Kamis, 07 Agustus 2014

Pesta Ekonomi Kerakyatan

Pesta Ekonomi Kerakyatan

Susidarto  ;   Praktisi Perbankan, Pemerhati Masalah Sosial Ekonomi
SUARA MERDEKA, 04 Agustus 2014
                                                                                                                       
                                                                                                                                   

DATA statistik pemerintah menyebutkan, mudik Lebaran tahun ini setidaktidaknya melibatkan 30 juta lebih pemudik. Proses mudik merupakan bentuk konsekuensi logis dari tingginya mobilitas pekerja yang tidak lagi dibatasi kabupaten/ kota atau provinsi. Tidak menarik dan langkanya lapangan kerja di pedesaan memaksa sebagian penduduk golongan muda mencari pekerjaan di kota besar. Fenomena ini akibat dari tidak meratanya pusat pertumbuhan bisnis di seluruh kawasan namun cenderung hanya terkonsentrasi di kota besar.

Apa pun motivasinya, satu hal yang layak direnungkan adalah fenomena mudik Lebaran membawa dampak ekonomi tidak kecil. Dana yang dibawa pemudik dari berbagai kota besar bisa memutar dan menggeliatkan roda perekonomian pedesaan. Berbagai kawasan penunjang seperti Wonogiri, Kebumen, Cilacap, dan beberapa kawasan yang dekat dengan Semarang, yang notabene merupakan daerah pemasok tenaga kerja, ikut kecipratan dampak ekonomi mudik. Tak hanya itu, tiap bulannya incoming remittance (transfer dari TKI) yang mengalir ke daerah ini ternyata cukup besar (baik dari dalam maupun luar negeri).

Jika kita berandaiandai bahwa pemudik di kawasan Jateng, khususnya yang bekerja di berbagai kota besar ini pulang ke kampung halaman, dan berjumlah ratusan ribu orang maka uang yang dibawa ke pedesaan, dan memutarkan roda bisnis akan menjadi besar. Seandainya tiap pemudik membelanjakan uang hingga Rp 500 ribu saja sepanjang mudik Lebaran maka peredaran uang di kawasan kota-kota satelit di sekitar Semarang menjadi besar. Nilainya mungkin puluhan bahkan ratusan miliar rupiah. Memang selama ini belum pernah ada penelitian masalah ini. Namun, dampak ekonomi yang ditimbulkan tidak bisa dipandang sebelah mata. Ekonomi rakyat yang selama ini cenderung mati suri akibat sepinya permintaan pasar akan kembali bergairah.

Ekonomi rakyat dalam hal ini biasanya berhubungan dengan bisnis makanan dan minuman, pakaian, mainan anak-anak, perhotelan (penginapan), wisata, serta kegiatan perekonomian kreatif lain, selama ini sepi permintaan. Tapi setidaknya ritual mudik Lebaran menjadikan berkah tersendiri bagi pelaku ekonomi kerakyatan, yang selama ini kembang-kempis terkena imbas/dampak krisis ekonomi global. Wajah perekonomian rakyat kembali menjadi bergairah. Terjadi pesta ekonomi kerakyatan.

Inilah dampak ganda dari prosesi mudik, yang seringkali hanya dipandang secara parsial (tidak utuh). Padahal ritual ini sangat dinantikan baik oleh pemudik, sanak-saudara di kampung halaman, maupun pelaku ekonomi (sektor riil), para pengusaha gurem, yang seolah mendapat ”rezeki tiban” mudik Lebaran. Periode pemudik pulang kampung yang cukup panjang (maksimal 10 hari) setidaknya bisa dimanfaatkan oleh mereka yang kreatif dalam menangkap peluang bisnis.

Peningkatan Profit

Di sini kreativitas dan inovasi perlu dikembangkan lebih lanjut untuk menyosong periode emas yang sangat pendek ini. Segala sisik-melik persiapan harus dilakukan. Kalau perlu menambah barang dagangan, sehingga omset bisnis akan meningkat. Pendek kata, periode emas mudik harus bisa dimanfaatkan secara optimal. Dengan meningkatnya profit, mereka akhirnya juga bisa ikut membahagiakan istri/suami dan anak-anaknya dalam menyongsong Lebaran dan hari-hari mendatang dengan lebih berkualitas.

Kawasan desa akhirnya menjadi kembali hidup dengan kehadiran para pemudik ini. Desa yang selama ini merana ditinggalkan kaum muda, kembali bergairah. Bahkan dari berbagai bentuk komunikasi dan diskusi dengan pemudik akan tercipta peluang bisnis baru di kawasan pedesaan yang selama ini belum pernah terpikirkan bersama. Bukan tidak mungkin pemudik ini mencoba berinvestasi di desanya, dan selanjutnya terciptalah lapangan kerja baru. Kalau pemudik ini lantas bisa membawa pemodal besar masuk ke desanya maka kehidupan bisnis di pedesaan akan semakin bergairah. Akhirnya pesta perekonomian rakyat benar-benar terjadi.

Melihat dampak ekonomi mudik yang demikian besar maka tidak terlalu mengherankan kalau fenomena ini ditunggu banyak pihak. ”Rezeki tiban” Lebaran akan memungkinkan banyak warga meningkat penghasilannya. Demikian demikian, multiplier effect yang dihasilkan dari fenomena mudik merupakan sesuatu yang bisa dihitung secara matematis. Kiranya tak hanya itu, mudik kali ini hendaknya bisa dijadikan momentum perbaikan ekonomi ke depan, mengingat kehadirannya yang begitu strategis untuk memengaruhi kehidupan ekonomi masyarakat pinggiran.

Bagaimanapun mudik Lebaran tetap menjadi upacara menarik. Dengan demikian, budaya mudik memiliki daya pikat dan daya tarik tersendiri. Dengan mudik itulah pemudik menjadikan arena untuk menunjukkan tampilan yang bercorak metropolis. Di samping itu juga dapat bertemu dengan keluarga serta kawan lama yang berada di kota lain sebagai ajang tukar-menukar informasi dan pengalaman. Pada saat yang bersamaan memungkinkan terjadi perpaduan antara budaya perkotaan dan pedesaan. Mudik Lebaran juga sebagai seremonial spiritual yang memiliki nilai sosial besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar