Kamis, 11 Maret 2021

 

Karma Wisuda Ghosting

 Christianto Wibisono  ;  Ketua Pendiri PDBI, Penulis buku Kencan dengan Karma (KdK 2019) dan Kencan Dinasti Menteng (KDM 2021)

                                               WATYUTINK.COM, 10 Maret 2021

 

 

                                                           

Tahun 1970 saya menulis buku Aksi Aksi Tritura, yang menguraikan detail demonstrasi pelengseran Bung Karno ke Jenderal Soeharto.

 

Selasa 8 Maret 1966 pendemo merusak Departemen Luar Negeri di Pejambon dan hari Rabu 9 Maret Presiden meninjau Deparlu. Kamis 10 Maret partai politik diundang rapat di Istana menyikapi demo yang sudah berlangsung 60 hari sejak 10 Januari 1966. Jumat 11 Maret Sidang paripurna kabinet dan Sabtu 12 Maret diadakan Commanders Call Pangdam se Indonesia.

 

Dalam tempo 2 x 24 jam terjadi pembalikan situasi. Pimpinan 9 parpol yang diundang mengeluarkan statemen yang mengecam demo mahasiswa pada Kamis malam 10 Maret. Tapi Jumat 11 Maret keluar Supersemar sehingga sore hari itu muncul “ralat” terhadap statemen itu karena Pangkopkamtib Letjen Soeharto dengan wewenang Supersemar membubarkan PKI 12 Maret dan mahasiswa berpawai kemenangan di jalan protokol Ibu Kota Jakarta. Kemudian Selasa 15 Maret Supersemar dipakai untuk mengamankan 15 menteri Kabinet Dwikora II yang baru dilantik 24 Februari 1966. Semua sudah jadi sejarah politik kita.

 

Teoretis Pilpres 2024 masih 3 tahun lagi, tapi kasak-kusuk lobby dan manuver akuisisi parpol sudah berlangsung sengit terbuka dan atau confidential, tapi kemudian diungkapkan juga. Hostile takeover Partai Demokrat oleh KSP Muldoko dan 7 samurai Partai Demokrat berlangsung dalam gaya Erwin Rommel jenderal panser Jerman menyapu Inggris dari Afrika Utara di awal Perang Dunia II.

 

Hari Rabu 10 Maret diumumkan bahwa Ketum Golkar telah berkuncjung ke pulai Kaliage membicarakan konvensi Capres 2024 dengan Ketum Nasdem Surya Paloh di kepulauan Seribu. Viral juga hasil survei NSN yang diumumkan Kamis 4 Matet 2021, yang menempatkan PDIP sebagai juara pertama (21,3%), disusul PSI (14,3%) dan Golkar (9,8%) di wilayah DKI. Partai lain berada pada posisi  di bawah double digit, PKS (8,5 persen), Gerindra (7,0 persen). Demokrat (5,5 persen), Nasdem (4,3 persen). Beruntung Demokrat masih lolos ambang 4%, sebab survei itu diadakan sebelum kemelut kudeta KLB 5 Maret 2021. Sedang 3 partai lain di bawah threshold  PAN (3,5 persen), PKB (2,8 persen), dan PPP (2,0 persen).

 

PSI sedang mengadakan konsolisasi internal dengan mengangkat eks Ketum Grace Natalie jadi Waketum Dewan Pembina mendampingi Jeffrey Geovanise dan eks Sekjen RJA  Antony jadi Sekretaris Dewan Pembina menggantikan Sunny Tanuwijaya. Konsolidasi ini mungkin bisa memperkuat spektrum dukungan masyarakat generasi mapan yang merasa  kurang diapresiasi oleh generasi milenial. Sebagai Plt sekjen diangkat Dea Tungggaesti, pakar hukum dan selebritis mendampingi Plt Ketum Giring Niji ketika Grace Natalie cuti studi di NUS Singapura.

 

Berita “kudeta KLB” sempat bersaing drama karma Kaesang Felicia Nadya (KFN). Heboh KFN ini meledak pas hari H kudeta KLB di Sibolangit Sumut. Tapi seluruh medsos malah sibuk dengan KFN. Ada yang mengingatkan Kaesang jangan mengulangi drama Ahok yang menceraikan istri karena perempuan baru dengan mengorbankan keluarga.

 

Sebagian masyarakat juga menyesalkan faktor agama ternyata masih merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi batalnya pernikatan Kaesang-Felicia. Di zaman Orde Baru juga salah satu putri Cendana berpacaran dengan pria Nasrani, putra elite Jendral Orde Baru. Pernikahan batal karena masih peka bahwa Presiden RI punya mantu Nasrani. Alasan seperti ini tentu sulit memperoleh “barbuk” (barang bukti). Anehnya, Presiden Jokowi juga mendadak menerima tokoh kontroversial Amien Rais di Istana 9 Maret 2021, membicarakan kasus penembakan KM 50, yang menewaskan 6 anggota FPI.

 

Kontestasi menuju 2024 memang mengandung pelbagai drama mirip drakor, dan karma politik mirip Babad Tanah Jawi.  Semua itu berlangsung dalam suasana global yang juga mengandung momentum transformasi geopolitik yang menimbulkan optimisme dan harapan perdamaian dunia serta pemulihan ekonomi pasca Covid.

 

Karena bersamaan dengan pelbagai anomali masalah pacaran anak mantu presiden, yang menenggelamkan berita kudeta KLB Jenderal Muldoko atas Mayor AHY. Sri Paus Fansiskus melakukan terobosan silaturahmi ke Ayatollah Akbar Ali Sistani di Najaf Iraq. Kalau Timur Tengah saja sudah damai, masak Indonesia masih mempersoalkan beda agama dan nikah campuran antara keluaga elite tingkat kerabat  Presiden.

 

Yang pertama “menerobos” tembok SARA itu pastilah Bung Karno, dengan menikahi Ratna Sari Dewi. Akan menjadi problematik bila cucunya, putra Karina Kartika Dewi, yang berkewarganegaraan Belanda akan terjun berpolitik. Bolehkah cucu Bung Karno itu jadi menteri kabinet atau bahkan jadi Presiden RI di masa datang.

 

Kalau untuk tingkat menteri Archandra Tahar dan bupati terpilih Sabu Raijua, Orient P Riwu Kore  malah pemegang paspor AS sekarang sedang di sidangkan di pengadilan TUN. Maka jelas kita mempunya masalah besar dalam soal kecill “tetek bengek”, seperti beda agama anak mantu presiden.

 

Istri PM Syahrir juga seorang wanita Belanda. PM Rajiv Gandhi beristri Sonia wanita Italia. Suami Aung San Su Kyi seorang Inggris yang menghalangi Su Kyi menjadi Ppresiden Myanmar.

 

Mungkin faktor politik tidak ada dalam kasus heboh KFN yang sempat menenggelamkan isu kudeta KLB. Di medsos beredar keluhan AHY kenapa Kaesang heboh ghosting sampai menghilangkan berita kudeta Partai Demokrat. Kenapa berita Kaesang ghosting malah lebih trending topik dari kudeta PD AHY Muldoko. Kayaknya memang drakor, drama dan karma politik tidak lepas dari emosi dan faktor SARA.

 

Sebuah meme kocak viral di medsos seolah dari AHY kepada Kaesang: "Gw lagi rebutan parte, lu nape curi perhatian dengan ghosting anak orang??"

 

Sayang bahwa di saat Sri Paus sowan ke Ayatollah Sistani, Indonesia tidak berperan serta jadi juru damai, tapi malah sibuk dengan soal tetek bengek beda agama dan rebutan kursi ketum partai secara kurang elegan.

 

Drama Karma Felicia Nadya (KFN), 10 Oktober 2019 Wisuda – 5 Maret 2021 Ghosting

 

Setelah usai wisuda, Kaesang mengatakan kuliah sambil menjalankan bisnis merupakan suatu hal yang menantang baginya. Hal ini dikarenakan bisnis yang ia kelola berpusat di Indonesia, sementara kuliahnya di Singapura. Kaesang mengatakan, alasan kenapa kuliah dan bisnisnya sama-sama sukses ialah kedisiplinan. Cara hidup di Singapura, semuanya adalah disiplin. Itulah yang membentuk Kaesang menjadi dirinya sekarang. Berkat kedisiplinan yang ia terapkan membawanya sukses dalam pendidikan dan bisnisnya. ●

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar