Senin, 18 Agustus 2014

Cinta Kerja dan Cinta Tanah Air

Cinta Kerja dan Cinta Tanah Air

Agoes Ali Masyhuri  ;  Kepala Pengasuh Pesantren
Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo Jatim
JAWA POS, 18 Agustus 2014
                                                


JIKA bekerja merupakan misi orang hidup, menganggur bisa dikatakan seperti orang mati. Dalam rangka menyambut HUT Ke-69 Kemerdekaan RI, sangat penting digalakkan kampanye cinta kerja dan cinta tanah air. Jangan hanya mempercantik lingkungan dengan umbul-umbul maupun hiasan-hiasan yang penuh variasi. Tetapi, kita juga harus memperkuat gerakan moral dan spiritual.

Seluruh komponen kekuatan bangsa hendaknya menyadari bahwa republik tercinta ini lahir bukan karena kekuatan senjata, bukan dari hasil seminar dan debat terbuka, melainkan atas berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa. Maka, sudah semestinya kekuatan iman dan moral serta kekuatan agama harus diletakkan di atas segala-galanya.

Bahasa keyakinan dan iman sangat penting ditanamkan pada masyarakat dalam kondisi sekarang ini. Sesungguhnya barakah tidak akan dapat diperoleh manakala kita semua terbius oleh kepentingan pribadi dan golongan yang mengarah kepada sikap serakah yang tidak mengenal batas kepuasan sebagai sumber konflik dan permusuhan di antara sesama. Sepanjang sejarah peradaban manusia, tidak ada perpecahan sebagai kebaikan bagi siapa pun di atas muka bumi ini. Baik bagi orang-orang terdahulu maupun pada generasi mendatang. Di sini, peranan alim ulama harus mampu tampil sebagai perekat masyarakat sekaligus sebagai pengayom dan pembimbing. Tegasnya, para kiai dalam berdakwah pada situasi yang tidak menentu ini tidak cukup hanya menyampaikan firman Allah dan sabda Rasul, namun juga harus mampu memberikan jalan keluar atas problem hidup yang dialami umat dewasa ini, melalui sikap dan pendekatan yang arif dan rendah hati.

Masalah korupsi, kemiskinan, dan pengangguran, pemerintah harus lebih serius menangani dalam mengisi kemerdekaan republik tercinta ini. Sebab, pengangguran bisa melahirkan rangkaian keburukan dan menciptakan benih-benih kehancuran. Rasulullah SAW telah memperingatkan bahwa banyak manusia yang mengabaikan nikmat kesehatan dan nikmat kesempatan yang mereka miliki. Sebagaimana sabda beliau, dari Ibnu Abbas ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, ’’Ada dua nikmat banyak orang tertipu olehnya, yaitu nikmat kesehatan dan nikmat kesempatan.’’ (HR Bukhari)

Betapa banyak orang sehat dan punya waktu luang, tetapi hidup mereka terombang-ambing tanpa arah karena tidak memiliki tujuan dan cita-cita yang jelas. Mereka terpuruk karena tidak mau bekerja dan memanfaatkan kesehatan serta kesempatannya.

Sungguh tepat apa yang dikatakan Imam Syafi’i ketika menjelaskan prinsip-prinsip dasar pendidikan. ’’Jika Anda tidak menyibukkan diri dengan kebenaran, Anda akan disibukkan oleh kebatilan.’’ Pernyataan itu sungguh cerdas, tepat, dan benar. Karena itulah, Islam menetapkan berbagai kewajiban atas setiap muslim sehingga dapat mengisi waktu hidupnya dengan menjalankan kebaikan. Jiwa tidak boleh dibiarkan kosong dan dipenuhi kebatilan. Dengan terus melakukan kebaikan setiap waktu, jiwa akan tetap terpelihara dalam lingkup kebaikan. Orang bijak telah berkata, ’’Kita tidak akan merasakan dampak kecemasan ketika kita sibuk bekerja.’’ Tetapi, waktu luang setelah bekerja menjadi waktu yang paling berisiko. Ketika kita berada pada jam-jam luang, setan-setan kecemasan langsung datang menyerang. Pada saat itulah, pikiran kita terbang ke mana-mana tanpa arah dan tujuan.

Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS), angka pengangguran hingga saat ini 7,39 juta orang dari total angkatan bekerja 118,19 juta orang. Sedangkan orang yang bekerja mencapai 110,80 juta orang. ’’Tidak ada pengangguran dari golongan orang-orang bijak.’’ Pengangguran adalah perbuatan yang sangat berbahaya bagi semua orang. Seorang peraih Nobel bernama Albert Camus mengatakan, pengangguran adalah santapan bagi setan. Pengangguran telah membuat rumah menjadi goyah. Sebab, fondasinya diisi oleh kekosongan dan tiang-tiangnya telah rapuh dimakan rayap kebodohan. Pengangguran telah membuat akal pikiran diisi oleh hal-hal jahat.

Orang-orang bijak selalu menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat. Istirahatnya dia niatkan untuk beribadah. Waktu-waktu yang terlewat tidak luput dari kebaikan. Meskipun dia miskin harta, dia selalu sibuk dengan kebaikan. Doanya banyak, zikirnya banyak, membaca bukunya banyak, berdakwahnya banyak, salat sunahnya banyak, tilawahnya banyak. Jika tidak dapat memberikan manfaat kepada orang lain, dia akan memberikan manfaat kepada diri sendiri.

Umar bin Khattab berkata, ’’Janganlah seseorang di antara kamu berdiam diri dari mencari rezeki, lalu berdoa, ’Ya Allah! Berikanlah rezeki kepadaku,’ Padahal, kalian tahu bahwa langit tidak akan mencurahkan emas dan perak (kepada dirinya).’’

Apa yang dikatakan Umar bin Khattab itu mengandung pelajaran bahwa orang yang duduk sambil berdoa meminta diberi rezeki adalah orang yang melakukan perbuatan tercela. Sebab, langit tidak akan menurunkan emas dan perak kepada dia tanpa mau bekerja.

Islam tidak membenarkan seseorang sekadar berdoa tanpa mau bekerja, tetapi mengharapkan mendapat rezeki dari Allah. Sebab, Allah tidak akan menurunkan emas dan perak dari langit kepada manusia tanpa usaha dari yang bersangkutan. Artinya, Allah memberikan rezeki kepada manusia melalui usaha keras manusia itu sendiri dengan melaksanakan kegiatan usaha sungguh-sungguh secara halal. Dengan kata lain, orang yang hanya duduk diam atau menganggur tidak layak meminta rezeki kepada Allah sekalipun dia terus-menerus berdoa. Jadi, manusia harus bekerja keras terlebih dahulu, disusul dengan berdoa, agar mendapatkan rezeki yang diinginkan dari Allah.

Penting bagi kita untuk merencanakan hari-hari kita, kemudian kita laksanakan rencana-rencana itu dengan penuh kesungguhan, agar kita luput dari bahaya pengangguran. Jangan seperti air mengalir, melakukan sesuatu ketika ada pekerjaan di depan mata. Jika tidak ada pekerjaan, ia akan menganggur. Ia tidak tahu pekerjaan apa yang harus dilakukan setelahnya. Walaupun tidak harus detail, rencana harian membuat sasaran-sasaran yang ingin kita capai dapat terpenuhi. Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar