Saya
seringkali bertemu orang-orang yang kalau ditanya apa tujuan hidupnya,
tidak bisa menjawab. Apakah Anda salah satunya? Saya harap tidak. Kenapa
penting untuk kita bisa menjawab pertanyaan yang terkesan begitu simpel?
Di setiap
kesempatan seminar, workshop, di radio, maupun di televisi, saya seringkali
mengingatkan anak-anak muda Indonesia, “Kita
enggak akan ke mana-mana kalau kita enggak tahu kita mau ke mana.”
Semua orang sukses, tahu apa yang mereka ingin capai. Merek tahu betul, apa
yang menjadi tujuannya. Meski tanpa bisa dipungkiri, mereka terkadang pada
saat menentukan tujuannya belum tahu bagaimana cara mencapainya.
Ini hal yang
wajar. Setidaknya sejak awal mereka tahu apa yang ingin mereka capai,
mereka ingin menuju ke mana. Sebuah ilustrasi yang selalu saya angkat
karena ini sangat relevan dengan kehidupan kita sehari-hari: tujuan hidup
itu sama pentingnya seperti tempat yang ingin kita tuju dengan transportasi
publik seperti taksi.
Ketika kita
masuk ke dalam taksi, apa yang pertama ditanya oleh si pengemudi? “Mas/Mbak, mau ke mana?” Kebayang
enggak kalau kita sebagai penumpang bilang, “Hmm, saya enggak tahu mau ke mana, Pak.” Satu hal yang pasti:
si pengemudi akan bingung sesaat, kemudian merasa senang, karena dia akan
bisa mengajak si penumpang yang tidak tahu mau ke mana itu keliling kota.
Masih dengan
ilustrasi naik taksi, Anda harus tahu betul tempat yang ingin Anda tuju.
Anda tidak bisa bilang ke pengemudi taksi, “Pak, saya mau ke mal.” Anda harus kasih tahu si pengemudi
secara spesifik, mal mana yang ingin Anda tuju. Benar enggak? Nah, tanpa
disadari, rata-rata semua orang ingin sukses. Ingin sukses itu sama seperti
perkataan Anda ke pengemudi taksi, “Pak
saya mau ke mal.”
Anda
tidak akan mencapai arti sebuah kesuksesan kalau Anda tidak bisa
menerjemahkan arti sukses yang Anda tuju. Jangan pernah lagi bilang, “Saya mau jadi orang sukses.” Coba
untuk lebih spesifik misal, “Saya
ingin menjadi seorang dokter yang sukses.” Kalau bisa, diperdalam lagi,
dokter di bidang apa, dan suksesnya yang bagaimana.
Sejak buku
Young On Top terbit tiga tahun lalu, saya berkesempatan untuk berkeliling
kampus maupun sharing di banyak perusahaan. Ketika ada yang bilang, “Saya enggak tahu apa tujuan hidup
saya,” dan berharap saya bisa memberi tahu apa tujuan hidupnya,
biasanya, saya akan balik bertanya, “Menurut
kamu, tujuan hidup saya apa?” Saya yakin 100%, si penanya akan bingung
menjawab pertanyaan saya. Karena apa?
Ya, karena dia
tidak akan tahu apa yang ingin saya capai di dalam hidup saya. Nah, sama
kan? Saya juga bingung mesti menjawab apa tujuan hidupnya karena saya juga
tidak mungkin tahu apa yang ingin dia capai. Banyak orang yang berpendapat,
“Jalani hidup ini bagaikan air
mengalir saja.” Tanpa meremehkan pendapat ini, saya hanya mau bilang
(dan mungkin sudah sering Anda dengar) bahwa air mengalir itu selalu dari
tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah.
Apakah Anda
siap, hidup Anda mengalir ke tempat yang lebih rendah? Jangan kaget kalau
ini prinsip hidup Anda, suatu hari Anda akan mendapatkan diri Anda di dalam
keadaan terpuruk. Mana ada air yang mengalir ke tempat yang lebih tinggi?
Banyak orang yang berargumen bahwa Tuhan yang menentukan jalan hidup ini.
Ya, saya setuju Tuhan yang menentukan.
Tapi, menurut
saya, bukan lantas kita sebagai manusia boleh bermalas-malasan, hidup tanpa
tujuan. Saya cukup yakin, Tuhan ingin manusia berusaha semaksimal mungkin
di dalam hidup ini dan Ia akan menolong kita mencapai apa yang ingin kita
capai. Apa yang Tuhan gariskan adalah takdir, sesuatu yang tidak bisa kita
ubah. Apa yang kita lakukan akan menentukan nasib kita.
Jadi, kalau
kata Bill Gates, founder Microsoft dan salah satu orang terkaya di dunia, “Kalau kita terlahir miskin, itu bukan
salah kita (takdir). Tapi, kalau ketika meninggal kita miskin, itu salah
kita (nasib).” Prinsip hidup seorang sahabat saya, Yan Hendry Jauwena, “Just do our best, and let God take care
of the rest.” Kita tidak akan bisa mencapai suatu tujuan yang kita
sendiri tidak tahu tujuannya apa atau di mana.
Lalu, bagaimana
caranya supaya kita tahu apa yang mau kita capai? Jawaban satusatunya yang
saya miliki: Tanyakan ke diri sendiri, dan jawablah secara jujur. Coba
refleksikan diri, cari tahu apa yang Anda anggap penting di dalam hidup
ini. Mungkin, itulah tujuan hidup Anda. Mungkin ada orang yang mengetahui
apa tujuan hidupnya dari kecil. Saya termasuk orang-orang yang beruntung
tersebut.
Terinspirasi
melihat ayah saya yang bekerja memakai dasi, mendapatkan mobil operasional
dari kantor, dan mampu mengajak keluarga berlibur ke berbagai kota di
Indonesia, saya dari kecil selalu bilang bahwa saya ingin menjadi bos. Yang
saya maksud, citacita saya adalah untuk menjadi seorang pimpinan sebuah
perusahaan.
Karena saya
suka mengamati merek, saya berkeinginan untuk menjadi pimpinan sebuah
perusahaan yang menangani merek. Di usia 26 saya berhasil menggapai
cita-cita masa kecil saya ketika saya menjadi General Manager Oakley
Indonesia. Cita-cita ini saya capai karena ya itu tadi dari kecil saya
sudah tahu betul apa yang ingin saya capai sehingga ketika SMA pun saya
yang tadinya masuk ke Biologi (A2) minta “diturunkan” ke Sosial (A3).
Saya menjadi
satusatunya murid di sekolah saya yang “turun”. Kepala sekolah yang sempat
menasihati saya dengan bilang, “Bill,
kalau kamu di Biologi, kamu bisa jadi dokter loh,” pun tidak saya
gubris. Kenapa? Karena saya tidak ingin jadi dokter, saya ingin jadi
pimpinan sebuah perusahaan yang menangani merek. Ketika kuliah pun saya
tidak ada keraguan sedikit pun untuk memilih business administration.
Ketika S-2 saya
pun mengambil konsentrasi yang menitikberatkan pada brand management. Ketika lulus, saya tidak menyebarkan 100
resume, tapi saya hanya mendaftar ke beberapa perusahaan yang menangani
merek sebelum akhirnya saya memutuskan untuk bekerja pertama kalinya untuk
PT Berca Sportindo yang kala itu distributor tunggal merek Nike di
Indonesia.
Saya rasa,
kalau dari kecil saya tidak tahu apa yang ingin saya capai, saya tidak akan
mampu menggapai cita-cita saya untuk menjadi pimpinan sebuah perusahaan
yang menangani merek di umur 26 tahun.
Kalau Anda
ingin dapat mencapai apa yang Anda inginkan, pastikan bahwa Anda mampu
menunjuk tujuan yang ingin Anda capai. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar