Minggu, 31 Maret 2013

Ekonomi Kreatif dalam Kurikulum 2013


Ekonomi Kreatif dalam Kurikulum 2013
Ririn Handayani ;  Alumnus Pascasarjana Universitas Airlangga
SUARA KARYA, 30 Maret 2013


Perubahan dan tantangan global yang terus bergerak dinamis mengharuskan kita melakukan sejumlah penyesuaian dan penyempurnaan dalam rangka memaksimalkan persiapan. Termasuk dalam bidang pendidikan, salah satu sektor yang paling menentukan kemajuan sebuah bangsa dan negara. Terkait hal ini, pemerintah akan segera mengimplementasikan Kurikulum 2013 mulai Tahun Ajaran 2013/2014 di semua jenjang pendidikan mulai SD, SMP, hingga SMA atau sederajat.

Perubahan kurikulum dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik kita agar lebih siap dalam menghadapi tantangan-tantangan di masa depan melalui pengetahuan, keterampilan, sikap dan keahlian untuk beradaptasi serta bisa bertahan hidup dalam lingkungan yang senantiasa berubah.

Terlepas dari berbagai pro dan kontra yang menyertainya, salah satu substansi penting dalam Kurikulum 2013 yang sangat relevan dengan kondisi Indonesia saat ini adalah materi pembelajaran mengenai ekonomi kreatif terutama dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya. Sejumlah kondisi riil yang membuat materi ini menjadi penting dan genting untuk segera direalisasikan, antara lain tren ekonomi global yang tengah berkembang, upaya untuk melestarikan budaya bangsa yang kian kritis, meningkatkan daya saing sekaligus sebagai upaya untuk menumbuhkembangkan semangat kewirausahaan sejak dini pada peserta didik. Modal inilah yang kita butuhkan untuk mempersiapkan generasi emas dalam rangka menyongsong satu abad Indonesia merdeka tahun 2045 nanti.

Semangat perubahan yang patut kita apresiasi dalam Kurikulum 2013, salah satunya adalah upaya untuk menjawab persaingan global yang kian ketat. Hanya mereka yang kreatif dan kompeten di bidangnya yang akan keluar sebagai pemenang. Dalam konteks ini, pendidikan merupakan salah satu breeding ground (tempat perkecambahan) yang utama bagi tumbuh dan berkembangnya insan-insan kreatif dan berdaya saing tinggi di kemudian hari. Ada banyak manfaat yang akan kita peroleh dengan memberikan porsi yang lebih besar mengenai ekonomi kreatif dalam kurikulum baru kita.

Pertama, ini sejalan dengan tren ekonomi global saat ini, yakni ekonomi kreatif. Tren ekonomi ini kini menjadi primadona banyak negara sehingga mereka berlomba-lomba mengembangkan berbagai potensi ekonomi kreatifnya. Sangat disayangkan jika Indonesia dengan potensi sangat besar di bidang ini, melewatkannya begitu saja.

Kedua, materi pembelajaran mengenai ekonomi kreatif juga sangat terkait erat dengan upaya pelestarikan budaya bangsa yang semakin kritis terutama di kalangan generasi muda. Porsi yang kurang dalam kurikulum kita selama ini membuat upaya pelestarian budaya bangsa kian terpinggirkan. Generasi muda kita semakin asing dan tidak tertarik dengan budayanya sendiri. Sementara banyak orang dari negara lain justru memberikan perhatian yang besar bahkan dengan tekun mempelajari budaya kita hingga mahir.

Bangsa yang lupa pada budayanya sendiri akan sangat merugi di kemudian hari. Banyak budaya bangsa yang akan dipatenkan oleh negara lain karena mereka lebih memperhatikan dan secara nyata melestarikan budaya kita. Jika ini terus dibiarkan, kerugian yang akan kita dapati akan sangat besar tidak hanya secara ekonomi namun juga secara nilai dan identitas yang nilainya tak bisa diukur dengan materi.

Ketiga, materi pembelajaran ekonomi kreatif juga sangat kondusif dalam menumbuhkembangkan semangat kewirausahaan pada generasi muda. Semangat dan kemampuan ini akan membuat mereka lebih siap menghadapi persaingan di masa depan yang pastinya akan semakin sengit.
Dengan berbagai manfaat ini, tidaklah berlebihan jika Kurikulum 2013 bisa dijadikan momentum untuk membangkitkan ekonomi kreatif secara formal melalui lembaga pendidikan.

Berharga Mahal

Tak bisa dipungkiri, perubahan kurikulum berarti mengeluarkan banyak biaya. Mulai perumusan konsep, sosialisasi kepada masyarakat hingga penyediaan perangkat dan infrastruktur serta pelatihan bagi guru agar bisa mengimplementasikan kurikulum dengan baik. Para guru inilah yang akan menjadi ujung tombak perubahan kurikulum di lapangan. Terlebih, untuk materi pembelajaran mengenai ekonomi kreatif yang membutuhkan tenaga pengajar yang mumpuni di bidangnya.

Ketersediaan SDM ekonomi kreatif yang berkecimpung di dunia pendidikan masih sangat minim sehingga dibutuhkan insentif terutama bagi para guru dan calon guru agar termotivasi mendalami bidang-bidang ekonomi kreatif. Insentif dapat berupa beasiswa untuk melanjutkan studi di bidang ekonomi kreatif.

Pembelajaran mengenai ekonomi kreatif juga membutuhkan bahan dan sarana praktik yang tidak murah harganya agar siswa tidak hanya berteori. Pelajaran yang langsung dipraktikkan juga cenderung lebih menyenangkan. Semua ini jelas membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sebuah harga mahal yang harus kita bayar untuk membeli masa depan yang gemilang. Namun harga yang harus kita bayar sekarang menjadi tidak seberapa jika dibandingkan dengan kerugian yang harus kita tanggung di masa yang akan datang jika mengabaikannya. Saat banyak budaya kita dipatenkan oleh negara lain sehingga kita harus membayar untuk bisa menikmati sesuatu yang mulanya adalah miliki kita sendiri.

Kerugian tidak sedikit baik secara materi maupun harga diri juga akan kita alami saat Indonesia diserbu oleh pekerja asing dan menempati berbagai posisi strategis sementara anak bangsa sendiri hanya bisa menempati posisi bawahan. Bisa-bisa kita menjadi pesuruh di rumah sendiri. Sebelum semua ini terjadi, inilah saatnya kita memantapkan langkah untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin. Dan Kurikulum 2013 memungkinkan kita untuk mewujudkan harapan ini.  ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar