Jumat, 15 Maret 2013

Makna Paus Baru Non-Eropa


Makna Paus Baru Non-Eropa
Paulus Mujiran  ;  Ketua Pelaksana Yayasan Kesejahteraan
Keluarga Soegijapranata Semarang
JAWA POS, 15 Maret 2013

  
SIDANG 115 kardinal di seluruh dunia atau konklaf di Kapel Sistina, Kompleks Basilika Santo Petrus, menghasilkan kejutan. Pada hari kedua atau putaran kelima pemungutan suara terpilih Kardinal Jorge Mario Bergoglio SJ sebagai paus baru untuk memimpin 1,2 miliar umat Katolik sedunia menggantikan Paus Emeritius Benediktus XVI. Pemilihan itu ditandai dengan mengepulnya asap putih dari cerobong asap Kapel Sistina, Rabu, 13 Maret 2013 pukul 01.10 WIB atau 18.10 waktu Roma. 

Munculnya asap putih langsung disambut tepuk tangan dan teriakan ribuan peziarah umat Katolik di lapangan Basilika Santo Petrus, Vatikan. Selain tepuk tangan, lonceng-lonceng basilika didentangkan menyambut terpilihnya paus baru. "Habermas Papam" (Kami memiliki paus baru) saat umat menunggu dengan melambaikan bendera dari seluruh dunia. 

Meski diyakini menjadi "kuda hitam" dalam pemilihan paus 2005 nama Jorge Mario Bergoglio tidak begitu dikenal. Demikian pula nama ini tidak difavoritkan untuk dipilih bila dibandingkan dengan para kardinal, seperti Marz Quellet (Kanada), Peter Tuckson (Ghana), atau Angelo Scola (Milan, Italia) yang menjadi dekan para kardinal. Dalam sejarahnya konklaf pemilihan paus memang selalu menghasilkan kejutan dan bertolak belakang dengan spekulasi media. 

Ini sejalan dengan adagium: siapa yang masuk sebagai "paus" justru akan keluar sebagai kardinal. Artinya, kardinal yang diharapkan menjadi paus justru tidak terpilih. Dalam sejarah gereja Katolik siapa yang "digadang-gadang" sebagai paus memang tidak terpilih kecuali Kardinal Joseph Ratzinger yang kemudian menjadi Paus Benediktus XVI. 

Jorge Mario Bergoglio SJ lahir pada 17 Desember 1936. Jorge menjabat Uskup Agung Buenos Aires sejak 1998 dan diangkat menjadi kardinal Argentina pada 2001 dan konklaf 2013 memilihnya menjadi paus ke-266. Nama Francis yang disandangnya merupakan sikap hormatnya kepada Santo Franciscus dari Asisi, Italia (1181-1182). Santo Franciscus Asisi dikenal sebagai sosok yang sangat peduli kepada rakyat miskin. 

Paus Francis I yang baru saja terpilih mendapat sambutan positif dari penjuru dunia. Presiden AS Barack Obama menyampaikan salam hangat dan harapan agar paus baru melanjutkan pendahulunya dalam menggalang dialog perdamaian. Paus baru diharapkan melanjutkan dalam memelihara perdamaian, terutama relasi Islam-Kristen. Paus Fransiskus dikenal sebagai orang yang sederhana dan penuh kasih dalam melayani kaum papa miskin di Amerika Latin.

Terpilihnya paus dari Argentina atau non-Eropa pertama di era modern tentu mengirim pesan bahwa pembaruan dan penyegaran gereja harus dimulai dari negara-negara Amerika Latin yang masih harus berjuang dengan kemiskinan dan ketidakadilan. Jika Paus Benediktus XVI cenderung antifeminisme dan teologi pembebasan, gereja-gereja di Amerika Latin justru menjadikan teologi sebagai ajang pembebasan dari ketertindasan politik dan kemiskinan. 

Kesederhanaan paus -konon memasak sendiri di apartemennya- tentulah memberikan keteladanan bagaimana gereja harus berpihak kepada persoalan kemiskinan. Hal itu harus dimulai dari para pemimpinnya.

Di internal gereja Katolik terpilihnya paus baru memberikan harapan bagi penyegaran dalam kehidupan beriman. Kemerosotan kualitas dan kuantitas hidup beriman di seluruh dunia sudah barang tentu menjadi gejala dan perhatian serius. Skandal seks sesama jenis, pedofilia, dan korupsi menjadi pekerjaan rumah yang harus dituntaskan. Lunturnya hidup beriman yang ditandai berkurangnya jumlah umat, merosotnya panggilan imam dan biarawan/wati serta kosongnya gereja pada hari Minggu menjadi tantangan serius. Paus baru terpilih di tengah anomali antara gereja Katolik konservatif yang setia pada ajaran-ajaran iman dengan modernisasi dan menggejalanya konsumerisme. 

Pada saat yang sama Paus Francis I diharapkan mampu "menambal" beberapa kekurangan Paus Benediktus XVI, terutama soal administrasi. Kebocoran dokumen rahasia Tahta Suci dan skandal sesama jenis yang menimpa seorang kardinal di lingkaran Vatikan kiranya menjadi koreksi. Paus baru diharapkan lebih tertib administrasi sekaligus bersikap tegas terhadap isu-isu aktual, seperti perkawinan sesama jenis yang ditolak keras oleh pendahulunya Benediktus XVI. 

Selama ini Bergoglio dikenal sebagai orang lurus dan konservatif. Dia berdebat dengan Presiden Argentina Cristina Fernandes de Kirchner soal perkawinan sesama jenis dan peredaran alat kontrasepsi. Paus Benediktus XVI menyebut feminisme merusak martabat keluarga. Terhadap skandal pedofilia yang menimpa beberapa pastor di Amerika Serikat dengan terbuka Paus Benediktus XVI menyampaikan penyesalan dan meminta maaf. 

Itulah sebabnya, paus baru di era modern ini mesti tampil dengan sikapnya yang konservatif, tetapi juga mampu berdiri di atas semua kepentingan. Bagi Indonesia, umat Katolik, terpilihnya paus dari sesama negara berkembang tentu menjanjikan harapan. Harus diakui, negara-negara berkembang menjadi tumpuan gereja Katolik semesta di masa mendatang, terutama kepedulian terhadap soal kemiskinan. 

Umat Katolik di negara berkembang menemukan Paus yang senasib dengan persoalan yang dihadapi mayoritas umat. Paus non-Eropa di era modern ini tentu menjadi inspirasi bagi negara-negara di belahan Amerika Latin, Afrika, dan Asia. Kiprah Paus baru memang masih harus dibuktikan dalam periode kegembalannya. Tetapi, gereja Katolik Indonesia lega karena sang Gembala itu akhirnya terpilih dan berarti perayaan Paskah mendatang kita sudah memiliki paus. Selamat datang Paus Francis I! 
● 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar