Peran
Perbankan Era Ekonomi Hijau Suryo Winarno ; Praktisi Lingkungan di Jakarta |
KOMPAS,
25 Maret
2021
Bill Gates mengingatkan kepada masyarakat
dunia bahwa dampak perubahan iklim bisa lebih buruk dibandingkan dengan
pandemi korona. Pandemi Covid-19 telah mengakibatkan
puluhan juta orang meninggal dunia dan ratusan juta orang terinfeksi korona.
Selain itu, pandemi korona juga menimbulkan resesi ekonomi global. Banyak
orang yang kehilangan pekerjaan dan kemiskinan meningkat drastis. Secara makro, dampak pandemi korona
terhadap ekonomi membuat aktivitas industri dan transportasi berhenti
sementara, tetapi menurunnya emisi karbon dari berkurangnya aktivitas itu
belum cukup mengurangi dampak perubahan iklim. Tahun 2020 penurunan emisi gas
rumah kaca relatif kecil sebagai dampak penurunan frekuensi penerbangan
antarnegara dan penerbangan domestik, juga penurunan mobilitas mobil dan
sepeda motor. Di Indonesia, perubahan iklim ditandai dengan
curah hujan yang berintensitas tinggi yang menyebabkan bencana banjir di
sejumlah daerah, seperti yang terjadi di Kalimantan Selatan. Besarnya bencana
banjir di Kalimantan Selatan mendorong Presiden Joko Widodo melakukan
kunjungan langsung ke Kalimantan Selatan awal 2021. Dampak perubahan iklim
menghancurkan pembangunan ekonomi yang sudah dilaksanakan sebelumnya, baik
fisik maupun nonfisik. Perubahan iklim Januari 2021 merusak
wilayah Kalimantan Selatan dengan nilai kerugian Rp 1,349 triliun. Secara rinci,
kerugian produktivitas masyarakat Rp 604,562 miliar, sektor infrastruktur Rp
424,128 miliar, sektor pertanian Rp 216,266 miliar. Selain itu, sektor
perikanan Rp 46,533 miliar, pendidikan Rp 30,466 miliar, kesehatan masyarakat
dan perlindungan sosial Rp 27,605 miliar. Itulah gambaran kedahsyatan dampak
perubahan iklim pada musim hujan. Untuk mencegah kematian, kerusakan
lingkungan, dan kehancuran alam lebih besar dibutuhkan kerja sama
internasional di bidang inovasi pengembangan energi bersih (energi terbarukan)
seperti pengembangan energi surya, energi hidro, energi gelombang air laut,
energi panas bumi, dan bioenergi. Indonesia mempunyai cadangan energi bersih
sebesar 417.800 megawatt. Perinciannya, gelombang air laut 17.900 megawatt,
panas bumi 23.400 megawatt, bioenergi 32.600 megawatt, energi hidro 75.000
megawatt, angin 60.600 megawatt, energi surya 207.800 megawatt. Berdasarkan
data ini, cadangan energi surya banyak tersimpan di bumi pertiwi. Perbankan
hijau Seperti diketahui, perubahan iklim disebabkan
oleh pemanasan global yang berasal dari kenaikan gas rumah kaca. Sumber emisi
karbon berdasarkan sektor adalah akibat pemakaian bahan bakar fosil
(batubara, minyak, gas) untuk pembangkit energi listrik yang dibutuhkan
industri, transportasi, perumahan, pertanian, dan sebagainya. Untuk mencegah
kenaikan emisi karbon, energi fosil perlu segera diganti energi bersih. Tujuan penggunaan energi bersih adalah
keberlanjutan hidup manusia dan dunia usaha, karena polusi udara merupakan
sumber penyakit mematikan dan menghambat mobilitas manusia. Selain itu, untuk
menurunkan kerusakan lingkungan, memberi jaminan persediaan energi di masa
depan, pemanfaatan potensi aneka ragam sumber energi, serta menjaga
keseimbangan alam. Penggunaan energi bersih sendiri berkaitan
dengan penerapan ekonomi hijau. Manfaat ekonomi hijau dapat menciptakan daya
saing industri, apalagi apabila
pemakaian energi menjadi salah satu syarat yang digunakan perbankan
menyalurkan kredit. Inovasi efisiensi perusahaan akan meningkatkan profit
karena bank juga menyalurkan kredit untuk menciptakan dan mengembangkan
alat-alat energi bersih. Investasi sektor riil dan jasa juga meningkat karena
pengusaha membuat workshop hemat energi. Strategi operasional ekonomi hijau di
lingkungan perbankan juga dapat menurunkan pemakaian energi fosil melalui
efisiensi penggunaan listrik, mengatur suhu mesin pendingin ruangan pada
kisaran tertentu, pemakaian sel surya, mengurangi penggunaan transportasi,
juga pemakaian kertas. Sistem sensor peralatan listrik bisa
mengatur penerangan dan peralatan elektronik bekerja secara otomatis. Dengan
sensor otomatis, lampu menyala jika karyawan berada di ruangan. Sebaliknya,
lampu penerangan mati secara otomotis pada saat kantor tutup dan tidak ada
karyawan di ruangan. Pemakaian energi yang terkontrol oleh sistem sensor
memungkinkan efisiensi dalam penggunaan energi. Juga tidak lagi bergantung
pada aktivitas orang menyalakan dan mematikan lampu atau peralatan elektronik
lainnya. Pemakaian lampu penerang LED (light emitting
diode) membantu hemat energi dan pengeluaran keuangan, menekan timbulan
limbah B-3 (bahan berbahaya dan beracun). Karakter LED adalah tahan lama
dipakai dan tidak mengandung merkuri. Karena itu, LED mendukung ekonomi hijau
dengan timbulan limbah B-3 sebagai sumber emisi karbon berkurang. Pengaturan temperatur ruangan mencegah
pemborosan energi karena suhu ruangan sudah dipatok pada angka tertentu,
misalnya 25 derajat celsius. Dengan pengaturan suhu yang sudah tetap,
pemakaian energi bisa diprediksi secara finansial setiap bulan. Pemakaian sel surya mengurangi timbulan
emisi gas rumah kaca karena energi berasal dari sinar matahari. Selain itu,
pemakaian sel surya menurunkan pemakaian energi fosil dari PLN sekaligus
menciptakan lapagan kerja yang berasal dari kontraktor energi bersih yang
mulai banyak bermunculan. Selama pandemi korona, kantor perbankan dan
perusahaan swasta/negeri tetap dapat berjalan efektif. Teknologi informasi
dan telekomunikasi telah membantu menekan penggunaan sarana transportasi
sehingga pemakaian energi fosil bisa turun. Namun, kualitas dan kuantitas
komunikasi tidak berkurang. Paperless juga berkontribusi menurunkan
emisi karbon karena kertas merupakan hasil pengolahan kayu dari hutan alam.
Dengan sedikit pemakaian kertas, terjadi penurunan penebangan hutan alam
sehingga emisi karbon yang lepas masuk ke atmosfer turun dan mengurangi
pemanasan global. Itulah yang tidak disadari bahwa paperless juga berpengaruh
dalam menurunkan emisi karbon. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar