Jumat, 08 Agustus 2014

Pak Muslim Kasim, Ayo Maju (2)

Pak Muslim Kasim, Ayo Maju (2)

Pinto Janir  ;   Budayawan
HALUAN, 07 Agustus 2014
                                                
                                                                                                                                   

Apa yang membuat seseorang tetap sehat dan kuat sekalipun usianya di atas 70 tahun? Ialah semangat hidup yang tinggi, kedermawanan, hati yang bersih, suka mem­bantu orang lain yang ditimpa kesulitan. Dengan semangat yang tinggi, segala penyakit terhalau, kepikunan tak akan pernah ada selagi perbuatan-perbuatan kebaikan terus dilakukan sepanjang usia.

Gary Becker pada tahun 1992 ketika usianya 70 tahun, ia menerima  Hadiah Nobel. Becker meninggal pada usia 83 tahun. “Gary adalah pemikir tranformasional yang mem­punyai dampak besar bagi dunia. Dia juga merupakan pribadi yang luar biasa,” kata Presiden Universitas Chicago Robert Zimmer dalam sebuah pernyataan.

Pada 2011, Becker sempat mengatakan bahwa pemerintah Amerika Serikat harus menang­guhkan pembayaran uang pensiun karena hutang yang terus menggunung. Dia juga mendesak Kongres untuk menaikkan usia pensiun sampai ke umur 70 tahun bagi orang yang tidak menyandang disabilitas.

Becker lahir di Pennsylvania dan mendapatkan gelar sarjana mudanya di Universitas Prince­ton. Dia bekerja sebagai asisten profesor bidang ekonomi di Universitas Chicago sebelum menjadi pengajar tetap di Universitas Columbia, New York. Pada 1970, dia kembali mengajar di Universitas Chicago.

Muslim Kasim dan Usia

Saya mengikuti kepe­mim­pinan Bapak Muslim Kasim (Wagub) Sumbar sejak beliau menjabat bupati Padang­pariaman selama 2 kali periode, dan selama beliau menjadi Wakil Gubernur Sumbar.  Sudah menjadi rahasia umum, bahwa fisik dan pikiran Pak Muslim luar biasa kuat dan tajamnya. Sema­ngat­nya sangat tinggi untuk berbuat dan melakukan kebaikan di tengah kehidupan umat.

Pengalaman ke­ma­sya­raka­tannya masak. Di mata saya, beliau adalah pemimpin yang sa­ngat arif dan bijak­sana. Saya berdoa kepada Tu­han, semoga Pak Muslim se­la­lu dilimpahi dan diberkahi nikmat ke­se­ha­tan. Ka­rena saya yakin, seorang Muslim Kasim a­da­lah se­orang pe­mimpin yang senan­tiasa ingin berbuat bagi kebaikan umat.

Dalam piki­ran be­­­liau, Sum­­bar yang ka­ya ini ha­ruslah ma­ju. Dan ke­kayaan alam de­ngan se­gala poten­sinya itu harus diman­faat­kan bagi kelang­sungan hidup dan kese­ja­h­teraan orang banyak. Pem­bangunan di Sumbar harus dapat dirasakan, dilihat dan dinikmati oleh orang banyak. Untuk melakukan itu, tak ada pilihan lain, mau tak mau, atas dukungan dan desakan beberapa tokoh dan pemuka, maka Pak Muslim Kasim harus bersedia untuk dicalon­kan menjadi calon Gubernur Sumbar 2015-2020.

Sebanyak yang suka seba­nyak yang tak suka adalah hukum alam yang tak ter­pung­kiri. Orang yang sayang pada ini negeri, kembali meminta kesediaan Pak Muslim untuk menjadi calon Gubernur. Sementara, orang yang tak suka, terutama merasa Pak Muslim adalah rival dari orang yang hendak ia dukung, akan menyerang Pak Muslim dengan isu “tua”.  Tampaknya celah “usia” akan menjadi makanan kampanye negatif untuk menyerang sosok Muslim Kasim.

Suatu hari, kabar-kabar dukungan ini saya sampaikan kepada Pak Muslim Kasim. “Pak, banyak tokoh ma­syarakat dan pemuka, serta peng­hulu kita di ranah ini meminta Bapak su­paya bersedia dica­lonkan jadi calon Gubernur Sumbar,” kata saya. Pak Mus­lim Ka­sim men­jawabnya de­ngan senyum saja. Lalu be­be­rapa kali saya me­ngi­kuti kun­ju­ngan kerja Pak Muslim Kasim ke berbagai dae­­rah, dan sa­at itu pula se­cara terang-tera­ngan di ma­sya­rakat itu, bebe­rapa tokoh meminta se­ca­ra langsung su­paya Pak Mus­lim bersedia dicalonkan jadi Gubernur Sum­­bar. Lagi-lagi, pak Mus­lim Kasim men­jawabnya dengan senyum.

Suatu hari, saya kembali bertanya. Mengapa Pak Muslim tak memberikan jawaban ketika banyak tokoh masyarakat meminta beliau dicalonkan jadi calon Gubernur Sumbar periode 2015-2020? Kali ini Pak Muslim Kasim menjawab: “Saya sudah 70 tahun !” Olala, ternyata Pak Muslim Kasim beralasan karena usianya yang 70 tahun.

Hmm, lekas saya menja­wab: “Contoh terbaru adalah ketika Pak Jusuf kalla kembali terpilih menjadi Wapres dalam usia lebih 70 tahun. Indonesia yang dipikirkan oleh Pak JK, Pak. Ini baru hanya soal propinsi Pak!”.  Pak Muslim Kasim yang akrab dipanggil dengan sebutan “Abang” ini kembali tersenyum, tapi belum memberi komentar.

Saya sampaikan nama-nama para tokoh dan para pemimpin yang mengubah dunia di usia 70 tahun. Saya katakan, bahwa soal hidup bukanlah soal usia, tapi adalah soal laku dan perbuatan serta kebijakan hidup. Untuk apa pemimpin muda kalau tak berbuat apa-apa dan hanya menghabiskan waktu untuk satu pencitraan kepada pencit­raan yang lain? Gumam saya.

Demi Sumatera Barat lebih baik, adalah kewajiban saya untuk meyakinkan si abang bahwa hidup bukan soal usia. Saya yakin benar—karena belasan tahun memahami pikiran dan perbuatan si abang selama menjadi pemimpin—bahwa sosok Muslim Kasim adalah sosok pemimpin yang memiliki kemampuan untuk mengubah nagari ini ke arah yang jauh lebih baik.

Dan adalah tetap menjadi tugas saya secara moril untuk meyakinkan Pak Muslim untuk maju menjadi calon Gubernur Sumbar periode 2015-2020. Saya lihat, tak ada undang-undang yang melarang orang berusia 70 tahun dilarang jadi kepala daerah. Tak ada itu. Yang ada dalam persya­ratannya adalah sehat dan tidak pikun. Dan Pak Muslim memenuhi persyaratan itu.

Saya yakin, banyak pula tokoh yang seperyakinan dengan saya dan berupaya pula meyakinkan Pak Muslim Kasim untuk maju menjadi calon Gubernur 2015-2020.  Bila ada kampanye negatif yang menyudutkan Pak Mus­lim Kasim akan usia beliau, maka adalah kewajiban saya, dan kewajiban orang yang seperyakinan dengan saya untuk meyakinkan umat bahwa soal hidup bukanlah soal usia belaka.  Pak Muslim, doa kami bersamamu! Pun bila Tuhan berkehendak, tak satupun yang sanggup meng­halangiNya.  Kun Fa Yakun. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar