Membenahi
Komunikasi Publik Pemerintah
Harliantara ; Kaprodi Magister Ilmu Komunikasi Unitomo
Surabaya; Doktor Ilmu Komunikasi Unpad; Sebagai Fasilitator Komunikasi
Encourage Training Centre Bandung
|
JAWA
POS, 10
Februari 2017
PRESIDEN
Joko Widodo kecewa soal komunikasi publik pemerintah. Hal itu diutarakan
dalam sidang kabinet paripurna di istana kepresidenan, Rabu (1/2). Menurut
kepala negara, komunikasi publik pemerintah saat ini belum maksimal dan
kurang menjangkau masyarakat luas.
Presiden
kurang puas dengan para pembantunya lantaran sudah berkali-kali memerintahkan
agar memperbaiki komunikasi, namun hingga kini hasilnya belum tampak. Jika
sistem dan pola komunikasi publik pemerintah tidak segera diperbaiki bisa
merugikan dalam menjalankan berbagai program.
Hasil
pembangunan yang telah diraih tidak diketahui publik secara benar. Bahkan,
berita tentang kebijakan pembangunan pemerintah sering tertimbun oleh berita
hoax di media sosial. Hal itu akibat aparat pemerintah belum mampu menjelaskan
informasi yang berseliweran dari berbagai sumber yang tidak jelas. Mestinya,
aparatur memiliki kemampuan untuk menyiarkan berbagai konten pemberitaan
pembangunan yang pas dengan kondisi psikologis masyarakat.
Perlu
reformasi komunikasi publik pemerintah. Yang paling ditekankan adalah
kandungan informasi yang diberikan oleh pejabat maupun pihak humas
kementerian dan lembaga pemerintah sebaiknya tidak sebatas memperkenalkan
wawasan serta pendapat sang menteri dalam framing yang terlalu formal, tetapi
harus juga diimbangi dengan framing yang bisa mengurai opini publik. Perlu
menjelaskan secara mendalam suatu kebijakan atau peristiwa yang terjadi dan
sudah diberitakan kulit-kulitnya oleh media. Kasus kenaikan biaya pengurusan
surat-surat kendaraan bermotor yang sempat menghebohkan publik merupakan
salah satu contoh bahwa lembaga terkait lambat memberikan penjelasan yang
mendalam.
Yang
harus digarisbawahi para menteri adalah kemampuan untuk menerjemahkan dan
mengelaborasi visi dan gagasan presiden. Mengelaborasi visi, ide, dan
kebijakan presiden, kemudian mengomunikasikannya kepada rakyat luas untuk
periode saat ini memang sangat pelik. Namun, bisa lebih berbahaya jika para
menteri dan aparatur lambat atau tidak mampu melakukan komunikasi yang
efektif. Sehingga banyak pihak yang leluasa memelintir pernyataan presiden.
Meski
begitu, gaya komunikasi para menteri diharapkan tidak bersifat liberal,
tetapi harus senantiasa menekankan nilai tradisi keindonesiaan yang telah
membumi berabad-abad, yakni menekankan pola komunikasi yang menekankan aspek
gotong royong dengan berbagai pemangku kepentingan. Gotong royong melibatkan
praktisi komunikasi dan pakar komunikasi terapan dari perguruan tinggi.
Pemerintah
perlu mencetak aparatur yang memiliki kemampuan komunikasi yang baik, setara
dengan penyiar radio atau televisi yang selama ini daya persuasi penyiar itu
sudah lengket di telinga dan mata publik. Berita kebohongan yang muncul di
tengah-tengah masyarakat harus direspons dengan cepat. Aparat pemerintah
harus menyusun strategi komunikasi agar berita bohong bisa direspons cepat
tanpa harus menunggu presiden memberikan komentar langsung.
Kini
hampir tidak ada program komunikasi pembangunan yang mampu menandingi
perkembangan isu-isu negatif di masyarakat. Celakanya, media massa komersial
juga belum sepenuhnya menjadikan narasumber resmi dari pemerintah agar isu
pembangunan yang asli bisa mengangkat nama pemerintah di mata rakyat.
Sebenarnya, program-program pemerintah adalah konten yang memiliki nilai
berita. Namun, karena kemampuan narasi dan daya siar aparatur yang masih
lemah, kondisi di bawah apa pun yang dikerjakan pemerintah, publik menanggapi
sinis dan apatis.
Saatnya
membentuk aparatur pemerintah dari semua lini dan semua tingkat jabatan,
termasuk untuk para menteri, agar secepatnya memperbaiki strategi dan metode
komunikasi publik. Merupakan keniscayaan pemerintah sangat butuh kepercayaan
publik.
Tidak
pelak lagi perlu platform yang cocok untuk framing atau mengonstruksi opini
publik terkait program pembangunan. Pembuatan platform tersebut sebaiknya
melalui kerja sama antara kementerian dan lembaga negara serta BUMN dengan
praktisi dan pakar komunikasi.
Platform
tersebut sangat relevan dengan domain teknologi informasi dan komunikasi
(TIK) yang kini mengemukakan tema integrasi untuk memacu konektivitas
berbagai aspek kehidupan. Apalagi, saat ini semua perusahaan TIK kelas dunia
berlomba-lomba mengakselerasi warsa integrasi dengan mengedepankan inovasi
dan produknya.
Pemerintah
bersama praktisi komunikasi terapan perlu membuat strategi dan inovasi untuk
menghadapi warsa integrasi sehingga bisa melakukan framing berita pembangunan
yang efektif. Saatnya memetik manfaat era integrasi berbagai perangkat dan
layanan elektronik untuk memperbaiki metode komunikasi publik pemerintah.
Pemerintah
tidak cukup hanya menyediakan perangkat elektronik dengan sistem untuk
memperluas manfaat dari konektivitas internet. Tetapi, faktor sosiologi
komunikasi dan konten kerakyatan perlu dibuat dan sesuai dinamika sosial yang
berkembang. Ilmu komunikasi terapan dan efektivitas media penyiaran juga
harus ditata lagi. Sehingga menjadi media rakyat yang terintegrasi. Saatnya
pemerintah mendorong dan memberikan insentif terhadap penyiar, terutama
penyiar LPP (Lembaga Penyiaran Publik) seperti RRI, TVRI, dan radio
komunitas, untuk berkreasi dan berinovasi membuat konten yang segar dan
menarik terkait dengan pembangunan dan aspek luasnya.
The era of integration
harus bisa menjadikan Indonesia semakin terintegrasi dalam berbagai aspek dan
untuk mengelola potensi sumber daya serta mengembangkan budaya produktif.
Pada era integrasi TIK sekarang ini, program Kelompencapir yang dulu pernah
dijalankan pemerintah bisa diterapkan lagi, tetapi harus disempurnakan sesuai
dengan perkembangan zaman. Aparatur sipil, militer, dan kepolisisan perlu
diberi pelatihan ilmu komunikasi dan TIK terkini sehingga kinerjanya
bertambah maksimal dan bisa meningkat. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar