Inovasi ”0 ke 1”
Yuswohady ;
Managing Partner; Inventure www.yuswohady.com
|
KORAN
SINDO, 27 September 2015
Inovasi hebat hanya
terjadi sekali. Karena itu, Bill Gates berikutnya tak akan membikin sistem
operasi komputer. Larry Page-Sergey Brin berikutnya tak akan menciptakan
mesin pencari internet.
Mark Zuckerberg
berikutnya tak akan menghasilkan aplikasi jejaring sosial. Anda tak bisa
meniru mereka kalau ingin menghasilkan sesuatu yang sama sekali baru. ”Kalau Anda meniru orang-orang hebat itu,
Anda tak akan belajar apa pun dari mereka,” begitu kata Peter Thiel,
pendiri PayPal, penulis Zero to One (2014) yang beberapa waktu lalu habis
saya baca.
Begitulah tipikal
inovasi ”0 ke 1”, inovasi yang menghasilkan sesuatu yang sama sekali baru,
sesuatu yang fresh dan ganjil karena belum pernah ada sebelumnya. Inovasi ”0
ke 1” tentu saja jauh lebih rumit karena tak ada satu pun orang yang pernah
melakukannya.
Ini berbeda dengan
inovasi ”1 ke n” di mana kita cukup meniru atau menyempurnakan sesuatu yang
telah ada. Untuk mewujudkan inovasi ”0 ke 1”, kita tak memiliki teori,
formula, ataupun panduan yang bisa diikuti. Semuanya serbagelap, tak berpola,
dan sarat ketidakpastian.
Dunia Baru
Inovasi ”0 ke 1”
memang pekat dengan ketidakpastian sehingga sulit mewujudkannya. Namun, di
balik kesulitan tersebut, ia menawarkan berbagai kemewahan. Ia menghasilkan
pertumbuhan eksponensial yang luar biasa. eBay, Google, Facebook, atau
YouTube mengalami pertumbuhan eksponensial yang tak tertandingi oleh
perusahaan- perusahaan yang telah mapan sebelumnya.
Dalam waktu kurang
dari 10 tahun nilai pasar mereka telah mengungguli raksasa-raksasa yang telah
berusia ratusan tahun macam GE atau Coca-Cola. Tak hanya itu, inovator ”0 ke
1” umumnya juga memonopoli pasar. Tak ada pesaing kedua atau ketiga yang
mampu menandingi mereka.
Google, PayPal, atau
Amazon menjadi standar dan mendominasi seluruh industri. Layaknya mesin
vacuum cleaner , seluruh pasar terhisap oleh mereka. Mereka menjadi the first
mover sekaligus the last mover di industri yang mereka masuki. Menurut Thiel,
”They become creative monopolists that
give customers more choices by adding entirely new categories of abundance to
the world”.
” Inovasi ”0 ke 1”
juga menghasilkan produktivitas yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Ia
menciptakan apa yang disebut Thieln ”perbaikan 10 kali”. Ketika Amazon
muncul, ia bisa mendisplay buku berlipat-lipat lebih banyak dari toko buku
mana pun di dunia. Ketika Wikipedia muncul, ia bisa menampung artikel
berlipat-lipat lebih banyak dari Ensiklopedia Britannica.
Ketika iPod muncul, ia
mampu menampung lagu berlipat-lipat lebih banyak dari pemutar musik
tradisional sebelumnya. Namun, di balik produktivitas luar biasa tersebut,
tak jarang inovasi ”0 ke 1” memakan korban. Ia membawa dampak disruptive
layaknya bom nuklir yang memorak-porandakan bangunan industri lama yang sudah
obsolete. PC menghancurkan mesin ketik.
Napster (dan kemudian
industri musik digital) menghancurkan industri rekaman. Amazon menghancurkan
Barnes & Noble, toko buku terbesar di dunia. Lepas dari penghancuran
tanpa ampun tersebut, inovasi ”0 ke 1” telah membuka cakrawala baru. Ia
membuka dunia baru yang penuh harapan.
Ganjil
Keganjilan inovasi ”0
ke 1” menjadikannya sulit direncanakan dan dikelola. Peter Thiel yang
berpengalaman puluhan tahun menyukseskan PayPal, Facebook, LinkedIn, SpaceX,
hingga AirBnB pun tak mampu memetakannya. Ketika kita bicara inovasi ”0 ke
1”, formula sukses itu tak ada karena polanya tak menentu dan penuh
ketidakpastian.
Formula sukses yang
baku tak akan bakal kita temukan karena setiap inovasi selalu baru dan unik.
Tak satu pun pakar yang bisa merumuskan panduan bagaimana mencipta inovasi ”0
ke 1”. Keganjilan ini mengharuskan kita melihat masa depan sebagai sebuah
keacakan (randomness).
Kondisi ini memaksa
kita untuk memiliki apa yang disebut Thiel, ”optimisme tak menentu” (indefinite optimism), di mana kita
yakin bahwa masa depan bakal lebih baik, namun kita tak tahu sama sekali
bagaimana bentuknya. Karena tak tahu, kita tak kuasa untuk mendesain dan
merencanakannya.
Di mata indefinite
optimist, masa depan adalah sebuah ketidakjelasan yang tidak bisa dikontrol.
Dalam kebuntuan ini para genius visioner kemudian memainkan peran sejarahnya.
Inovasi ”0 ke 1” selalu membutuhkan campur tangan para genius macam Edison,
Einstein, Turing, atau Jobs yang memiliki imajinasi liar melintas batas.
Di tangan merekalah
terkuak dunia baru dengan peluang dan harapan baru yang tak pernah
terbayangkan sebelumnya. Namun, bagaimana para genius tersebut memecah
kebuntuan inovasi ”0 ke 1” tetaplah merupakan rahasia yang tak pernah
terungkap. Inovasi selalu baru dan unik.
Pertanyaannya, apakah
sebuah organisasi bisa menciptakan iklim, budaya, dan beragam metode
menciptakan inovasi ”0 ke 1”? Sama sekali tidak. Kenapa? Karena, eksplorasi
untuk menciptakan sebuah inovasi ”0 ke1” bersifat unik.
Budaya, iklim, dan
metode yang dikembangkan oleh organisasi tersebut bersifat unik. Karena itu,
ia sulit dikopi dan digeneralisasi menjadi sebuah pola baku yang berlaku
untuk semua perusahaan. Atau, dengan kata lain, formula sukses sebuah inovasi
”0 ke 1” tetap merupakan misteri yang tak kunjung terkuak.
”Mafia PayPal”
Peter Thiel punya
pengaruh besar dan begitu dihormati di Silicon Valley karena dianggap sebagai
inisiator dan pemimpin dari sekelompok wirausaha muda genius yang disebut
”Mafia PayPal”. Media bahkan menjulukinya ”The Don of PayPal Mafia ”, merujuk
pada sosok Don Corleone dalam film mafia klasik The Godfather.
Di samping mendirikan
PayPal, Thiel adalah investor awal di Facebook. Sebagai venture capitalist ia
mendanai perusahaan- perusahaan sukses seperti: LinkedIn, Yelp, AirBnB,
hingga SpaceX. Thiel kini seorang miliarder dengan kekayaan mencapai USD2,2
miliar.
Kenapa disebut Mafia
PayPal? Karena, para pendiri dan karyawan awal Pay- Pal tetap menjalin
koneksi dan jejaring bisnislayaknya mafia ketika mereka hengkang dari PayPal (setelah
dibeli eBay pada 2002) dan kemudian melahirkan start-up yang belakangan
mendominasi jagat internet.
Mereka antara lain
Reid Hoffman (pendiri LinkedIn); Chad Hurley, Jawed Karim, dan Steve Chen
(YouTube), Elon Musk (Tesla Motors dan SpaceX); Russel Simmon (Yelp), dan
David Sach (Yammer). Sebagian besar mereka adalah para nerds nyentrik lulusan
Universitas Stanford.
Mafia PayPal dianggap
sebagai pemicu gelombang kedua munculnya perusahaan-perusahaan internet
pascajatuhnya perusahaan dotcom (dotcom crash) pada 2000. Lahirnya PayPal
menandai bangkitnya perusahaan-perusahaan internet baru yang lebih fokus pada
konsumen dan tidak bubble seperti sebelumnya. PayPal Mafia sekaligus menjadi
”dewa penyelamat” jagat industri internet global kala itu.
Tiga Dewa Animasi
Tiga sosok Steve Jobs,
Ed Catmull, dan John Lasseter pantas mendapat julukan dewa film animasi
modern. Terobosan inovasi mereka telah menjadikan film yang kita tonton di
gedunggedung bioskop demikian indah dan natural. Ketiganya adalah sosok
berbakat yang memiliki keahlian masing-masing dan keahlian itu disinergikan
menghasilkan terobosan terpenting dalam sejarah efek visual dan film animasi.
Jobs adalah inovator
dan pebisnis visioner. Catmull adalah penemu teknologi komputer grafis.
Sementara Lasseter adalah sutradara dan animator genius. Ketiganya menyatu di
dalam Pixar, bahu-membahu saling mengisi untuk menghasilkan Toy Story (1995),
inovasi terpenting dalam sejarah film animasi modern.
Pixar dirintis Steve
Jobs dari unit komputer grafis Lucas Film milik sutradara George Lucas yang
sudah tak terurus karena tak berprospek lagi. Begitu dibeli oleh Jobs pada
1986, pelan-pelan ia disulap menjadi sebuah butik film animasi dan efek
visual berbasis komputer dengan teknologi terdepan di dunia.
Sebagai CEO, Jobs tak
banyak turun ke lapangan. Ia memberikan keleluasaan penuh pada Catmull-Lasseter
hingga terwujud mimpi- mimpi gila mereka dalam menghasilkan film indah.
Terobosan Pixar terwujud dari kombinasi kepiawaian bisnis Jobs, visi
teknologi Catmull, dan kreativitas Lasseter yang luar biasa.
Sejak awal
ketertarikan Jobs membangun Pixar bukanlah film, tapi teknologi. Setahun
setelah diambil alih Jobs, Pixar menciptakan perangkat lunak untuk memproses
(rendering) film animasi yang belum
pernah ada sebelumnya. Terobosan teknologi yang cikal bakalnya adalah
disertasi doktor Catmull di Universitas Utah pada 1970-an ini kemudian
dikenal luas di dunia perfilman animasi dengan: RenderMan.
Kini RenderMan menjadi
standar industri dan digunakan oleh hampir semua film animasi Hollywood dari
Jurassic Park, Transformer, hingga Guardians of the Galaxy . Di bawah tiga
serangkai Jobs-Catmull-Lasseter, Pixar telah mengubah wajah dunia perfilman. ”They have changed animation and Hollywood
forever .” ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar