannya, saya juga tidak berkeinginan untuk pada suatu saat tinggal bersama dengan seseorang yang membuat saya merasa tidak tenang dan aman karena orang tersebut mencurigai saya, berusaha memeriksa HP saya, curi-curi membuka tas tangan saya, dan menelusuri setiap relasi saya dengan orang lain, apakah dengan teman sekantor atau atasan saya kelak. Apalagi, untuk itu pasangan saya harus menyewa seorang detektif khusus. Terus terang saya tidak mau menikah dengan orang seperti itu.

Intuisi

Kemudian, saya mendukung K untuk lebih yakin dan memercayai intuisinya tentang sikap tunangannya. K seyogianya meyakini bahwa ada sesuatu yang salah dalam relasinya dengan tunangannya, dan untuk itu K harus mendalami pemahamannya tentang pribadi tunangannya sambil mencoba berbagai upaya untuk tetap merasa nyaman berelasi dengan tunangannya. Rangkaian pertanyaan yang seyogianya K lakukan adalah:

• Sejauh mana K tahu tentang keadaan teman-teman dan keluarga tunangannya?
• Pertanyaan apa saja yang sudah K ungkapkan padanya tentang masa lalu hubungannya dengan mantan-mantan kekasihnya?
 Bagaimanakah riwayat masa lalu tentang hal keterbukaan, kejujuran, dan kesetiaannya selama K berhubungan dengannya?
 Apakah dia biasa terbuka atau tertutup tentang kesulitan-kesulitan emosional yang pernah dia alami selama kehidupannya?
• Apakah K sendiri seorang pencemburu dan selalu bereaksi berlebihan terhadap hal-hal yang menyentuh perasaannya sendiri?

Hal lain yang juga saya sarankan adalah jagalah perhatiannya terhadap tunangannya dengan suatu saat mengatakan, ”Saya merasa bahwa relasi kita saat ini berubah, namun kamu selalu mengatakan bahwa, ’Ah, itu sih perasaanmu sendiri saja yang selalu kamu tonjolkan.’”

Katakan selanjutnya: ”Tapi, terus terang sebenarnya saya masih punya ganjalan yang belum terselesaikan, maukah kamu khusus meluangkan waktu untuk mendiskusikannya dengan lebih serius? ”Siapa tahu saat ini kamu sedang mengalami kesulitan dalam pekerjaanmu, atau kamu mungkin menghadapi masalah kesehatan fisikmu atau barangkali kamu merasa bahwa relasi antarkita sudah kehilangan romantisme atau apa punlah beratnya masalah yang kamu atau kita rasakan, marilah kita bicarakan secara terbuka.”

Sampaikanlah semua pertanyaan tersebut dengan sikap positif dan jangan sekali-kali bernadakan tuduhan. K juga bisa mengungkap harapan-harapan pribadinya dalam kehidupan perkawinan, yang ditandai oleh kejelasan sikap antarpasangan, keintiman, kejujuran, dan saling percaya di antara pasangan. Apabila K tak melandasi relasi dengan rasa percaya pada tunangannya, keputusan menikah dengannya menjadi keputusan yang tidak bijaksana bagi masa depan kehidupan perkawinannya kelak.

Tetap waspada

Nasihat saya terhadap K memang merupakan salah satu alternatif dari berbagai cara penyelesaian persoalan, bisa saja bagi orang-orang tertentu justru menyewa detektif adalah cara yang terbaik bagi penyelesaian masalah dengan pasangannya. Terkadang sebagai konselor yang mencoba berbagi dalam cara penanganan kasus K kepada para pembaca, dinilai kurang tepat bagi penyelesaian masalah perkawinan setiap pembaca. Untuk itu, saya sarankan ambillah hal-hal yang terasa bermanfaat, tetapi abaikan hal-hal yang kurang ”pas”.


Namun, lepas dari dilema tersebut, kita sebagai insan pasti tidak luput dari kemungkinan dibohongi oleh pasangan kita. Kita tidak tahu, apakah pasangan kita jujur dalam menceritakan kejadian yang menimpanya. Jadi hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah tetap waspada, hiduplah dengan perasaan terhormat, katakanlah segala sesuatu dengan benar, karena menurut saya menyewa detektif adalah satu arah pengambilan keputusan yang salah, kecuali kalau kita memang benar-benar merasa sudah tidak mampu mempertahankan relasi dengan pasangan kita.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar