Selasa, 08 September 2015

Apakah "Jatuh Cinta" Itu?

Apakah "Jatuh Cinta" Itu?

Sawitri Supardi Sadarjoen  ;  Penulis kolom “Konsultasi Psikologi” Kompas Minggu
                                                     KOMPAS, 06 September 2015

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

Pada dasarnya jatuh cinta secara mutlak tidak memberi penjelasan apakah hubungan di antara dua orang yang jatuh cinta itu sehat dan baik. Kabut melingkupi kedua insan, dan emosi yang intens dapat menghambat kadar obyektivitas, serta mengaburkan kapasitas keduanya untuk berpikir jernih dan berbicara secara jelas.

Seorang teman bernama O (25 tahun) bercerita bahwa dalam suatu seminar ia bertemu dengan seseorang dan lalu merasa saling jatuh cinta. Setelah pertemuan selama hanya satu minggu, kondisi tersebut membuat O melakukan beberapa hal yang tidak terorganisasi dan tidak rasional sama sekali. Walaupun demikian, hubungan yang baru terjalin selama tiga minggu tersebut mendorong O untuk membuang kucing kesayangannya, hanya karena baru tahu bahwa pacarnya tersebut alergi terhadap bulu kucing.

Sebenarnya pacarnya sudah memperingatkan O untuk bersikap lebih tenang dan menunda keputusannya membuang kucing kesayangan tersebut. Namun, O merasa cintanya terhadap pacar tersebut sudah sangat meyakinkan dirinya dan bahwa dia memang benar-benar telah menemukan cinta sejati.

Mungkin perasaan O tersebut benar, tetapi rasa cinta adalah sesuatu yang berbeda bagi setiap orang yang menghayatinya, dan memang tidak ada definisi yang jelas dari penghayatan cinta yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa. Di atas segalanya, O benar-benar menghayati rasa kasih sayangnya dan ia benar-benar menghayati cinta secara utuh, dan tidak memedulikan apa pun penilaian yang disampaikan oleh teman-teman dekatnya.

Memang sementara orang tertentu mengalami penghayatan cintanya sebagai sesuatu yang spesifik dan serentak mendapat penghayatan ”koneksi” khusus dengan orang tertentu, yang membuktikan keberadaan penghayatan emosi yang penuh kesabaran dan kenyamanan tertentu. Penghayatan perasaan tersebut terasa intens, dan sama sekali tak memperhitungkan seberapa pun penghayatan perasaan itu menuntut pengorbanan emosi, fisik, dan materi, bahkan keyakinan akan kedekatan yang terjalin dihayati dengan amat mendalam. Pada dasarnya kekuatan ikatan dan keintiman yang terjalin saat jatuh cinta sulit dibedakan, tetapi apa yang sebenarnya dihayati kedua ”asyik masyuk” tersebut justru sering membuat keduanya merasa ”bingung”, bahkan dapat dikatakan ”agak linglung”.

Sejauh O merasakan dan menghayati percintaan tersebut, pertanyaan yang paling penting harus diajukan adalah bukan masalah intensitas dari penghayatan emosinya, tetapi apakah hubungan yang terjalin antara O dan pacarnya tersebut adalah baik untuk kedua pasangan itu atau apakah masing-masing pasangan tersebut mengendalikan bagian diri keduanya dengan cara yang matang dan mantap. Hanya waktu dan kadar keserasian keduanya dalam bebincang dan mengutarakan pendapat yang di antaranya yang dapat mengukur kadar keserasian relasi mereka.

Pertanyaan dan jawaban

Hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah jawaban dari beberapa pertanyaan di bawah ini:

• Adakah rasa aman, tenang dan nyaman serta lancar dalam interelasi yang terjalin membuka peluang bagi keduanya untuk menghayati rasa cinta yang otentik dan saling terbuka?

• Apakah orang yang O cintai lebih meningkatkan dan tidak merendahkan penghayatan O sendiri tentang dirinya sendiri serta membuat keduanya bisa bercerita tentang dirinya dengan jujur?

• Apakah koneksi di antara keduanya menyertakan beberapa aspek seperti saling mengisi, saling menghormati, saling berempati, dan saling melayani satu sama lain serta saling memperhatikan satu sama lain?

• Bisakah keduanya menyampaikan perbedaan yang ada di antara keduanya dan mengungkap konflik secara terbuka serta mendapatkan solusinya secara berimbang?

Hanya apabila keduanya dapat bertahan dan mampu menilai satu sama lain melalui pemikiran dan perasaanlah, baru keduanya bisa memperoleh hasil penilaian yang baik tentang pacarnya. Kondisi tersebut baru akan diperoleh melalui percakapan yang intens secara terbuka tentang berbagai masalah penting dalam kehidupan keduanya dari sejak sebelum keduanya terlibat saling jatuh cinta.

Kemampuan mendiskusikan perbedaan di antara keduanya tersebut memang bukan jaminan bahwa masalah di masa depan akan selalu mendapat solusi yang baik, tetapi paling tidak kemampuan itu akan membantu kedua pasangan tersebut untuk mengukur kemampuan bernegosiasi dengan mempertimbangkan perasaan masing-masing dan mengambil sikap kompromistis apabila diperlukan. Mengatasi perbedaan yang ada di antara keduanya akan membuat suara keduanya jelas dan kemampuan kedua pasangan tersebut untuk saling mendengar satu sama lain pun terukur dengan hasil yang tepat bagi keduanya.

Jadi, janganlah terlampau cepat memutuskan bahwa pacaran yang baru terjalin tiga minggu adalah cinta sejati yang dengan serentak membuat O memutuskan membuang kucing kesayangan yang telah beberapa tahun ia pelihara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar