Peta
Dukungan Pemilih Berubah
Sultani ; Litbang Kompas
|
KOMPAS, 09 Februari 2017
Menjelang
pemungutan suara, 15 Februari 2017, peta persaingan tiga pasangan calon
gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta dalam meraih dukungan pemilih semakin
dinamis. Dua bulan terakhir, terjadi perubahan signifikan preferensi pemilih
yang tidak hanya berdampak pada tingkatan keterpilihan, tetapi juga pada
posisi keunggulan setiap pasangan calon.
Survei
Litbang Kompas tentang kepemimpinan di Jakarta berhasil merekam dinamika
politik yang terjadi pada publik Jakarta selama masa penyelenggaraan pilkada.
Dalam dua bulan terakhir, sikap responden terhadap para kandidat menunjukkan
perubahan yang drastis. Para pemilih yang sebelumnya sudah menentukan pilihan
sebagian mengalihkan dukungan mereka kepada kandidat lain. Pemilih yang
sebelumnya masih bimbang (undecided voters), kali ini semakin yakin dalam
menentukan siapa kandidat pilihannya.
Hasilnya,
survei kali ini pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni meraih
dukungan 28,2 persen responden pemilih. Proporsi demikian menurun hingga 8,9
persen jika dibandingkan dengan survei Desember 2016. Analisis terhadap
penurunan yang dialami pasangan ini mengungkapkan, terdapat sekitar 25 persen
responden yang mengalihkan dukungannya kepada pasangan Anies
Baswedan-Sandiaga Uno, 9 persen memilih Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful
Hidayat, dan 4 persen berubah menjadi pemilih bimbang (lihat grafik).
Meskipun tergerus, pasangan ini tetap didukung 62 persen responden yang pada
survei Desember 2016 lalu memilih pasangan ini.
Kondisi
sebaliknya justru terjadi pada pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno yang
berhasil meningkatkan proporsi dukungan secara signifikan. Apabila pada
Desember 2016 pasangan ini hanya meraih dukungan 19,5 persen, kali ini
melonjak menjadi 28,5 persen. Penelusuran terhadap semua responden yang
memilih pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno pada Desember 2016, 77 persen di
antaranya menyatakan tetap loyal memilih pasangan ini pada survei terakhir.
Tercatat hanya 8 persen pendukung pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno yang
beralih kepada pasangan Agus Yudhoyono-Sylviana Murni dan tidak kurang 12
persen yang beralih kepada pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful
Hidayat. Para pemilih pasangan ini yang berubah menjadi bimbang 3 persen.
Kenaikan
dukungan juga dialami pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat.
Apabila pada survei Desember 2016 pasangan calon ini meraih dukungan 33
persen, kali ini menjadi 36,2 persen. Dibandingkan dengan kedua pasangan
lain, responden yang memilih pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful
Hidayat relatif terjaga loyalitasnya. Membandingkan dengan survei sebelumnya,
85 persen responden pemilih Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat
tetap loyal memilih pasangan ini. Keinginan mengganti pilihan tetap ada meski
proporsinya sangat kecil. Calon alternatif pemilih pasangan ini, 6 persen ke
Agus Yudhoyono-Sylviana Murni dan 7 persen memilih Anies Baswedan-Sandiaga
Uno. Pemilih pasangan ini yang kemudian berubah bimbang hanya 2 persen.
Perubahan
pola dukungan tidak lepas dari situasi politik yang berkembang di masyarakat
dan berbagai aksi kampanye yang semakin memperjelas sosok dan komitmen mereka
dalam memimpin Jakarta. Hasil survei menunjukkan, preferensi responden
terhadap para kandidat terpolarisasi pada kutub sentimen primordialisme yang
menggugah sisi emosional pemilih dan kutub rasionalitas yang bersandar pada
hasil penilaian kinerja setiap pasangan kandidat.
Sejak
penyelenggaraan Pilkada DKI dimulai sampai sekarang, sentimen primordialitas
keagamaan menjadi isu dominan yang menguasai wacana publik Jakarta. Persoalan
demikian cenderung memilah warga Jakarta ke dalam dua kelompok dukungan,
pendukung kandidat yang memiliki kesamaan identitas keagamaan dengan pendukung
kandidat yang mengusung pluralitas kebangsaan.
Semakin menguat
Hasil
survei ini juga mengungkapkan penguatan sikap responden dalam memilih
pasangan calon. Penguatan ini dilihat dari tren jawaban responden yang mulai
bergerak pada pilihan yang semakin jelas dan kuat. Ekspresi yang dimaksud
adalah keberanian responden menyatakan kemantapan hati mereka memilih
pasangan kandidat. Penguatan ini merupakan pergeseran pilihan dari sikap
"kemungkinan masih bisa berubah pilihan" dan "masih ragu untuk
memilih paslon" menjadi "tidak akan berubah pilihan" atau
semakin mantap memilih.
Tidak
kurang dari tiga perempat responden pemilih Agus Yudhoyono-Sylviana Murni dan
Anies Baswedan-Sandiaga Uno merasa semakin yakin tetap memilih kedua pasangan
ini. Sementara pada responden pemilih Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful
Hidayat tercatat 81 persen yang menyatakan tidak akan mengalihkan dukungannya
(lihat grafik).
Hasil
survei ini juga mengungkapkan pertimbangan responden memilih kandidat. Dari
sejumlah kriteria yang disebutkan, kriteria yang populer disebutkan responden
antara lain pengalaman memimpin daerah/instansi pemerintah, latar belakang
pendidikan, serta reputasi dan perjalanan karier.
Semua
kriteria yang disebutkan responden akhirnya tervisualisasi melalui penampilan
terbuka ketika kampanye atau debat publik. Bagi responden yang hadir dalam
kampanye atau menyaksikan debat, preferensi mereka untuk memilih pasangan
calon semakin kuat. Penampilan kandidat secara terbuka menjadi penting bagi
publik untuk menilai dan mempertebal keyakinan pada sosok yang diidealkan
menjadi pemimpin. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar