Perubahan dan tantangan
global yang terus bergerak dinamis mengharuskan kita melakukan sejumlah
penyesuaian dan penyempurnaan dalam rangka memaksimalkan persiapan.
Termasuk dalam bidang pendidikan, salah satu sektor yang paling
menentukan kemajuan sebuah bangsa dan negara. Terkait hal ini, pemerintah
akan segera mengimplementasikan Kurikulum 2013 mulai Tahun Ajaran
2013/2014 di semua jenjang pendidikan mulai SD, SMP, hingga SMA atau
sederajat.
Perubahan kurikulum dimaksudkan untuk mempersiapkan
peserta didik kita agar lebih siap dalam menghadapi tantangan-tantangan
di masa depan melalui pengetahuan, keterampilan, sikap dan keahlian untuk
beradaptasi serta bisa bertahan hidup dalam lingkungan yang senantiasa
berubah.
Terlepas dari berbagai pro dan kontra yang menyertainya,
salah satu substansi penting dalam Kurikulum 2013 yang sangat relevan
dengan kondisi Indonesia saat ini adalah materi pembelajaran mengenai
ekonomi kreatif terutama dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya.
Sejumlah kondisi riil yang membuat materi ini menjadi penting dan genting
untuk segera direalisasikan, antara lain tren ekonomi global yang tengah
berkembang, upaya untuk melestarikan budaya bangsa yang kian kritis,
meningkatkan daya saing sekaligus sebagai upaya untuk menumbuhkembangkan
semangat kewirausahaan sejak dini pada peserta didik. Modal inilah yang
kita butuhkan untuk mempersiapkan generasi emas dalam rangka menyongsong
satu abad Indonesia merdeka tahun 2045 nanti.
Semangat perubahan yang patut kita apresiasi dalam
Kurikulum 2013, salah satunya adalah upaya untuk menjawab persaingan
global yang kian ketat. Hanya mereka yang kreatif dan kompeten di
bidangnya yang akan keluar sebagai pemenang. Dalam konteks ini,
pendidikan merupakan salah satu breeding ground (tempat perkecambahan)
yang utama bagi tumbuh dan berkembangnya insan-insan kreatif dan berdaya
saing tinggi di kemudian hari. Ada banyak manfaat yang akan kita peroleh
dengan memberikan porsi yang lebih besar mengenai ekonomi kreatif dalam
kurikulum baru kita.
Pertama, ini sejalan dengan tren ekonomi global saat
ini, yakni ekonomi kreatif. Tren ekonomi ini kini menjadi primadona
banyak negara sehingga mereka berlomba-lomba mengembangkan berbagai
potensi ekonomi kreatifnya. Sangat disayangkan jika Indonesia dengan
potensi sangat besar di bidang ini, melewatkannya begitu saja.
Kedua, materi pembelajaran mengenai ekonomi kreatif
juga sangat terkait erat dengan upaya pelestarikan budaya bangsa yang
semakin kritis terutama di kalangan generasi muda. Porsi yang kurang
dalam kurikulum kita selama ini membuat upaya pelestarian budaya bangsa
kian terpinggirkan. Generasi muda kita semakin asing dan tidak tertarik
dengan budayanya sendiri. Sementara banyak orang dari negara lain justru
memberikan perhatian yang besar bahkan dengan tekun mempelajari budaya
kita hingga mahir.
Bangsa yang lupa pada budayanya sendiri akan sangat
merugi di kemudian hari. Banyak budaya bangsa yang akan dipatenkan oleh
negara lain karena mereka lebih memperhatikan dan secara nyata
melestarikan budaya kita. Jika ini terus dibiarkan, kerugian yang akan
kita dapati akan sangat besar tidak hanya secara ekonomi namun juga
secara nilai dan identitas yang nilainya tak bisa diukur dengan materi.
Ketiga, materi pembelajaran ekonomi kreatif juga
sangat kondusif dalam menumbuhkembangkan semangat kewirausahaan pada
generasi muda. Semangat dan kemampuan ini akan membuat mereka lebih siap
menghadapi persaingan di masa depan yang pastinya akan semakin sengit.
Dengan berbagai manfaat ini, tidaklah berlebihan jika
Kurikulum 2013 bisa dijadikan momentum untuk membangkitkan ekonomi
kreatif secara formal melalui lembaga pendidikan.
Berharga Mahal
Tak bisa dipungkiri, perubahan kurikulum berarti
mengeluarkan banyak biaya. Mulai perumusan konsep, sosialisasi kepada
masyarakat hingga penyediaan perangkat dan infrastruktur serta pelatihan
bagi guru agar bisa mengimplementasikan kurikulum dengan baik. Para guru
inilah yang akan menjadi ujung tombak perubahan kurikulum di lapangan.
Terlebih, untuk materi pembelajaran mengenai ekonomi kreatif yang
membutuhkan tenaga pengajar yang mumpuni di bidangnya.
Ketersediaan SDM ekonomi kreatif yang berkecimpung di
dunia pendidikan masih sangat minim sehingga dibutuhkan insentif terutama
bagi para guru dan calon guru agar termotivasi mendalami bidang-bidang
ekonomi kreatif. Insentif dapat berupa beasiswa untuk melanjutkan studi
di bidang ekonomi kreatif.
Pembelajaran mengenai ekonomi kreatif juga
membutuhkan bahan dan sarana praktik yang tidak murah harganya agar siswa
tidak hanya berteori. Pelajaran yang langsung dipraktikkan juga cenderung
lebih menyenangkan. Semua ini jelas membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Sebuah harga mahal yang harus kita bayar untuk membeli masa depan yang
gemilang. Namun harga yang harus kita bayar sekarang menjadi tidak
seberapa jika dibandingkan dengan kerugian yang harus kita tanggung di
masa yang akan datang jika mengabaikannya. Saat banyak budaya kita
dipatenkan oleh negara lain sehingga kita harus membayar untuk bisa
menikmati sesuatu yang mulanya adalah miliki kita sendiri.
Kerugian tidak sedikit baik secara materi maupun
harga diri juga akan kita alami saat Indonesia diserbu oleh pekerja asing
dan menempati berbagai posisi strategis sementara anak bangsa sendiri
hanya bisa menempati posisi bawahan. Bisa-bisa kita menjadi pesuruh di
rumah sendiri. Sebelum semua ini terjadi, inilah saatnya kita memantapkan
langkah untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin. Dan Kurikulum 2013
memungkinkan kita untuk mewujudkan harapan ini. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar