Arti Strategis Kunjungan Jokowi ke AS
Budi Bowoleksono ; Duta Besar RI untuk Amerika Serikat (sejak
Mei 2014)
|
KOMPAS,
27 Oktober 2015
Presiden Joko Widodo berkunjung ke Amerika Serikat pada 25-29
Oktober 2015. Selain bertemu dengan Presiden AS Barack Obama, Presiden Jokowi
juga akan menemui kalangan pebisnis, politikus, dan masyarakat Indonesia di
AS.
Kunjungan tersebut memiliki arti strategis dari segi bilateral,
regional, dan global, dan memberikan manfaat praktis yang nyata bagi Indonesia.
Secara bilateral, AS adalah mitra dagang terbesar ketiga bagi
Indonesia setelah Tiongkok dan Jepang. Menurut US Bureau of Economic
Analysis, volume dagang Indonesia-AS tahun 2014 mencapai 27,5 miliar dollar
AS, dengan surplus Indonesia 11 miliar dollar AS. Di tahun yang sama,
investasi AS di Indonesia 13,5 miliar dollar AS, dan investasi Indonesia di
AS 1,2 miliar dollar AS.
Angka-angka itu cenderung meningkat dari tahun ke tahun dan
diproyeksikan akan terus meningkat pada tahun-tahun mendatang. Dengan 250
juta penduduk dan kelas menengah yang tumbuh pesat, Indonesia merupakan
negara yang amat berpotensi untuk perdagangan dan investasi AS.
Hal itu ditambah lagi dengan akan berlakunya Masyarakat Ekonomi
ASEAN pada awal 2016 yang menyatukan 600 juta penduduk 10 negara ASEAN
menjadi pasar tunggal. Sementara AS dengan 320 juta penduduk merupakan pasar
besar bagi produk-produk ekspor Indonesia, seperti tekstil dan produk
tekstil, karet, ikan, dan furnitur.
Dari segi politik, Indonesia dinilai oleh AS telah berhasil
melakukan transformasi demokrasi. Indonesia adalah negara demokrasi terbesar
ketiga dunia sekaligus negara demokrasi berpenduduk Muslim terbesar. Jumlah
umat Islam Indonesia lebih besar dari jumlah seluruh umat Islam di semua
negara Timur Tengah jika digabungkan.
Sebagai nilai tambah penting, mayoritas warga Muslim di
Indonesia menganut nilai-nilai Islam moderat dan toleran. Hal ini menjadikan
Indonesia sebagai bukti nyata bahwa Islam, demokrasi, dan modernitas bisa
berjalan beriringan.
Menjaga
stabilitas
Secara regional, AS dan Indonesia merupakan mitra dalam upaya
menjaga stabilitas Asia Pasifik. Saat ini kawasan tersebut merupakan mesin
pertumbuhan ekonomi dunia. Laut Tiongkok Selatan (LTS), misalnya, adalah
jalur bagi 5,3 triliun dollar AS perdagangan global, dan dari jumlah itu 1,2
triliun dollar AS merupakan perdagangan AS.
Dengan demikian, stabilitas kawasan itu tidak hanya menjadi
kepentingan negara-negara sekitar, tetapi juga kepentingan AS dan dunia.
ASEAN, dengan Indonesia sebagai salah satu pemain kunci, berperan penting
dalam menjaga stabilitas kawasan Asia Pasifik.
Di level global, Indonesia dan AS bermitra dalam isu-isu
krusial, seperti perubahan iklim dan perang melawan terorisme. Sebagai negara
kepulauan tropis dengan luas hutan terbesar ketiga dunia, peran Indonesia
dalam menangani perubahan iklim global amat dibutuhkan. Indonesia telah
berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen dengan
upaya sendiri dan/atau 41 persen dengan bantuan internasional pada tahun
2030.
Dalam isu terorisme, upaya memerangi kekerasan ekstremisme tidak
bisa dilakukan semata-mata dengan kekuatan senjata, tetapi juga harus
melibatkan wacana tanding atas ideologi ekstremisme. Indonesia yang berhaluan
Islam moderat berperan penting melawan pengaruh ideologi ekstremisme yang
dianut sebagian kecil umat Islam.
Ketiga aspek bilateral, regional, dan global menjadi kerangka
strategis kunjungan Presiden Jokowi ke AS. Secara lebih mendasar, kunjungan
tersebut merupakan pengejawantahan amanat konstitusi yang menghendaki
Indonesia berperan aktif di dunia internasional sambil menegakkan politik
luar negeri bebas aktif. Kunjungan Presiden Jokowi ke sejumlah negara
mengirim pesan bahwa Indonesia ingin berteman baik dengan semua negara,
termasuk negara-negara yang kesannya saling bersaing.
Kunjungan ke AS juga akan mendukung implementasi visi Presiden
Jokowi mengenai Indonesia sebagai negara maritim. Salah satu kesepakatan yang
akan diluncurkan adalah Nota Kesepakatan Kerja Sama Maritim yang meliputi
keamanan maritim, ekonomi maritim, sumber daya laut dan perikanan,
keselamatan navigasi, dan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kelautan.
Kemitraan dengan AS yang merupakan negara dengan kemampuan
maritim terkuat dunia akan membawa manfaat besar bagi pengembangan kemampuan
maritim Indonesia. Selain itu akan diluncurkan pula berbagai kesepakatan di
bidang pertahanan, energi, dan penerbangan.
Kesepakatan
bisnis
Dari segi praktis, kunjungan itu akan menjadi momen peluncuran
kesepakatan bisnis di antara perusahaan-perusahaan AS di Indonesia. Setelah
bertemu Presiden Obama, Presiden Jokowi akan bertatap muka dan berdiskusi dengan
kalangan bisnis AS dalam sebuah acara yang digelar bersama Kamar Dagang AS.
Harapannya, Presiden bisa meyakinkan kalangan bisnis AS untuk meningkatkan
investasi di Indonesia.
Dari Washington DC, Presiden akan bertolak ke San Francisco
untuk bertemu kalangan industri teknologi informasi (TI) di Silicon Valley.
Targetnya adalah mendorong investasi AS di bidang TI guna mengakselerasi
pertumbuhan industri TI di Indonesia dan meningkatkan akses masyarakat
terhadap teknologi. Kedua hal itu diharapkan berkontribusi bagi pengembangan
ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Singkat kata, kunjungan Presiden Jokowi ini demi manfaat
strategis dan praktis bagi Indonesia. Kunjungan tersebut akan meningkatkan
kemitraan komprehensif di antara kedua negara yang telah terbangun sejak 2010
ke tahap lebih strategis.
Saat ini berbagai pihak di Indonesia dan AS telah, sedang, dan
akan berupaya semaksimal mungkin untuk mewujudkan tujuan tersebut. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar