SIDANG 115 kardinal di seluruh dunia atau konklaf di Kapel
Sistina, Kompleks Basilika Santo Petrus, menghasilkan kejutan. Pada hari
kedua atau putaran kelima pemungutan suara terpilih Kardinal Jorge Mario
Bergoglio SJ sebagai paus baru untuk memimpin 1,2 miliar umat Katolik
sedunia menggantikan Paus Emeritius Benediktus XVI. Pemilihan itu ditandai
dengan mengepulnya asap putih dari cerobong asap Kapel Sistina, Rabu, 13
Maret 2013 pukul 01.10 WIB atau 18.10 waktu Roma.
Munculnya asap
putih langsung disambut tepuk tangan dan teriakan ribuan peziarah umat
Katolik di lapangan Basilika Santo Petrus, Vatikan. Selain tepuk tangan,
lonceng-lonceng basilika didentangkan menyambut terpilihnya paus baru. "Habermas Papam" (Kami
memiliki paus baru) saat umat menunggu dengan melambaikan bendera dari
seluruh dunia.
Meski diyakini
menjadi "kuda hitam" dalam pemilihan paus 2005 nama Jorge Mario
Bergoglio tidak begitu dikenal. Demikian pula nama ini tidak difavoritkan
untuk dipilih bila dibandingkan dengan para kardinal, seperti Marz Quellet
(Kanada), Peter Tuckson (Ghana), atau Angelo Scola (Milan, Italia) yang
menjadi dekan para kardinal. Dalam sejarahnya konklaf pemilihan paus memang
selalu menghasilkan kejutan dan bertolak belakang dengan spekulasi media.
Ini sejalan
dengan adagium: siapa yang masuk sebagai "paus" justru akan
keluar sebagai kardinal. Artinya, kardinal yang diharapkan menjadi paus
justru tidak terpilih. Dalam sejarah gereja Katolik siapa yang
"digadang-gadang" sebagai paus memang tidak terpilih kecuali
Kardinal Joseph Ratzinger yang kemudian menjadi Paus Benediktus XVI.
Jorge Mario
Bergoglio SJ lahir pada 17 Desember 1936. Jorge menjabat Uskup Agung Buenos
Aires sejak 1998 dan diangkat menjadi kardinal Argentina pada 2001 dan
konklaf 2013 memilihnya menjadi paus ke-266. Nama Francis yang disandangnya
merupakan sikap hormatnya kepada Santo Franciscus dari Asisi, Italia
(1181-1182). Santo Franciscus Asisi dikenal sebagai sosok yang sangat
peduli kepada rakyat miskin.
Paus Francis I
yang baru saja terpilih mendapat sambutan positif dari penjuru dunia.
Presiden AS Barack Obama menyampaikan salam hangat dan harapan agar paus
baru melanjutkan pendahulunya dalam menggalang dialog perdamaian. Paus baru
diharapkan melanjutkan dalam memelihara perdamaian, terutama relasi
Islam-Kristen. Paus Fransiskus dikenal sebagai orang yang sederhana dan
penuh kasih dalam melayani kaum papa miskin di Amerika Latin.
Terpilihnya
paus dari Argentina atau non-Eropa pertama di era modern tentu mengirim
pesan bahwa pembaruan dan penyegaran gereja harus dimulai dari
negara-negara Amerika Latin yang masih harus berjuang dengan kemiskinan dan
ketidakadilan. Jika Paus Benediktus XVI cenderung antifeminisme dan teologi
pembebasan, gereja-gereja di Amerika Latin justru menjadikan teologi sebagai
ajang pembebasan dari ketertindasan politik dan kemiskinan.
Kesederhanaan
paus -konon memasak sendiri di apartemennya- tentulah memberikan
keteladanan bagaimana gereja harus berpihak kepada persoalan kemiskinan.
Hal itu harus dimulai dari para pemimpinnya.
Di internal
gereja Katolik terpilihnya paus baru memberikan harapan bagi penyegaran
dalam kehidupan beriman. Kemerosotan kualitas dan kuantitas hidup beriman
di seluruh dunia sudah barang tentu menjadi gejala dan perhatian serius.
Skandal seks sesama jenis, pedofilia, dan korupsi menjadi pekerjaan rumah
yang harus dituntaskan. Lunturnya hidup beriman yang ditandai berkurangnya
jumlah umat, merosotnya panggilan imam dan biarawan/wati serta kosongnya
gereja pada hari Minggu menjadi tantangan serius. Paus baru terpilih di
tengah anomali antara gereja Katolik konservatif yang setia pada
ajaran-ajaran iman dengan modernisasi dan menggejalanya konsumerisme.
Pada saat yang
sama Paus Francis I diharapkan mampu "menambal" beberapa
kekurangan Paus Benediktus XVI, terutama soal administrasi. Kebocoran
dokumen rahasia Tahta Suci dan skandal sesama jenis yang menimpa seorang
kardinal di lingkaran Vatikan kiranya menjadi koreksi. Paus baru diharapkan
lebih tertib administrasi sekaligus bersikap tegas terhadap isu-isu aktual,
seperti perkawinan sesama jenis yang ditolak keras oleh pendahulunya
Benediktus XVI.
Selama ini
Bergoglio dikenal sebagai orang lurus dan konservatif. Dia berdebat dengan
Presiden Argentina Cristina Fernandes de Kirchner soal perkawinan sesama
jenis dan peredaran alat kontrasepsi. Paus Benediktus XVI menyebut
feminisme merusak martabat keluarga. Terhadap skandal pedofilia yang
menimpa beberapa pastor di Amerika Serikat dengan terbuka Paus Benediktus
XVI menyampaikan penyesalan dan meminta maaf.
Itulah
sebabnya, paus baru di era modern ini mesti tampil dengan sikapnya yang
konservatif, tetapi juga mampu berdiri di atas semua kepentingan. Bagi
Indonesia, umat Katolik, terpilihnya paus dari sesama negara berkembang
tentu menjanjikan harapan. Harus diakui, negara-negara berkembang menjadi
tumpuan gereja Katolik semesta di masa mendatang, terutama kepedulian
terhadap soal kemiskinan.
Umat Katolik di
negara berkembang menemukan Paus yang senasib dengan persoalan yang
dihadapi mayoritas umat. Paus non-Eropa di era modern ini tentu menjadi
inspirasi bagi negara-negara di belahan Amerika Latin, Afrika, dan Asia.
Kiprah Paus baru memang masih harus dibuktikan dalam periode kegembalannya.
Tetapi, gereja Katolik Indonesia lega karena sang Gembala itu akhirnya
terpilih dan berarti perayaan Paskah mendatang kita sudah memiliki paus. Selamat datang Paus Francis I! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar