Kepercayaan Strategis
Rene L Pattiradjawane ; Wartawan Senior Kompas
|
KOMPAS,
23 September 2015
Selama hampir 500
tahun, aktivitas global dalam politik, ekonomi, perdagangan, dan
sosial-budaya terkonsentrasi di Lautan Atlantik, menghubungkan Amerika Utara
dan benua Eropa. Pada abad ke-21, keseluruhan aktivitas global bergeser ke
Lautan Teduh, nama yang diberikan penjelajah Portugis, Ferdinand Magellan,
bagi Samudra Pasifik pada 1520.
Pergeseran geopolitik
global ke Pasifik ditandai kunjungan kenegaraan Presiden Republik Rakyat
Tiongkok Xi Jinping ke Amerika Serikat hari ini untuk bertemu Presiden AS
Barack Obama. Agenda Xi Jinping di AS termasuk pidato di depan sidang PBB
merayakan berdirinya 70 tahun organisasi dunia tersebut.
Bagi Obama, Xi Jinping
bukan orang asing. Sejak Xi Jinping menjabat wakil presiden tahun 2012, ia
sudah bertemu Obama di Gedung Putih. Tahun 2013, kedua pemimpin kekuatan
ekonomi global ini bertemu secara informal di Sunnylands, California. Pada
2014, keduanya bertemu kembali di KTT APEC di Beijing dan mengumumkan ambisi
bersama untuk mengurangi emisi karbon sebagai sumbangsih terhadap persoalan
perubahan cuaca global.
Dibandingkan dengan
pertemuan Obama-Xi sebelumnya, pertemuan AS-Tiongkok kali ini sangat krusial
dan penting membahas isu-isu global, termasuk isu bilateral kedua negara.
Belum pernah dalam sejarah diplomasi global yang sangat panjang, kita melihat
pentingnya hubungan Washington-Beijing.
Pentingnya hubungan
AS-Tiongkok tecermin dalam angka-angka perdagangan kedua negara ini. Pada
2014, total perdagangan bilateral kedua negara mencapai 555,1 miliar dollar
AS, investasi dua arah mencapai 120 miliar dollar AS, dan pertukaran
kunjungan warga negara keduanya mencapai 4,3 juta orang. Selain memiliki
perjanjian kota kembar dan persahabatan antarprovinsi yang mencapai 220
pasang, kedua belah pihak juga telah memberlakukan kebijakan visa masuk ganda
(multiple entry) yang berlaku
selama 10 tahun.
Dalam sejarah dunia,
belum pernah kita melihat hubungan bilateral yang sangat rumit seperti
hubungan AS-Tiongkok dalam menjaga stabilitas satu sama lain. Kesetimbangan
AS-Tiongkok dengan tradisi sejarah dan budaya yang berbeda serta sistem
politik terbesar di dunia yang bertolak belakang menjadi krusial bagi kelangsungan
globalisasi ketika interaksi nirbatas mampu mengucilkan batas-batas politik
geografi serta menghasilkan perubahan krusial menghadirkan dan mendorong
beragama inovasi bagi kepentingan umat manusia.
Kita melihat ada
beberapa faktor krusial yang perlu disimak secara bersama. Pertama, kehadiran
budaya harmonisasi (hexie wenhua)
sebagai plaform dasar kebijakan Tiongkok menghadapi perubahan dunia yang
tidak memiliki preseden dibandingkan dengan abad sebelumnya. Ketika Tiongkok
secara unilateral melakukan devaluasi, tidak ada yang mengira bahwa dampak
yang ditimbulkan sangat masif ketimbang tujuan semula mereka mendorong ekspor
secara kompetitif.
Kedua, akibat kemajuan
teknologi komunikasi informasi, dunia bergerak mencari model alternatif
terhadap pertumbuhan ekonomi yang semakin rumit serta menjadikan aset terlalu
mahal untuk dimiliki dan kelebihan kapasitas atas barang dan jasa menjadi
mubazir. Di Indonesia kita mengenal namanya ekonomi gotong royong, dalam
skala global orang mulai berbicara tentang ekonomi berbagi (sharing economy).
Pertemuan Obama-Xi
setidaknya akan menghadirkan beberapa klarifikasi sebagai aspek positif dalam
membangun kepercayaan strategis AS-Tiongkok. Dan, kita berharap, hubungan
baru antarnegara besar, seperti AS-Tiongkok, mampu membawa interaksi positif
bagi kerja sama yang saling menguntungkan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar