MANUSIA memiliki berbagai cara untuk menampilkan citra
dirinya. Istilah populernya disebut facework.
Istilah itu dikembangkan oleh Stella Ting Toomey, yaitu mengenai cara
memprediksi bagaimana seseorang mengelola facework dalam interaksinya. Face di sini mengacu pada self
image seseorang yang ditampilkan pada saat berhadapan dengan orang lain.
Dengan kata lain, menurut Littlejohn, face bermakna perasaan positif tentang diri sendiri dalam
cara apa pun budaya itu sudah ditetapkan. Facework adalah perilaku komunikasi seseorang yang digunakan
untuk membangun dan melindungi citra diri, juga untuk membangun,
melindungi, atau mengancam citra diri orang lain. Citra diri merupakan
kajian universal. Tetapi bagaimana citra diri didefinisi kan dan cara
bagaimana citra diri dibangun berbeda-beda pada tiap orang dan pada
setiap budaya.
Ketika facework
diaplikasikan pada kepemimpinan sebuah organisasi termasuk negara maka
facework menjadi sebuah upaya untuk menutupi sebagian kelemahan diri, baik
dalam kepemimpinan ataupun dalam mempertahankan argumentasi berkinerja di
depan publik, pengikut, maupun para penentangnya--kalangan oposisi.
Dalam politik Amerika Serikat, Barack Obama ketika berkampanye
berhasil mencitrakan dirinya dengan kemampuan berorasi sehingga mampu
mengungguli pesaingnya, John McCain, dalam pemilu 2008 dan kemudian
mengungguli Mitt Romney dalam pemilu kedua 2012. Ada kemampuan berpolitik
serta keandalan berkinerja sehingga ia berhasil mengalahkan rival
utamanya, veteran pejuang terkemuka McCain.
Dalam pemilu kedua yang mengalahkan m Romney, Obama menang m dan
menjadikan dirinya tokoh campuran kulit putihhitam pertama dalam sejarah
yang berhasil menjadi Presiden AS untuk kedua kalinya.
Faktor Penentu
Kita juga segera mengetahui hasil pemilu di Inggris yang menetapkan
David Cameron sebagai perdana menteri (PM), atau pengukuhan tokoh wanita
Angela Merkel sebagai Kanselir Jerman. Atau keputusan Cameron menunjuk
mantan PM Tony Blair sebagai mediator perdamaian Timur Tengah, Afghanistan,
dan nuklirisasi Korea Utara.
Lalu faktor apa sebagai penentu sukses dalam pemerintahan Obama
atau Cameron? Obama memperjuangkan santunan kesehatan bagi masyarakat AS,
menyelesaikan dua perang besar, Irak dan Afghanistan. Adapun Cameron
membantu Wali Kota London Boris Johnson menyukseskan Olimpiade London
2012 serta mendukung Blair menyelesaikan perdamaian Irak dan Afghanistan,
serta menjajaki kemungkinan mendinginkan nuklirisasi Korea Utara.
Saya sebagai pengamat komunikasi dan akademisi mengangkat beberapa
substansi mengenai kepemimpinan Presiden Obama untuk membandingkan-nya
dengan pengalaman di Indonesia, khususnya dalam mengamati kinerja Kabinet
Indonesia Bersatu (KIB) II pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Memang belakangan Partai Demokrat sebagai the Indonesian ruling party era reformasi mengalami tekanan
politik akibat berbagai kasus korupsi yang melibatkan beberapa tokohnya.
Namun, kita harus objektif dalam memahami berbagai sukses yang
dicapainya. Artinya, berbagai kebijakan dalam KIB I dan II cukup baik
meskipun ada cacat (khususnya korupsi) di sana-sini.
Tuntutan Konstitusi
Sebagai akademisi, saya ingin mengutip prakarsanya untuk memenuhi
tuntutan konstitusional, yakni pertambahan persentase dana pendidikan
yang sejak lama dituntut mahasiswa dan para insan perguruan tinggi agar
mencapai 20% dari APBN. Jumlah APBN 2012 berkisar Rp1.425 triliun.
Meskipun masih timpang, karena jumlah warga miskin hanya turun 12%,
persentase itu dianggap politisi Senayan belum berimbang perbandingannya
dengan Malaysia. Adapun dana pendidikan menjadi Rp26,7 triliun karena
bertambah dari Rp12,8 triliun pada APBN Perubahan 2012.
Pertambahan itu akibat kenaikan harga minyak dunia. Jadi memang ada
kejadian global yang mendorong prakarsa pemerintahan SBY dan ditetapkan
pada rapat Komisi X DPR dengan Mendikbud Mohammad Nuh pada 29 Maret 2012.
Saya boleh mengatakan itu salah satu kesuksesan facework KIB II dari segi
kebijakan pendidikan.
Facework yang dimaksud
ialah upaya untuk memperbaiki citra diri atau perbaikan citra diri (restorative facework) yang
dirancang untuk membangun kembali kesan orang lain setelah kita melakukan
kesalahan yang membuat orang lain tidak berkenan.
Mundurnya Andi Mallarangeng dari jabatan menpora, mundurnya Ibas
dari DPR adalah upaya facework kepemimpinan SBY memperbaiki citra diri
walau kemudian tercemar kembali dengan kasus turunnya Anas Urbaningrum
dari jabatan Ketua Umum Partai Demokrat. Padahal pada awal terpilihnya
Anas dengan mengalahkan Andi Mallarangeng dan Marzuki Alie, secara tidak langsung
mendorong pemeliharaan citra diri kepemimpinan SBY sebagai pembina partai
yang bersikap demokratis.
Kini facework apa yang
akan dipresentasikan dalam kongres luar biasa Demokrat di Bali akhir
Maret nanti. Siapa kader partai yang akan terpilih sebagai ketua umum
akan menjadi diskusi lebih lanjut. Kasus korupsi yang bertubi-tubi
menimpa kader Demokrat membuat partai itu menjadi sibuk dengan upaya
memelihara citra diri (preventive
facework), yaitu komunikasi yang dirancang untuk melindungi seseorang
dari perasaan terancam oleh kesan orang lain, termasuk kesan bahwa partai
yang dibina sejalan dengan tekad negara untuk memberantas korupsi maupun
sibuk dengan upaya perbaikan citra diri guna merebut kembali simpati.
Dengan kata lain facework
adalah harga diri. Kepemimpinan partai apa pun di Indonesia ataupun di
Amerika akan memperjuangkan harga dirinya apalagi menjelang pemilu. Face is more important than life itself,
bahwa harga diri itu lebih penting daripada kehidupan itu sendiri. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar