Penguasa,
Mari Berpanjat Pinang!
V Sigit Tri Prabowo ;
Perajin anyaman di Gombong
Kabupaten Kebumen
|
SUARA
MERDEKA, 13 Agustus 2014
"Hadiah lomba dibagi
sesuai kebutuhan karena semua sadar tak ada yang layak mengklaim paling
berjasa"
Sebagai
bekas ‘‘atlet‘‘ panjat pinang andalan RT, saya menganggap Agustus adalah
bulan penuh kegairahan. Bulan ketika batang-batang pinang ditancapkan, dan di
puncaknya hadiah digantungkan. Panjat pinang adalah lomba penuh sorak-sorai
bagi kami, orang-orang kecil. Kontestasi untuk meraih kegembiraan bersama,
jauh melampau nilai hadiah yang digantung di puncak. Kegiatan yang jauh dari
caci-maki, fitnah, dan manipulasi.
Langkah
pertama dalam strategi panjat pinang adalah kesediaan bercermin diri. Tiap
anggota regu mesti memahami potensi dan kelemahan diri. Atlet bertubuh gempal
mesti ikhlas menempatkan diri sebagai dasar supaya ia tidak menjadi beban
pemain di bawahnya. Atlet berikutnya
yang sedikit lebih kurus akan memanjat sambil bertumpu di pundak si gempal.
Begitu seterusnya sampai pemain yang paling kecil dan kurus.
Enak
dong pemain yang paling kurus karena dia yang akan meraih hadiah? Jangan khawatir, kami, para atlet panjat
pinang selalu bersikap kesatria. Pemain teratas akan meraih hadiah kemudian
menjatuhkannya ke bawah untuk kemudian dikumpulkan dan dinikmati bersama.
Si
gempal di bawah pun tidak pernah merasa khawatir bahwa sang peraih hadiah
bakal bertindak licik menyimpan hadiah untuk dirinya. Adapun si kurus juga
tak berat hati menjatuhkan hadiahnya ke bawah karena tak mungkin si gempal di
bawah sana melarikannya.
Panjat
pinang juga bukan koalisi sarat kepentingan kelompok. Pembagian hadiah dalam
panjat pinang tak berhubungan dengan besarnya kekuatan atau kelincahan
menggapai bingkisan. Hadiah dibagi sesuai kebutuhan, karena semua sadar soal
sumbangsih tak ada yang layak mengklaim paling berjasa.
Karena
kesadaran itulah kami lebih tanggap apa yang dibutuhkan sesama. Bingkisan tas
sekolah tentu jadi milik dia yang anaknya hendak masuk sekolah. Bingkisan
termos air panas untuk dia yang istrinya sebentar lagi melahirkan dan tentu
sering butuh air panas. Dalam panjat pinang kami percaya untuk saling
menggantungkan harapan. Kami ikhlas bekerja keras karena tahu teman-teman
kami yang lebih kuat, mendukung dengan sepenuh hati. Sementara yang di bawah
rela berkorban menjadi tumpuan karena tahu hasil kerja keras tak hanya
dinikmati di atas sana.
Sarat
Pengajaran
Panjat
pinang tidak hanya menjadi sumber kegembiraan. Ia juga sarat pengajaran.
Dengan panjat pinang, kami tahu bahwa keikhlasan, keteguhan, dan kepercayaan
adalah perpaduan untuk menuai keberhasilan. Kami, para pemanjat kurus kecil
bersemangat bekerja keras karena percaya pada dukungan kukuh sahabat-sahabat
di bawah.
Sementara
para sahabat yang berbadan gempal ikhlas melayani karena mereka sudah tahu
bahwa hasil kerja keras ini adalah milik bersama. Bahwa para peraih hadiah di
atas tak akan pernah melupakan dukungan yang di bawah. Dalam hidup bangsa
yang penuh karut-marut ini para bekas ‘‘atlet‘‘ panjat pinang selayaknyalah
terus menyalakan semangat.
Banyak
kekecewaan kami rasakan, banyak pengkhianatan kami saksikan, namun kami tak
pernah hilang harapan dan kepercayaan. Bisa jadi kepercayaan kami telah
dimanfaatkan, atau malah disalahgunakan. Wahai para penguasa, sesungguhnya
kami sudah memiliki pelajaran bagaimana harus hidup berbangsa. Maka janganlah
kalian merusaknya dengan mencerai-beraikan kami dalam kotak-kotak
kepentingan. Janganlah membujuk-bujuk kami untuk menggadaikan harapan demi
kursi kalian.
Bahkan,
jika ada waktu, sudilah berpanjat pinang bersama kami supaya Anda juga bisa
belajar. Belajar tentang keikhlasan dan pengorbanan, termasuk mengenai
kepercayaan dan pelayanan, dan terutama belajar memeluk teguh batang pinang
penopang harapan: Pancasila. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar