Rakyat
Mandiri Berdaya Mencegah Penyebaran Covid-19 Abang Rahino ; Mantan Staf Komunikasi dan Informasi pada
program SHAW-Simavi |
KOMPAS, 10 Juni 2021
Pandemi Covid-19 memberi
banyak pelajaran bagi kita. Salah satunya adalah arti penting rakyat yang
berdaya dalam melakukan pencegahan secara mandiri. Konsep dasarnya adalah
rakyat sebagai garda terdepan melakukan pencegahan (preventif), bukan tenaga
kesehatan. Namun sayang pengarusutamaan
pencegahan mandiri berbasis masyarakat untuk menangkal penyebaran pandemi
Covid-19 tidak menjadi pilihan Pemerintah Indonesia saat ini. Pemerintah
lebih memilih pendekatan kuratif. Sebuah pendekatan yang mengandalkan tenaga
kesehatan, obat-obatan, sarana prasarana, dan sistem kesehatan nasional, yang
sebenarnya masih jauh dari ideal. Pertanyaan mendasar dari
pendekatan kuratif adalah seberapa jauh tingkat kecukupan sarana, prasarana,
dan sumber daya manusia (SDM) bidang kesehatan memiliki kemampuan untuk
melawan semakin cepatnya penyebaran pandemi Covid-19? Terlebih dengan semakin
banyaknya mutan yang dilahirkan dari SARS-CoV2. Kasus di Kabupaten Kudus,
Jawa Tengah, belum lama berselang pasca-Lebaran adalah contoh kasus nyata.
Rakyat yang tidak terdidik dalam hal penerapan protokol kesehatan telah
dengan ceroboh melanggar dengan akibat melonjaknya angka kepositifan dan
kematian akibat Covid-19. Pendidikan
masyarakat Best practice yang bisa
dipertimbangkan menjadi acuan adalah program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat atau STBM. Program Kementerian Kesehatan yang dilahirkan tahun
2009 tersebut adalah upaya untuk mendidik masyarakat agar secara mandiri
mampu melakukan pencegahan terhadap merebaknya penyakit-penyakit diarokal. Program lintas sektoral dilaksanakan
secara berjenjang di tingkat kabupaten, kecamatan, dan desa. Pada umumnya
Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappeda)
Kabupaten berfungsi sebagai pengarah untuk sinkronisasi antar Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) terkait, sedangkan Dinas Kesehatan setempat bertindak
selaku sektor yang memimpin di depan (leading sector). Secara nasional,
Kementerian Kesehatan bertindak sebagai leading sector nasional, penjaga
gawang agar program tetap berjalan pada jalurnya dengan menjaga kerja sama
aktif lintas sektoral tingkat nasional. Pada tingkat desa, ujung
tombak program ini adalah para kader di tingkat RT atau RW. Indonesia
memiliki jutaan kader kesehatan, kader Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
(PKK), atau kader Dasawisma. Mereka tersebar merata di hampir semua desa.
Para kader ini terlatih secara teknis maupun non-teknis seperti berbicara di
depan umum (public speaking), memengaruhi para pemangku kepentingan di
tingkat RT dan RW, dan pada umumnya mereka menjadi teladan di masyarakat. Kecuali para Kader Desa
tersebut, pengalaman empirik para mitra lembaga swadaya masyarakat (LSM)
pelaksanaan program STBM 2011 – 2016 di sembilan kabupaten/kota di Provinsi
Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Papua membuktikan
bahwa para siswa Sekolah Dasar (SD) di tingkat desa telah terbukti efektif
sebagai agen perubahan di keluarga dan lingkungan masing-masing. Mereka, kecuali para ibu,
memiliki pengaruh kuat dalam mengubah perilaku anggota keluarga lain dalam pelaksanaan
kelima pilar STBM. Salah satu kunci sukses
dari program berbasis masyarakat adalah termotivasinya Kader Desa. Sehingga,
proses pengaderan dalam wujud pendidikan kader perlu dilakukan dengan dasar
silabus yang berorientasi pada penyadaran, bukan indoktrinasi. Teknik-teknik pendidikan
tentu dilakukan, misalnya melalui proses training of trainer (ToT) atau
pelatihan untuk pelatih, dan sebagainya, sebagaimana yang umum terjadi pada
program-program pendidikan masyarakat. Oleh karenanya,
penyampaian materi dalam silabus pendidikan dilakukan secara berjenjang.
Kader Kabupaten melatih Kader Kecamatan, Kader Kecamatan melatih Kader Desa,
dan Kader Desa bertugas melatih para kader di tingkat RT dan RW. Sementara
itu Kader Kabupaten dilatih oleh Konsultan Program/LSM Mitra sebagai
penanggung jawab sampai pada tingkat implementasi di lapangan. Dengan keberadaan jutaan
berbagai kader, kegiatan tersebar di seluruh Indonesia dan sudah terlatih,
dan jangan diremehkan para murid SD di level desa. Untuk menghadapi pandemi
Covid-19, mereka tinggal sedikit disentuh dengan hal-hal teknis protokol
kesehatan. Itu adalah termasuk menjaga asupan sehat bergizi, menjaga jarak
jika berada di kerumunan, mengenakan masker, membasuh tangan dengan sabun
atau hand sanitizer, dan tidak banyak bicara di tempat umum. Dengan metode pengawasan
gethok tular sesama warga RT, praktik protokol kesehatan akan terjaga karena
masyarakat saling mengingatkan. Itulah juga yang diterapkan dalam program
STBM. Berbagai Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) yang dilakukan Kementerian Kesehatan sejak 2012 secara
berkala membuktikan bahwa metode pencegahan berbasis masyarakat mampu
menciptakan rakyat yang secara mandiri melakukan langkah-langkah pencegahan
penyebaran penyakit secara efektif. Program-program berbasis
masyarakat mampu menekan 62 persen penyakit-penyakit diarokal di level
kabupaten/kota pelaksana STBM yang didampingi LSM Mitra. Pendekatan
preventif Pemerintah perlu untuk
mempertimbangkan pendekatan pencegahan berbasis masyarakat ini, guna
memerangi Covid-19, sebagaimana implementasi program STBM dalam memerangi
penyebaran penyakit-penyakit diarokal. Para tenaga kesehatan
tentu masih dibutuhkan, namun mereka tidak lagi ditempatkan sebagai garda
depan, karena jumlah mereka secara nasional sangat tidak mencukupi. Sedangkan
kader desa berjumlah jutaan relawan. Belum lagi siswa SD! Dari aspek anggaran,
pendekatan preventif relatif lebih murah dibandingkan dengan pendekatan
kuratif yang mahal. Kecuali itu, kandungan sifat keberlanjutan pada pendekatan
pencegahan jauh lebih besar. Pengetahuan dan praktik pencegahan oleh
masyarakat akan berlanjut secara turun-temurun dari orangtua ke anak dan
seterusnya, menjadi kearifan masyarakat. Dampak berganda
(multiplier effects) dari program berbasis masyarakat juga sangat besar.
Misalnya dalam proses pendidikan diselipkan keterampilan pembuatan hand
sanitizer secara mandiri di level RT/RW sehingga ketergantungan pada pasokan
dari luar bisa dihindarkan. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar