Pemimpin
Negara Harus Memiliki Visi Global
Wawancara
Ban Ki-moon ; Sekjen PBB
|
KOMPAS,
29 Agustus 2014
“Banyak masalah dunia
dewasa ini, seperti ekstremisme, terorisme, dan migrasi, yang hanya bisa
diselesaikan dengan persatuan dan solidaritas semua negara di dunia. Itu
sebabnya, para pemimpin negara-negara di dunia harus memiliki visi global
untuk tidak hanya mengutamakan kepentingan nasionalnya sendiri.”
Demikian
disampaikan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon
dalam wawancara khusus dengan Kompas di Nusa Dua, Bali, Kamis (28/8). Ban
berada di Indonesia untuk menghadiri Konferensi Ke-6 Aliansi Peradaban PBB
(UNAOC) yang akan dibuka Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Jumat pagi.
Menurut
Ban, ada begitu banyak contoh konsekuensi tragis yang terjadi saat dunia tak
bisa bersatu menghadapi suatu masalah. Masalah bisa semakin besar saat
pihak-pihak yang tak bisa bersatu itu justru para anggota Dewan Keamanan PBB,
yang memiliki tanggung jawab utama menjaga perdamaian dunia.
Dalam
kasus perang saudara di Suriah, misalnya, perbedaan pendapat tajam antara
Rusia dan Tiongkok di satu sisi serta Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya di
sisi lain telah menciptakan tragedi kemanusiaan.
”Hampir 200.000 orang
tewas dalam 3,5 tahun terakhir di Suriah. Setengah dari populasinya, sekitar
11 juta jiwa, terkena dampak, baik langsung maupun tidak langsung. Ada 3 juta
pengungsi di lima negara tetangga Suriah,” tutur diplomat karier senior asal Korea
Selatan ini.
Ban
mengingatkan, itu baru masalah di satu negara. Masih banyak tragedi
kemanusiaan terjadi di tempat lain, seperti Irak, Afrika Tengah, Sudan
Selatan, Mali, Jalur Gaza, dan Ukraina.
Selalu ada kekurangan
Ia
menambahkan, PBB didirikan untuk menolong orang-orang yang membutuhkan
bantuan, seperti orang-orang sakit dan miskin, yang hak asasi dan martabatnya
telah diinjak-injak para pemimpin negara atau pemimpin komunitas tertentu.
”Namun, selalu ada
kekurangan sumber daya, keterbatasan kapasitas. Itu sebabnya, saya meminta
kepada para pemimpin di dunia untuk memiliki visi global, tidak hanya melihat
ke batas-batas negaranya sendiri,” ujar Ban.
Ban,
yang menjabat Sekjen PBB untuk periode kedua, mengingatkan bahwa saat ini
kita hidup di sebuah dunia yang terkoneksi. Apa yang terjadi di satu negara
bisa segera berdampak pada negara-negara tetangganya atau bahkan negara yang
letaknya jauh.
Fakta
itu membuat persatuan dunia semakin dibutuhkan untuk menghadapi ancaman dan
tantangan baru, seperti maraknya gerakan radikalisme, ekstremisme, dan
terorisme, serta meningkatnya migrasi warga untuk mencari kehidupan lebih
baik. ”Tak ada satu negara pun bisa
menghadapi hal ini. Bahkan, PBB pun tak bisa menghadapinya sendirian,”
tutur Ban yang menambahkan, PBB tak akan bisa mewujudkan tujuannya jika
komunitas internasional terpecah.
”Saya meminta para
pemimpin dunia untuk benar-benar menunjukkan kepemimpinan global mereka,
bukan (sekadar) kepemimpinan nasional. Saat kita memiliki solusi global yang
baik, hal itu akan berpengaruh positif pada solusi nasional,” ujar Ban.
Indonesia
yang bersemboyan Bhinneka Tunggal Ika
menjadi tuan rumah pertemuan keenam UNAOC sebagai penghargaan atas usaha
keras mempromosikan harmoni. Upaya itu dilakukan Indonesia yang membangun
dialog antar-agama dan peradaban, jauh sebelum Aliansi Peradaban PBB
dilahirkan tahun 2005 atas prakarsa Sekjen PBB saat itu, Kofi Annan.
Forum
yang diikuti perwakilan dari 114 negara, 24 organisasi internasional, dan
masyarakat madani ini bertujuan mempromosikan harmoni peradaban serta
menjembatani kesenjangan antara Islam dan Barat. Juga mendukung upaya politik
untuk menghilangkan ekstremisme. Fokusnya pada pengembangan pendidikan,
pemuda, dan media.
Sekjen
PBB mengatakan, dunia mengalami banyak masalah karena kurangnya toleransi dan
pemahaman. ”Tema kali ini, yaitu Bhinneka Tunggal Ika, sangat cocok dengan
kondisi dunia saat ini,” kata Ban Ki-moon.
Sementara
itu, saat mengunjungi Green School Bali
di Kabupaten Badung, Sekjen PBB menegaskan komitmennya menyuarakan isu
lingkungan hidup dalam agenda dunia. ”Dunia ini akan kita serahkan untuk
generasi penerus,” kata Ban. Planet Bumi menghadapi banyak persoalan,
termasuk kenaikan suhu bumi dan perubahan iklim. Ban mengajak semua pihak
menjaga bumi. ”Itu tanggung jawab kita,” ujarnya. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar