Peringatan Dini untuk Jokowi-Kalla
Amir Sodikin ; Wartawan Kompas
|
KOMPAS,
20 Oktober 2015
Harian Kompas telah dua hari ini menurunkan hasil survei opini
publik dan beberapa tulisan tematis terkait satu tahun pemerintahan Presiden
Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Satu hal yang pasti langsung bisa
diingat dari analisis survei Litbang Kompas adalah terus menurunnya persepsi
publik terhadap citra presiden, termasuk menurunnya tingkat kepuasan kinerja
pemerintah.
Pelan tetapi pasti, tingkat kepuasan terhadap Jokowi-JK terus
turun seiring persepsi negatif terhadap beberapa program yang tidak jalan
atau bahkan lebih buruk dibandingkan dengan pemerintahan sebelumnya. Namun,
masih ada pelampung penyelamat bagi Jokowi-JK, yaitu dengan adanya harapan
publik yang yakin sisa empat tahun pemerintahan akan berjalan lebih baik.
Simak saja tulisan Yohan Wahyu dari Litbang Kompas,
"Konsolidasi Politik Menjadi Tumpuan", di harian Kompas edisi
Selasa (20/10) atau bisa disimak di http://bit.ly/surveikps2. Yohan
memaparkan, dari hasil survei periodik yang dilakukan Litbang Kompas selama
empat kali pada setiap triwulan pemerintahan, pergerakan apresiasi memang
menurun secara konsisten pada satu tahun pertama pemerintahannya.
Tingkat kepuasan publik merekam angka kepuasan publik pada
kinerja bidang politik sebenarnya tinggi, mencapai 67,9 persen, walaupun jika
dibandingkan dengan sembilan bulan lalu turun dari angka 71 persen. Yohan
memaparkan, "tertuduh" yang paling nyata menyumbangkan persepsi
negatif adalah kerja pemerintah dalam menjaga pluralitas bangsa. Alasan ini
sangat masuk akal, ingat kasus Tolikara dan terakhir Aceh Singkil?
Namun, beruntung Jokowi-Kalla memiliki kemampuan menangani
dinamika elite politik. Modal pengelolaan konflik di tingkat elite itulah,
menurut Yohan, yang mengantarkan apresiasi publik terhadap pemerintah.
Indikatornya yaitu semakin cairnya hubungan Koalisi Indonesia Hebat (KIH),
yang menjadi pendukung pemerintah, dengan Koalisi Merah Putih (KMP), yang
memilih berada di luar pemerintahan.
Walaupun banyak mengalami penurunan tingkat kepuasan, penolong
Jokowi-JK ke depannya adalah separuh responden (62,7 persen) yang meyakini
kondisi politik pada empat tahun sisa masa pemerintahan Jokowi-Kalla
cenderung akan lebih baik.
Tulisan "Pemberantasan Korupsi Jadi Ganjalan" oleh BI
Purwantari, Litbang Kompas, harus dimaknai pasangan Jokowi-JK sebagai alarm
yang menunjukkan ada sektor penting yang tak terkelola dengan baik. Tulisan
bisa dibaca di http://bit.ly/surveikps4. Paparan itu memberi petunjuk gamblang bahwa Jokowi-JK masih
mengabaikan sektor pemberantasan korupsi.
"Kondisi penegakan hukum hingga setahun pemerintahan belum
mendapat penilaian positif dari publik survei. Apresiasi terhadap kinerja
pemerintah hanya mencapai 46,5 persen. Lebih dari separuh responden masih
tidak puas terhadap kinerja penegakan hukum pemerintahan Jokowi-Kalla,"
ujar Purwantari.
Alarm lain juga disampaikan dalam tulisan "Mencermati Arah
Penurunan Apresiasi" di http://bit.ly/surveikps3 yang ditulis Bestian Nainggolan, Litbang Kompas. Disebutkan,
bagian terbesar publik (54,2 persen) menganggap kinerja pemerintahan Jokowi
positif. Namun, jika dibandingkan dengan apresiasi publik pada bulan-bulan
awal ia memerintah (61,7 persen), penurunan yang terjadi cukup signifikan.
Setelah ditelisik lebih dalam, proporsi apresiasi publik yang
saat ini diraih tak banyak berbeda dengan dukungan yang dimiliki Jokowi saat
memenangi Pemilu Presiden 2014 (53,2 persen). "Hal ini membuka
kemungkinan bahwa apresiasi terhadap kinerja Presiden pada saat ini hampir
mencapai proporsi dukungan para pemilih yang memiliki kedekatan emosional
terhadapnya," ujar Bestian.
Alarm sudah dipasang dan dihidupkan di mana-mana. Kini, tinggal
bagaimana Jokowi-JK mengelola waktu dengan baik. Modal dasar untuk melewati
empat tahun tersisa itu jelas ada, tetapi dengan syarat alarm-alarm yang
terpasang segera ditindaklanjuti.
Kompas juga menurunkan wawancara khusus dengan Presiden Joko
Widodo yang bisa dibaca di http://bit.ly/1thjokowijk2 dan juga wawancara Wakil Presiden Jusuf Kalla di http://bit.ly/1thjokowijk3. Dalam wawancara tersebut, kedua pemimpin menjawab berbagai
pertanyaan publik yang selama ini berkecamuk, mulai dari soal perpanjangan
kontrak Freeport Indonesia, kontroversi impor beras, hingga kontroversi
revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi.
Ulasan satu tahun pemerintahan Jokowi-JK masih akan dilanjutkan
Rabu (21/10) besok, di antaranya dengan menampilkan wawancara beberapa
pemimpin perusahaan terkemuka di Indonesia. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar