Rajawali Ngepret
Budiarto Shambazy ; Wartawan Senior Kompas
|
KOMPAS,
19 September 2015
Jurus ”Rajawali
Ngepret” yang diperagakan Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli membuat
publik terkesiap dan menimbulkan pro-kontra. Publik yang pro menilai gebrakan
itu dibutuhkan, yang kontra menganggap itu kurang etis.
Kepretan ala Rizal
Ramli tentu direstui Presiden Joko Widodo. Apa pun akibat positif atau
negatifnya, itu menjadi tanggung jawab Presiden Jokowi. Kepretan ini dalam
istilah populer belakangan ini, ”out of
the box”. Rizal Ramli pernah menjabat sebagai Menko Perekonomian dan
dikenal sebagai aktivis yang pernah nyapres.
Pada awalnya, kepretan
Rizal Ramli menimbulkan prasangka telah terjadi keretakan internal dalam
tubuh pemerintah. Tetapi, lambat laun sebagian publik bersimpati terhadap
kepretan Rizal Ramli tersebut.
Jika membolak-balik
pepatah berbahasa Inggris, ”the song, not the singer”. Jangan persoalkan Rizal Ramli, tetapi pahami apa yang
dia gebrak.
Pertama, Rizal Ramli
mengkritisi rencana pembelian pesawat untuk Garuda dalam jumlah yang besar.
Gebrakan kedua dilancarkan Rizal Ramli terhadap rencana pembangunan
proyek-proyek kelistrikan untuk memenuhi target 35.000 megawatt.
Gebrakan Rizal Ramli
mengusik sejumlah pihak. Publik diuntungkan karena memahami rencana pembelian
pesawat dan proyek kelistrikan itu ternyata mengundang tanda tanya.
Tiap pemimpin yang
ingin berlaku adil dalam demokrasi akan mencari jalan sendiri untuk menemukan
solusi. Para pemimpin di Amerika Serikat sering melancarkan kritik terhadap
pemerintah atau partainya sendiri dengan menguak aib-aib internal.
Tujuannya, untuk
mendapat dukungan dari publik. Lebih dari itu, setiap pemimpin wajib membayar
utang janji-janji kampanye kepada rakyat. Salah satu janji kampanye membentuk
kabinet yang bersih dan tidak ”main proyek”. Ia tidak ingin mengulang rekor
buruk Kabinet Indonesia Bersatu Jilid 2 yang beberapa menterinya dipenjara
karena korupsi.
Presiden Jokowi, yang
nyaris setahun memimpin, mungkin sudah merasa waktunya memulai gebrakan
internal. Kebetulan Rizal Ramli, yang menggantikan Indroyono Soesilo,
dianggap sebagai orang yang tepat.
Apa yang dikerjakan
Rizal Ramli bukan hal baru. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama
melakukan hal serupa. Presiden Jokowi juga sering memerangi orang-orang dalam
sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Menggebrak dari dalam
memang bisa ditafsirkan sebagai memerangi birokrasi. Dengan segala maaf,
birokrasi kita sejak era Orde Baru kurang berorientasi kepada tugas utamanya
sebagai pelayan publik.
Istilah keren yang
sering diucapkan belakangan ini adalah ”memerangi resistensi birokrasi”. Para
pegawai negeri (PNS) di kementerian/lembaga di pusat dan daerah merupakan
institusi terpenting yang memutar roda pemerintahan di republik ini.
Bukan hal baru jika
birokrasi kurang cepat beradaptasi dengan perubahan. Gurauan yang sering kita
dengar tentang mental birokrat, ”Kalau bisa dipersulit, kenapa dipermudah?”
Lebih dari itu,
birokrasi sering terbukti ikut-ikutan ”main proyek”. Mereka biasanya
berkoalisi dengan para pengusaha, terutama yang masih dekat atau masih
bersaudara dengan pejabat (KKN).
Pejabat yang terpilih
langsung atau menteri yang dipilih presiden yang bukan berlatar belakang
birokrat biasanya menghadapi dua pilihan: ikut arus saja atau, sebaliknya,
memerangi birokrasi.
Presiden Jokowi telah
memilih yang terakhir. Itulah sebabnya, Rizal Ramli mengepret ke sana dan ke
sini.
Bahwa hasil kepretan
kelak kurang atau tidak berhasil, itu soal lain. Namun, kini mata publik
sudah terbuka mengetahui ada persoalan yang berhubungan dengan
praktik-praktik yang dapat dibaca sebagai ”main proyek”.
Presiden Jokowi tidak
punya pilihan, kecuali memilih para menteri yang diharapkan berani melakukan
gebrakan dari dalam. Ketika memilih Rizal Ramli, juga Kepala Staf Presiden
Teten Masduki, Presiden Jokowi menunjukkan dirinya sudah independen dari
tekanan-tekanan internal.
Sejauh ini, Presiden
Jokowi telah memperlihatkan diri sebagai pemimpin yang tidak korup, jujur,
sederhana, merakyat, dan punya nyali. Sosok seperti ini dibutuhkan pada saat
ekonomi kita mengalami perlambatan.
Kini, kepentingan
semua menteri, termasuk juga Presiden dan Wakil Presiden, telah terekspose di
mata publik. Ini sebuah langkah maju, meskipun belum besar, yang telah diambil
pemerintahan ini berkat jurus ”Rajawali Ngepret” ala Rizal Ramli. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar