Hati saya berbunga-bunga ketika
mendengar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan resmi mempersiapkan jamu
untuk diajukan ke UNESCO, Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan
Kebudayaan PBB. Diharapkan, jamu menjadi warisan budaya dunia karya
bangsa Indonesia.
Perjuangan mengusung jamu
menjadi intangible cultural heritage barulah awal perjalanan panjang
untuk meyakinkan panitia penilai UNESCO. Di samping harus menempuh
antrean panjang karena setiap tahun UNESCO hanya mengakui maksimal satu
warisan kebudayaan tak-benda dari setiap negara anggota, ikhtiar
Kemdikbud juga akan sia-sia tanpa dukungan terpadu segenap pelaku dan
pemerhati jamu, dari penjaja jamu gendong, peramu jamu, petani tanaman
jamu, pengusaha jamu, hingga pemerintah khususnya Kementerian Kesehatan.
Para pelaku usaha jamu harus
mampu meyakinkan UNESCO, jamu benar-benar bagian integral kebudayaan
bangsa Indonesia di bidang kesehatan, kecantikan, dan kebahagiaan
sehingga layak dinobatkan sebagai salah satu intangible cultural heritage
setara dengan keris, batik, angklung, tari saman, dan lain-lainnya. Para
penyaji jamu gendong harus benar-benar disiplin menjaga kebersihan dan
keamanan produknya. Para pelaku industri jamu harus menjunjung tinggi hak
konsumen untuk memperoleh informasi produk yang benar.
Para pelaku industri jamu wajib
menghentikan angkara murka memproduksi dan memasarkan produk jamu yang
dicampur bahan-bahan farmasi dan kimiawi karena membahayakan konsumen!
Segenap perilaku buruk yang mencemarkan citra jamu harus dilenyapkan.
Dokter dan Apoteker
Para dokter dan apoteker
Indonesia yang masih antijamu seyogianya menahan diri dalam melecehkan
jamu sebagai sesuatu yang tidak bisa dipertanggungjawabkan
”keilmiahan”-nya. Mereka sebaiknya membuka nurani untuk lebih mau
memahami dan menghargai jamu sebagai karsa dan karya kebudayaan bangsa
Indonesia.
Para dokter dan apoteker tidak
perlu memaksakan diri menggunakan jamu dalam penunaian tugas pelayanan
kesehatannya. Cukup tak merendahkan harkat dan martabat jamu sudah sangat
membantu. Sama halnya para musisi Indonesia yang dididik secara akademis
musik Barat sehingga kadang kurang menghargai para musisi tradisional.
Mahakarya lukisan Raden Saleh,
yang sempat menempuh pendidikan seni rupa di Eropa, tidak lebih adiluhung
dibandingkan relief-relief di Candi Borobudur ataupun Prambanan. Para
antropolog dan ilmuwan kebudayaan masa kini menyadari, di marcapada ini
sebenarnya tidak ada kebudayaan suatu bangsa yang bisa dinilai lebih
unggul atau lebih rendah ketimbang kebudayaan bangsa lain.
Paham diskriminasi mutu
kebudayaan hanya dijabarkan kaum imperialis dan kolonialis demi
meruntuhkan ketahanan kebudayaan bangsa yang mereka jajah agar lebih
mudah dijajah. Industri farmasi di Indonesia tidak perlu khawatir
tersaingi sehingga tidak perlu menghambat pengakuan UNESCO.
Jamu sama sekali bukan ancaman
bagi industri farmasi. Seyogianya pembuktian ilmiah terhadap jamu tidak
dipaksakan dengan hanya menggunakan kaidah kebudayaan asing, tetapi
dengan lebih memperhatikan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan
bangsa Indonesia.
Pembuktian ilmiah bisa lebih
difokuskan kepada upaya mengeliminasi risiko dan dampak buruk produk jamu
dan pengobatan tradisional Indonesia terhadap kesehatan masyarakat.
Kementerian Kesehatan bisa memosisikan jamu setara dengan farmasi dalam
sistem pelayanan kesehatan nasional. Jamu bisa menjadi tuan rumah di
negeri sendiri, dan tak secara langsung dimusnahkan dengan mengganti nama
menjadi herbal.
Kebudayaan
Para cendekiawan dan budayawan
bisa berperan dalam menjalin kesepakatan mengenai definisi jamu. Memang,
jamu akan diajukan ke UNESCO bukan dalam bentuk terpenggal-penggal,
misalnya hanya jamu jawa atau jamu bali, tetapi benar-benar dalam satu
kenusantaraan.
Mari kita bersama-sama
menginventarisasi seluruh jenis jamu dari barat sampai ke timur, mulai
dari jamu aceh, jamu padang, jamu palembang, jamu sunda, jamu jawa , jamu
madura, jamu bali, dan seterusnya sampai jamu papua.
Perbendaharaan jamu di segenap
pelosok Nusantara berpotensi memperkokoh landasan dan pilar kebudayaan
yang menopang dan melandasi jamu, seperti semboyan Bhinneka Tunggal Ika,
beraneka tetapi bersatu-padu sebagai suatu kesatuan mahakarsa dan
mahakarya kebudayaan bangsa Indonesia. Inilah yang dipersembahkan bagi kesehatan,
kecantikan, dan kebahagiaan umat manusia sehingga meyakinkan panitia
penilai UNESCO. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar