CIA dan Misteri G30S
Budiarto Shambazy ; Wartawan Senior Kompas
|
KOMPAS,
10 Oktober 2015
Amerika Serikat merasa terancam komunisme internasional sejak
Revolusi Rusia 1917. Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat, yaitu Central Intelligence Agency (CIA),
dibentuk untuk mencegah meluasnya komunisme ke berbagai belahan dunia,
termasuk ke Indonesia yang posisi geopolitisnya strategis.
Dalam periode 1945-1955, CIA mendekati berbagai kalangan di
negeri ini untuk mendapatkan akses pangkalan militer, tetapi gagal. Setelah
Bandung menjadi tuan rumah Konferensi Asia-Afrika 1955, muncul kekhawatiran
Indonesia terseret ke blok komunis.
Pada periode ini, CIA memulai operasi secara terbuka dan
tertutup yang kesemuanya gagal. Pada akhir dekade 1950, kesabaran Washington
DC terhadap Bung Karno nyaris habis.
CIA ditugasi untuk menyingkirkan Bung Karno. ”Sebuah topeng mirip Soekarno dikirim ke
Hollywood, dipakai seorang bintang film porno yang beraksi,” kata Barry
Hillenbrand, wartawan Time. Lalu, film Bung Karno main film porno itu
disebarluaskan di Indonesia. Namun, tak ada yang termakan kampanye murahan
itu.
Salah satu operasi terbesar CIA lainnya adalah menyuplai dana,
senjata, dan personel untuk pemberontakan PRRI/Permesta. Bung Karno
menugaskan Achmad Yani untuk menumpas pemberontakan itu, CIA gagal lagi.
Pesawat intai CIA yang dipiloti Allen Pope ditembak jatuh TNI di
Maluku. Operasi rahasia ini terbongkar, membuat malu CIA serta memicu konflik
antarpemimpin AS pada awal 1960-an.
Direktur CIA Allen Dules ”angkat tangan” tak kuasa menjinakkan
Bung Karno. Dubes AS di Jakarta Howard Jones telah menyimpulkan Indonesia
bakal jatuh ke tangan komunis, hal yang juga diyakini sejumlah Indonesianis
di AS.
Di tengah rasa frustrasi itu, CIA mulai mempertimbangkan
melakukan pembunuhan politik terhadap Bung Karno, praktik yang kala itu
dibenarkan secara hukum. Namun, CIA tahu persis konsekuensinya akan sulit
ditebak karena Bung Karno sangat populer di mata rakyat.
Toh, akhirnya Bung Karno disingkirkan menyusul pecahnya
peristiwa G30S (Gerakan 30 September) 1965. G30S
merupakan operasi CIA yang bertujuan menyelamatkan Indonesia dari komunisme
dan melenyapkan Bung Karno serta PKI sekaligus.
Siapa yang diajak CIA dalam operasi? CIA telah lama mendekati
berbagai kalangan untuk mencapai tujuannya itu, termasuk sejumlah jenderal
TNI AD. Namun, upaya itu gagal karena TNI AD terbagi atas beberapa faksi yang
bersaing dan sebagian dekat dengan Bung Karno.
Lagi pula dalam upaya menyeimbangkan kekuatan antara PKI dan TNI
AD, Bung Karno membuat yang terakhir ini sebagai kekuatan politik independen
dan anti komunis. Maka, satu-satunya cara, CIA memancing PKI mengambil
tindakan yang mendiskreditkan mereka sendiri.
Jika mereka disalahkan, CIA memperkirakan TNI AD akan mengambil
tindakan absah dan cepat. Oleh karena itu, perlu dicari alasan agar PKI bisa
dijadikan kambing hitam.
CIA lalu menyebarkan isu tentang eksistensi Dewan Jenderal mau
mengudeta Bung Karno. CIA berharap timbul rasa saling curiga antara Bung
Karno, TNI AD, dan PKI.
Artikel wartawan
Wilfred Burchett yang diterbitkan November 1965
mengungkapkan hubungan Untung dengan PKI. Menurut dia,
para pemimpin PKI memiliki bukti mengenai Dewan Jenderal. Untung mengajak PKI
bekerja sama mencegah kudeta itu, tetapi Ketua Umum PKI DN Aidit tidak setuju
karena dianggap prematur. Sebaliknya, versi resmi TNI AD mengatakan, Dewan
Jenderal tak pernah ada.
Sebuah hal yang masih misteri: siapa Untung dan mengapa ia
mengajak PKI? Motif dan tujuan penculikan dan pembunuhan yang dilakukan
Untung dan pasukan Cakrabirawa sampai sekarang misterius.
Makalah Cornell Paper mengungkapkan, para pelaku kudeta adalah
perwira menengah yang kecewa kepada pimpinan TNI AD. Teori lain mengatakan,
mereka jelas orang-orang PKI.
Analisis CIA yang terangkum dalam laporan berjudul CIA Research Study, Indonesia-1965: The
Coup That Backfired membuktikan bahwa mereka bekerja untuk Bung Karno.
Peneliti Center of Defense Information
(AS), David Johnson, menyimpulkan, Untung melancarkan aksi bagi ”orang-orang
tertentu” di pemerintahan.
Apa pun, G30S itu sukses sebuah operasi rahasia. Saking
suksesnya, CIA memakai metode operasi ini saat menunggangi Jenderal Augusto
Pinochet menggulingkan pemerintahan Cile yang dipimpin Presiden Gustavo
Allende yang pro komunis tahun 1973, yang bernama sandi ”Operasi Djakarta”.
Masih banyak dokumen
rahasia CIA yang bakal dirilis yang akan mengungkap lebih banyak apa yang
terjadi tanggal 30 September 1965. Suka atau tidak, akan ada kesimpulan
penting telah terjadi pembunuhan massal terhadap ratusan ribu (mungkin
jutaan) rakyat yang tak bersalah.
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna H Laoly yang
menegaskan, ”Jika ada permintaan maaf
untuk kasus pelanggaran HAM dalam kurun 1965-1966, itu bukan untuk PKI,
tetapi untuk korban. Hal ini masih dalam proses pembahasan dengan beberapa
lembaga,” ujarnya Senin, 31 Agustus
lalu.
Tak ada salahnya negara meminta maaf kepada mereka yang
dibunuh, dipenjara, disiksa, dan menjadi korban diskriminasi. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar