Tujuh Dusta Raksasa Komunisme Bila Berkuasa
Taufiq Ismail ; Sastrawan
|
REPUBLIKA,
08 Oktober 2015
Seluruh Partai Komunis yang
sempat menang kudeta dan berkuasa (pada 1917-1991) melaksanakan tujuh hal
berikut ini di negaranya masing-masing. Fakta sejarah ini perlu sekali kita
pelajari lagi di Indonesia karena KGB (Komunis Gaya Baru, lanjutan kadaver
PKI) gigih sekali ingin mengulang perebutan kekuasaan di Indonesia, walaupun
ideologi Marxisme-Leninisme biadab ini sudah tidak laku lagi dijual di
seluruh toko ideologi dunia masa kini.
Pertama, katanya komunisme
mendukung demokrasi. Dalam kenyataan sejarah ternyata tidak ada pemilihan
umum bebas dan rahasia di negara sosialis-komunis. Pemilihan umum memang ada,
tapi hanya diikuti satu partai saja, yaitu Partai Komunis secara tunggal. Memang
banyak jumlah calon anggota legislatif yang ikut dalam sandiwara ketoprak
pemilu begini, tapi semuanya dari satu partai saja, yaitu Partai Komunis.
Kedua, katanya hak buruh
dihormati. Di negara sosialis-komunis, buruh dilarang mogok. Sangat aneh dan
tidak terbayangkan dusta besar Marxisme-Leninisme ini. Bila akhirnya
berkuasa, mereka ternyata lebih kejam daripada pemerintah kapitalis, yaitu
kaum buruh bangsa sendiri yang mereka tindas dengan larangan mogok.
Ketiga, katanya berjanji
memberi tanah kepada petani. Sebelum perebutan kekuasaan, petani dijanjikan
akan diberi lahan. Di Rusia, tanah petani kulak malah dirampas, 6 juta petani
kulak dibantai oleh Stalin (1879- 1953) karena mereka dianggap borjuis.
Keempat, katanya menghormati kebebasan berpendapat. Ini hanya janji sebelum
kekuasaan direbut. Di negara-negara nonkomunis, Partai Komunis dengan seluruh
underbouw-nya menjadi jagoan
kebebasan berpendapat dan berteriak setinggi awan bila mereka dibatasi. Tapi
bila kudeta sukses, hak itu bagi lawan-lawannya dicabut. Di negara sosialis-komunis,
partai yang lain boleh ada, tapi mereka bermukim dalam penjara.
Kelima, katanya sama rata sama
rasa. Semboyan yang selalu didengung-dengungkan ini sebelum berkuasa ternyata
dusta besar pula. Sementara, rakyat kecil yang kurang pangan antre panjang
memegang mangkuk sup panas di musim salju, pimpinan partai berbelanja leluasa
bisa membeli segala macam barang konsumsi di toko khusus. Ketika famili
rakyat kecil berdesak-desakan tinggal di flat sempit, tokoh-tokoh partai
mendapat vila dan bungalow ekstra untuk liburan di luar kota.
Keenam, katanya partai tidak
antiagama. Ini dusta Partai Komunis paling raksasa. Anak buah partai
berbohong di seluruh dunia mereka tidak antiagama, tapi Lenin (1870- 1924)
menginstruksikan, "Kita harus memerangi agama."
Lenin membunuh 28 uskup, 1.200 pendeta, dan 800 ribu Muslimin. Mereka meruntuhkan 9.000 gereja dan 30 ribu masjid. Gereja habis 90 persen, masjid 99 persen di Uni Soviet. PKI membakar dua masjid di kawasan Kembang Kuning, Surabaya (Masjid Rahmat, 1948) dan Masjid Agung Trenggalek (berumur 205 tahun, Maret 1949).
Ketujuh, katanya jagoan hak
asasi manusia. Pengakuan mereka, klaim mereka, bukan saja pro-HAM, tapi
jagoan HAM. Sungguh tak bermalu. Lagi-lagi dusta raksasa. Selama 74 tahun
(1917-1991) untuk mencapai tujuan sukses kudeta dan mempertahankan kekuasaan
Palu Arit membantai 120 juta manusia di 76 negara. Perinciannya: Partai Komunis
membantai 4.500 orang dalam sehari selama 74 tahun itu (karena mati kelaparan
dan dibunuh), lebih mengerikan ketimbang penyakit menular apa pun.
Jumlah 120 juta itu tiga kali
lipat seluruh korban perang selama dunia terkembang sejak Nabi Adam sampai
nabi-nabi palsu zaman ini. Marxis-Leninis adalah penginjak-injak HAM
terbengis dalam sejarah umat manusia.
Dengarlah kalimat Lenin dalam
gaya preman stasiun bus antarkota ini: Tidak jadi soal bila tiga perempat
penduduk dunia habis, asal yang tinggal seperempat itu komunis. Untuk
melaksanakan komunisme, kita tidak gentar berjalan di atas mayat 30 juta
orang.
Kalau sekarang (2015) kita
pergi ke Eropa, Afrika, dan Amerika berdagang menawarkan ideologi
Marxisme-Leninisme ini, orang-orang di sana akan terkekeh-kekeh menertawakan
kita. Ideologi niki mpun mboten pajeng
didol, Mas. Ieu pamadegan atawa ideologi geus teu payu diajarkeun di sakuliah
dunya. Indak laku doh ideologi ko, di ma juo dijua di dunia awak kini ko.
Ideologi ini sudah lama bangkrut, tak laku lagi dijual di dunia masa kini.
Tapi, apakah masih akan laku
ideologi ini di negara kita? Masih. Pertama, karena Marxisme-Leninisme
dilarang sudah sangat lama, yaitu 49 tahun, dan dalam jangka waktu itu mereka
masih dibiarkan terus bergerak.
Kedua, apabila di Indonesia
lima hal ini masih belum bisa diatasi juga: (1) memberantas kemiskinan, (2)
membasmi kebodohan, (3) menghabisi korupsi, (4) meredam kekerasan dan anarki,
dan (5) menegakkan hukum dan keadilan.
Program KGB yang utama adalah
balas dendam, bukan jualan ideologi. Mari kita sembuhkan mereka dari penyakit
balas dendam itu sampai meninggalkan ideologinya. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar