Palestina
dan Jas Merah
Mustakim ; Mantan Diplomat
|
REPUBLIKA,
28 Agustus 2014
Ada
beberapa pihak yang bertanya, mengapa Indonesia yang jauh dari Palestina dan
di dalam negeri masih mempunyai persoalan masalah kesejahteraan rakyatnya,
ingin membantu rakyat Palestina dengan sumbangan yang juga dibutuhkan
sendiri. Gempuran Israel ke wilayah
Gaza Palestina telah mengakibatkan kesengsaraan kemanusiaan yang luar biasa
hebat dengan korban meninggal,
prasarana dan sarana yang hancur rusak. Apa alasannya Indonesia ikut membantu
sekadar meringankan penderitaan rakyat Palestina? Untuk menjawab pertanyaan
ini marilah kita menengok sebentar ke belakang pada waktu Indonesia
memproklamasikan kemerdekaan
tanggal 17 Agustus 1945.
Satu-satunya
negara di dunia yang belum merdeka secara politik dengan berdaulat penuh
adalah yang kita kenal dengan Palestina.
Walaupun demikian, hubungan emosional dan politik antara Indonesia
dengan Palestina telah terjalin sejak Indonesia merdeka, walaupun Palestina
sendiri belum merdeka. Lho kok bisa?
Mendengar
Indonesia negara nun jauh di timur tanggal 17 Agustus 1945 telah menyatakan
kemerdekaannya, Mufti Palestina Shaikh al-Hajj Amin al-Husaini, adalah orang
yang pertama-tama menyiarkan kemerdekaan Indonesia di radio internasional,
dan menyerukan negara-negara anggota
Liga Arab mengakui kemerdekaan
Indonesia. Atas jasa Shaikh al-Hajj Amin al-Husaini dengan
lobi-lobi yang beliau lakukan, dalam
sidang Liga Arab bulan Oktober 1946 telah menyerukan anggotanya untuk mengakui kemerdekaan
Indonesia. Mesir adalah negara yang
pertama mengakui kemerdekaan
Indonesia dengan mengirimkan utusannya
yaitu Mohammad Abdul Mounem, Konjen
Mesir di Bombay (Mumbay sekarang) India dengan menembus blokade Belanda telah selamat mendarat di Yogyakarta untuk menemui
Presiden Sukarno tanggal 14 Maret
1947. Dan kemudian diikuti oleh
negara-negara lain mengakui kemerdekaan Indonesia, antara lain, Lebanon ( 29
Juni 1947), Suriah (2 Juli 1947), Afghanistan (23 September 1947), Burma
sekarang Myanmar (23 November 1947), Arab Saudi (24 November 1947), Yaman (4 Mei 1948), dan Uni Soviet (26 Mei 1948). Perjanjian
persahabatan pertama yang dibuat Indonesia adalah dengan Mesir yang
ditandatangani di Kairo oleh Menlu
Agus Salim pada tanggal 11 Juni 1947.
Ini tidak terlepas dukungan yang diberikan oleh Palestina sehingga pengakuan
ini memperkuat posisi tawar Indonesia menghadapi Belanda.
Tidak
itu saja, seorang saudagar kaya dari Palestina bernama Ahmad Taher, langsung
mengambil tabungannya untuk membantu Indonesia yang baru merdeka. Ini fakta
sejarah yang tidak dapat diingkari,
tidak boleh dilupakan dan ini
merupakan salah satu alasan mengapa Indonesia membantu perjuangan rakyat Palestina
memperoleh kemerdekannya. Walaupun
pada saat itu komunikasi belum secanggih seperti sekarang, tetapi berita dapat mencapai Palestina dan
mendapat respons yang sangat berharga
bagi eksistensi Indonesia dan tidak bisa dinilai dengan uang. Alasan utama
tentunya amanat pembukaan UUD 1945, "Kemerdekaan
ïtu ialah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak
sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan". Setelah Konferensi Asia Afrika tahun 1955 yang menyerukan kemerdekaan seluruh bangsa Asia
Afrika yang belum merdeka waktu itu, rupanya
keberuntungan belum singgah di bumi Palestina.
Presiden
Indonesia pertama, proklamator kemerdekaan Bung Karno dalam salah satu
pidatonya mengatakan "Jangan sekali-kali
meninggalkan sejarah atau disingkat Jasmerah" telah memberikan pengajaran yang berharga kepada bangsa kita agar kita
mau menengok ke belakang melihat perjalanan bangsa kita sejak awal, sampai
kini untuk menatap masa depan. Dalam
membantu terbentuknya negara Palestina,
Indonesia selain berbicara dalam forum internasional (SU PBB, DK PBB,
Dewan HAM PBB, Konferensi ASEAN-GCC dll),
juga memberikan bantuan kemanusiaan dan juga menyiapkan para diplomat
muda Palestina dengan mendapatkan pendidikan di Indonesia.
Dengan demikian Indonesia tidak hanya "Omdo
atau omong doang" tetapi telah melakukan tindakan nyata.
Sehingga,
Indonesia yang memberikan bantuan kepada Palestina pada masa-masa sulit
mereka sudah pada tempatnya, sebagaimana mereka memberikan bantuan yang
monumental di masa-masa sulit Indonesia di awal kemerdekaan, demi eksistensi
Indonesia. Untuk mempercepat
tercapainya eksistensi Palestina yang utuh diperlukan rekonsiliasi bangsa Palestina sendiri agar
mempercepat tercapainya kemerdekaan penuh
seperti yang dicita-citakan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar