Karma
Wisuda Ghosting Christianto Wibisono ; Ketua Pendiri PDBI, Penulis buku
Kencan dengan Karma (KdK 2019) dan Kencan Dinasti Menteng (KDM 2021) |
WATYUTINK.COM,
10 Maret
2021
Tahun 1970 saya menulis buku Aksi Aksi
Tritura, yang menguraikan detail demonstrasi pelengseran Bung Karno ke
Jenderal Soeharto. Selasa 8 Maret 1966 pendemo merusak
Departemen Luar Negeri di Pejambon dan hari Rabu 9 Maret Presiden meninjau
Deparlu. Kamis 10 Maret partai politik diundang rapat di Istana menyikapi
demo yang sudah berlangsung 60 hari sejak 10 Januari 1966. Jumat 11 Maret
Sidang paripurna kabinet dan Sabtu 12 Maret diadakan Commanders Call Pangdam
se Indonesia. Dalam tempo 2 x 24 jam terjadi pembalikan
situasi. Pimpinan 9 parpol yang diundang mengeluarkan statemen yang mengecam
demo mahasiswa pada Kamis malam 10 Maret. Tapi Jumat 11 Maret keluar
Supersemar sehingga sore hari itu muncul “ralat” terhadap statemen itu karena
Pangkopkamtib Letjen Soeharto dengan wewenang Supersemar membubarkan PKI 12
Maret dan mahasiswa berpawai kemenangan di jalan protokol Ibu Kota Jakarta.
Kemudian Selasa 15 Maret Supersemar dipakai untuk mengamankan 15 menteri
Kabinet Dwikora II yang baru dilantik 24 Februari 1966. Semua sudah jadi
sejarah politik kita. Teoretis Pilpres 2024 masih 3 tahun lagi,
tapi kasak-kusuk lobby dan manuver akuisisi parpol sudah berlangsung sengit
terbuka dan atau confidential, tapi kemudian diungkapkan juga. Hostile
takeover Partai Demokrat oleh KSP Muldoko dan 7 samurai Partai Demokrat
berlangsung dalam gaya Erwin Rommel jenderal panser Jerman menyapu Inggris
dari Afrika Utara di awal Perang Dunia II. Hari Rabu 10 Maret diumumkan bahwa Ketum
Golkar telah berkuncjung ke pulai Kaliage membicarakan konvensi Capres 2024
dengan Ketum Nasdem Surya Paloh di kepulauan Seribu. Viral juga hasil survei
NSN yang diumumkan Kamis 4 Matet 2021, yang menempatkan PDIP sebagai juara
pertama (21,3%), disusul PSI (14,3%) dan Golkar (9,8%) di wilayah DKI. Partai
lain berada pada posisi di bawah
double digit, PKS (8,5 persen), Gerindra (7,0 persen). Demokrat (5,5 persen),
Nasdem (4,3 persen). Beruntung Demokrat masih lolos ambang 4%, sebab survei
itu diadakan sebelum kemelut kudeta KLB 5 Maret 2021. Sedang 3 partai lain di
bawah threshold PAN (3,5 persen), PKB
(2,8 persen), dan PPP (2,0 persen). PSI sedang mengadakan konsolisasi internal
dengan mengangkat eks Ketum Grace Natalie jadi Waketum Dewan Pembina
mendampingi Jeffrey Geovanise dan eks Sekjen RJA Antony jadi Sekretaris Dewan Pembina
menggantikan Sunny Tanuwijaya. Konsolidasi ini mungkin bisa memperkuat
spektrum dukungan masyarakat generasi mapan yang merasa kurang diapresiasi oleh generasi milenial.
Sebagai Plt sekjen diangkat Dea Tungggaesti, pakar hukum dan selebritis
mendampingi Plt Ketum Giring Niji ketika Grace Natalie cuti studi di NUS
Singapura. Berita “kudeta KLB” sempat bersaing drama
karma Kaesang Felicia Nadya (KFN). Heboh KFN ini meledak pas hari H kudeta
KLB di Sibolangit Sumut. Tapi seluruh medsos malah sibuk dengan KFN. Ada yang
mengingatkan Kaesang jangan mengulangi drama Ahok yang menceraikan istri
karena perempuan baru dengan mengorbankan keluarga. Sebagian masyarakat juga menyesalkan faktor
agama ternyata masih merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi batalnya
pernikatan Kaesang-Felicia. Di zaman Orde Baru juga salah satu putri Cendana
berpacaran dengan pria Nasrani, putra elite Jendral Orde Baru. Pernikahan
batal karena masih peka bahwa Presiden RI punya mantu Nasrani. Alasan seperti
ini tentu sulit memperoleh “barbuk” (barang bukti). Anehnya, Presiden Jokowi
juga mendadak menerima tokoh kontroversial Amien Rais di Istana 9 Maret 2021,
membicarakan kasus penembakan KM 50, yang menewaskan 6 anggota FPI. Kontestasi menuju 2024 memang mengandung
pelbagai drama mirip drakor, dan karma politik mirip Babad Tanah Jawi. Semua itu berlangsung dalam suasana global
yang juga mengandung momentum transformasi geopolitik yang menimbulkan
optimisme dan harapan perdamaian dunia serta pemulihan ekonomi pasca Covid. Karena bersamaan dengan pelbagai anomali
masalah pacaran anak mantu presiden, yang menenggelamkan berita kudeta KLB
Jenderal Muldoko atas Mayor AHY. Sri Paus Fansiskus melakukan terobosan
silaturahmi ke Ayatollah Akbar Ali Sistani di Najaf Iraq. Kalau Timur Tengah
saja sudah damai, masak Indonesia masih mempersoalkan beda agama dan nikah
campuran antara keluaga elite tingkat kerabat
Presiden. Yang pertama “menerobos” tembok SARA itu
pastilah Bung Karno, dengan menikahi Ratna Sari Dewi. Akan menjadi
problematik bila cucunya, putra Karina Kartika Dewi, yang berkewarganegaraan
Belanda akan terjun berpolitik. Bolehkah cucu Bung Karno itu jadi menteri
kabinet atau bahkan jadi Presiden RI di masa datang. Kalau untuk tingkat menteri Archandra Tahar
dan bupati terpilih Sabu Raijua, Orient P Riwu Kore malah pemegang paspor AS sekarang sedang di
sidangkan di pengadilan TUN. Maka jelas kita mempunya masalah besar dalam
soal kecill “tetek bengek”, seperti beda agama anak mantu presiden. Istri PM Syahrir juga seorang wanita
Belanda. PM Rajiv Gandhi beristri Sonia wanita Italia. Suami Aung San Su Kyi
seorang Inggris yang menghalangi Su Kyi menjadi Ppresiden Myanmar. Mungkin faktor politik tidak ada dalam
kasus heboh KFN yang sempat menenggelamkan isu kudeta KLB. Di medsos beredar
keluhan AHY kenapa Kaesang heboh ghosting sampai menghilangkan berita kudeta
Partai Demokrat. Kenapa berita Kaesang ghosting malah lebih trending topik
dari kudeta PD AHY Muldoko. Kayaknya memang drakor, drama dan karma politik
tidak lepas dari emosi dan faktor SARA. Sebuah meme kocak viral di medsos seolah
dari AHY kepada Kaesang: "Gw lagi rebutan parte, lu nape curi perhatian
dengan ghosting anak orang??" Sayang bahwa di saat Sri Paus sowan ke
Ayatollah Sistani, Indonesia tidak berperan serta jadi juru damai, tapi malah
sibuk dengan soal tetek bengek beda agama dan rebutan kursi ketum partai
secara kurang elegan. Drama
Karma Felicia Nadya (KFN), 10 Oktober 2019 Wisuda – 5 Maret 2021 Ghosting Setelah usai wisuda, Kaesang mengatakan
kuliah sambil menjalankan bisnis merupakan suatu hal yang menantang baginya.
Hal ini dikarenakan bisnis yang ia kelola berpusat di Indonesia, sementara
kuliahnya di Singapura. Kaesang mengatakan, alasan kenapa kuliah dan
bisnisnya sama-sama sukses ialah kedisiplinan. Cara hidup di Singapura,
semuanya adalah disiplin. Itulah yang membentuk Kaesang menjadi dirinya
sekarang. Berkat kedisiplinan yang ia terapkan membawanya sukses dalam
pendidikan dan bisnisnya. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar