Surya Paloh Dirundung Kemalangan
Tjipta Lesmana ; Pengamat Politik
|
KORAN
SINDO, 17 Oktober 2015
Partai Nasional Demokrat (NasDem) pimpinan Surya Paloh, seorang
pengusaha yang semakin merambah ke mana-mana bisnisnya, termasuk partai
politik yang cepat menanjak. Dari sebuah organisasi kemasyarakatan yang
bernama Nasional Demokrat, Surya Paloh mampu mengubah status Nasional
Demokrat sebagai organisasi kemasyarakatan menjadi partai politik dengan nama
Partai NasDem. Ketika masih berstatus ormas, Rio Capella menjabat ketua umum,
sedangkan Surya Paloh sebagai ketua Dewan Pembina.
Awalnya Surya mati-matian membantah bahwa Nasional Demokrat
bakal berubah jadi partai politik. Realita, atau ambisi Surya untuk bermain
di panggung politik nasional, akhirnya tidak bisa ditutup-tutupi lagi. Partai
NasDem kemudian diproklamirkan. Lucunya, ormas yang bernama Nasional Demokrat
diklaim masih eksis.
Nah, setelah Partai NasDem berdiri, Rio Capella digeser
posisinya ke sekretaris jenderal. Surya Paloh mengambil alih komando ketua
umum. Dengan tema sentral ”Restorasi”, Surya dan jajarannya tiada
henti-hentinya berkampanye ke seluruh pelosok Indonesia untuk mendekatkan
partainya dengan rakyat Indonesia.
Upaya Surya berhasil gemilang! Dalam pemilu legislatif tahun
lalu, Partai NasDem berhasil menyabet 36 kursi DPR RI. Di daerah-daerah
partai ini juga mampu meraih banyak kursi DPRD. Kader NasDem juga bertengger
di posisi bupati, wali kota, gubernur, dan wakil gubernur.
Di kabinet Joko Widodo, Surya Paloh bahkan berhasil menancapkan
empat (tersisa tiga) kadernya dengan posisi strategis semua yakni Ferry
Mursyidan Baldan sebagai menteri agraria dan tata ruang, Siti Nurbaya sebagai
menteri kehutanan dan lingkungan hidup, Laksamana TNI (Purn) Tedjo Edhy
Purdijatno sebagai menteri koordinator polhukam (yang belakangan di-reshuffle), dan HM Prasetyo sebagai
jaksa agung.
Luar biasa! Sampai-sampai Ibu Megawati Soekarnoputri sebagai
ketua umum PDIP cemburu. Surya Paloh dalam waktu kilat menjelma sebagai one of the most powerful politician di
Indonesia. Ia setiap saat bisa keluarmasuk Istana dan bertemu RI-1.
Para duta besar negara sahabat, termasuk Dubes Amerika dan
Inggris, pimpinan negara-negara sahabat, termasuk ketua MPR China, semua,
berlombalomba menemui Surya Paloh di kantornya, markas besar Partai NasDem di
Gondangdia. Seorang petinggi China bahkan pernah dibawa oleh Surya meninjau
Pelabuhan Sabang. Ia minta agar China berani investasi besar-besaran di
Sabang.
Secara simbolik, kegiatankegiatan politik Surya Paloh
menunjukkan bahwa ia sungguh powerful walaupun di pemerintahan tidak ada
jabatan sama sekali. Kecuali berkibar di politik, Surya Paloh juga bergerak
supercepat di bidang bisnis. Bisnisnya merambah ke mana-mana, termasuk
perminyakan, tambang, dan properti.
Di Blok Cepu pun ia punya saham. Beberapa bulan lalu publik
dikejutkan dengan berita yang ditayangkan oleh semua stasiun televisi
nasional tentang acara peletakan batu pertama twin office tower yang tertinggi di Asia Tenggara. Lokasinya
tidak tanggung-tanggung: Jalan Sudirman. Surya rupanya mau menyalib taipan
properti Indonesia, Grup Lippo, yang sedang membangun Lippo Thamrin, gedung
perkantoran setinggi hampir 40 lantai!
Kencang sekali laju politik dan bisnis Surya Paloh. Namun, tiada
angin dan tiada geledek, sekonyong-konyong pada Kamis, 15 Oktober 2015
tersiar berita amat mengejutkan masyarakat luas, politisi, para petinggi
birokrat, dan wakil-wakil rakyat diSenayan: Sekretaris Jenderal Partai NasDem
Rio Capella dikenakan status ” tersangka” oleh Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) terkait dugaan korupsi program Bansos Provinsi Sumatera Utara dengan ”bintang
utama” Gubernur Gatot Pudji Nugroho; istrinya, Evi; dan pengacara kondang, OC
Kaligis.
Surya mungkin bak tersambar petir yang dahsyat, atau sebenarnya
dia lebih dulu sudah mencium gelagat buruk ini? Rio diduga menerima suap dari
istri Gubernur Sumatera Utara sebesar Rp200 juta, kata pengacaranya, Mahdi
Ismail. Suap itu diberikan karena jasa Rio mempertemukan gubernur dan wakil
gubernur dengan petinggi Partai NasDem di markas besar partai itu di kawasan
Gondangdia Lama, Jakarta Pusat.
Kasus Rio menambah panjang daftar pembesar partai politik yang
dijerat oleh KPK. Hampirlengkapsudahparapembesar partai politik yang
berurusan dengan KPK dan berakhir dengan vonis memalukan oleh Pengadilan
Tipikor. Tiga pucuk pimpinan partai politik sudah masuk bui, atau sedang
menuju ke sel tahanan:
(a) Anas Urbaningrum, eks ketua umum Partai Demokrat; (b) Lufthi
Hasan Ishaaq, eks presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS); dan (c) coming soon, Suryadharma Ali, eks
ketua umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Dari segi jumlah yang
diseruduk oleh KPK, kader PDIP mungkin paling banyak. Dalam kasus travellertravellers check dengan ”bintang utama” Miranda Gultom, sekitar 30 kader PDIP
digiring ke penjara.
Sekretaris umum partai berlambang banteng itu pun nyaris
berurusan dengan KPK meski sekarang adem-ayem
kasusnya. Peringkat kedua kader partai yang berurusan dengan KPK adalah
Partai Demokrat: Anas Urbaningrum, Nazaruddin, Angelina Sondakh, Andi
Mallarangeng, Sri Hartati Murdaya, Sutan Bhatoegana, dan yang saat ini sedang
diadili Pengadilan Tipikor, Jero Wacik, yang pernah dekat dengan SBY.
Kader Partai Golkar juga cukup banyak yang sudah masuk penjara.
Tapi, dari jajaran tinggi di DPP, kelihatannya belum ada yang tersentuh.
Berita dugaan korupsi 1-2 petinggi Golkar pernah juga menghebohkan masyarakat
karena bidikan KPK. Hanya, setelah itu lenyap begitu saja.
Memang harus diakui KPK kerap tebang pilih dalam urusan
pemberantasan korupsi. Ada yang sudah tersangka hampir dua tahun, tidak ada
kabar kelanjutannya. Ada yang ekstracepat prosesnya. Tapi, tidak sedikit
kasus dugaan korupsi yang kemudian menguap begitu saja.
Berbeda dengan partaipartai politik lain, sikap pimpinan NasDem
menyikapi kasus Rio Capella patut dipuji. Surya Paloh selaku ketua umum
Partai NasDem langsung menggelar jumpa pers. Dengan tegas, ia mengatakan
tidak ampun bagi kadernya yang terlibat dalam tindak korupsi.
Opsi yang terbuka bagi kader itu hanya dua, kata Surya Paloh, mengundurkan
diri dari partai atau dipecat. ”Itu sudah komitmen kami sejak awal.” Maka
itu, Rio Capella dengan cepat menyatakan mundur dari jabatannya di Partai
NasDem. Ia juga akan segera mundur dari DPR sebagai anggota Komisi III Fraksi
NasDem DPR.
Partai lain, sebagian, mengambil sikap wait and see: tunggu sampai putusan pengadilan, kadernya baru
dicopot. Kecuali musibah kasus sekjennya, ada berita lain yang kalau benar
pasti jadi pukulan dahsyat juga bagi Surya Paloh.
Anda masih ingat berita heboh tentang Sonangol, ”Pertaminanya”
Angola? Presiden Jokowi baru duduk beberapa hari di kursinya di Istana
Merdeka, ketika ia menerima Wakil Presiden Sonangol Manuel Domingos Vincente
yang didampingi antara lain menteri ESDM, Surya Paloh, dan seorang taipan dari
Tiongkok, Sam Pa, CEO China International Fund Limited.
Berita yang kemudian keluar dari Istana seusai pertemuan tingkat
tinggi antara Jokowi dan Vincente: (a) Pertamina sepakat kerja sama dengan
Sonangol. Sonangol akan menjual minyak mentahnya kepada Pertamina. (b)
Menurut Menteri ESDM Sudirman Said, yang ikut mendampingi pertemuan itu,
Indonesia akan mendatangkan langsung 100.000 barel minyak mentah per hari
dari Angola.
Indonesia bakal hemat USD2,5 juta per hari. Dalam setahun
Pemerintah Indonesia bisa hemat Rp15 triliun. Hebat! Tapi, sekitar 2-3 minggu
kemudian pihak Sonangol membantah pernah memberikan komitmen kepada Indonesia
soal diskon USD2,5 juta per hari itu.
Kamis yang baru lalu tersiar berita di sebuah situs berita bahwa
rekan bisnis Surya Paloh dari Tiongkok, Sam Pa, ditangkap oleh pihak
kepolisian Tiongkok. Pemilik Sociedade
Nacional de Combustiveis de Angola EP (Sonangol EP) itu ditangkap pada 8
Oktober lalu di Beijing.
Seperti lansir Financial
Times, Sam Pa ditahan sehari setelah Pemerintah Tiongkok mengumumkan
telah melakukan penyelidikan terhadap Gubernur Provinsi Fujian, Su Shulin,
dan mantan ketua Sinopec dengan dugaan pelanggaran disiplin serius. Mr Su
menjadi korban terbaru dalam kampanye antikorupsi Presiden Xi Jinping. Musibah
benar-benar sedang merundung Surya Paloh kalau berita dari Financial Times ini benar! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar