Humor
dan Covid-19 Deddy Mulyana ; Guru Besar Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad;
Penulis Buku Komunikasi Kesehatan: Pendekatan Antarbudaya (2021) |
KOMPAS, 27 Juni 2021
Seorang sopir membawa
rombongan yang akan mudik Lebaran ke Padang. Namun, ia malah membawa
kendaraannya ke Bandung. Ia sadar kendaraannya akan dicegat polisi. Ketika
hal itu terjadi di Jalan Tol Cikampek, ia menerangkan bahwa rombongan berasal
dari Padang dan akan mudik ke Bandung. Meski sopir berkilah bahwa
perjalanan ke tujuan sudah dekat, polisi tetap melarangnya dan meminta
rombongan kembali ke Padang. Sang sopir menurut, tetapi meminta surat kepada
polisi yang menerangkan bahwa rombongannya harus ”kembali” ke Padang. Berkat
surat polisi itu, rombongan berhasil mudik ke Padang. Sementara itu, seorang
”wakil rakyat” di Bali saat pandemi Covid-19 dan akan jalan-jalan lagi ke
daerah lain menerangkan, ”Karena saya wakil rakyat, saya mewakili Anda untuk
jalan-jalan.” Itulah dua humor terkait pandemi Covid-19 yang beredar di media
(sosial) belum lama ini. Percayakah Anda bahwa,
seperti didukung beberapa penelitian, humor dapat membantu meningkatkan
imunitas tubuh kita untuk menangkal Covid-19, penyakit mematikan yang telah
melanda negeri kita lebih dari setahun ini? Humor adalah rangsangan
apa saja yang membuat kita tersenyum, tertawa, atau merasa terhibur sehingga
kita menjadi lebih santai dan puas. Berdasarkan perspektif medis, tertawa
memicu munculnya endorfin, hormon yang membangkitkan rasa senang dan rasa
bahagia seraya mengurangi rasa sakit. Humor bisa jadi berperan
penting dalam ranah kehidupan apa pun: politik, pendidikan, bisnis, dan
bahkan keagamaan. Namun, perannya paling penting dalam ranah kesehatan, baik
secara fisik maupun secara mental. Banyak ahli ilmu sosial, terutama
teoretisi psikologi, berpendapat bahwa humor adalah mekanisme untuk
beradaptasi. Kita dapat menggunakan
humor sebagai pertahanan melawan rasa takut akan kehidupan yang suram dan
memungkinkan kita mampu mengendalikan peristiwa yang tadinya sulit kita
kendalikan. Tertawa memungkinkan kita melepaskan ketegangan atau kemarahan
sebagai akibat dari pengalaman pahit yang kita hadapi dan menjaga jarak dari
masalah tersebut. Menurut Lucas, ”Khalayak
mungkin akan berkonsentrasi lebih baik mengenai krisis jika mereka telah
santai pada saat-saat antara.” Intinya, humor membantu melepaskan tekanan
karena ketegangan dan momen tragis, bukan hanya dalam produksi drama, juga
dalam kehidupan nyata (King, 2003). Dalam konteks kekinian, tekanan yang kita
hadapi tentu saja adalah pandemi Covid-19. Dalam kisah nyata Dr
Hunter Adams yang difilmkan dengan judul Patch Adams dan dibintangi Robin
Williams, dilukiskan bahwa menurut dia, pengobatan mujarab untuk menyembuhkan
orang sakit tidak selamanya lewat obat-obatan. Baginya, pengobatan terbaik
adalah humor: tertawa bisa meringankan dan melupakan rasa sakit yang diderita
untuk sementara waktu. Dalam sebuah studi dengan
desain longitudinal intensif, berdasarkan penelitian atas kehidupan
keseharian para mahasiswa universitas, para peneliti menemukan bahwa
orang-orang yang kerap tertawa lebih siap menghadapi peristiwa yang
menimbulkan stres (Zander-Schellenberg & Collins, 2020). Banyak penelitian dengan
metode eksperimen pun membuktikan bahwa humor menurunkan kecemasan dan
meningkatkan kesehatan pada masa krisis atau saat bencana terjadi, seperti
yang dikaji ulang Martin dan Ford (2018) serta Morgan dkk (2019). Temuan
umumnya adalah bahwa humor berperan lebih besar dalam kelompok yang diberi
perlakuan (treatment) untuk menurunkan emosi negatif (misalnya kecemasan dan
stres) serta meningkatkan emosi positif (misalnya harapan dan minat)
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Temuan penelitian lainnya
menunjukkan, humor membantu mengatasi stres dengan berbagai cara. Lelucon
menarik perhatian dan membangkitkan pikiran. Aktivitas kognitif ini
menghilangkan pikiran negatif untuk sementara waktu, membuat orang merasa
lebih ringan dan lebih bahagia (Strick dkk, 2009). Dikaitkan dengan pandemi
Covid-19, berdasarkan penelitian Madelijn Strick (2021) di Amerika Serikat,
Belanda, dan Inggris, penggunaan humor mengurangi emosi negatif dan
meningkatkan emosi positif serta daya tahan terhadap krisis yang terjadi,
terutama jika digabungkan dengan pesan-pesan yang memberikan harapan,
semangat, dan optimisme, tentunya termasuk doa (Strick, 2021). Penelitian lain
berdasarkan sampel 180 orang dewasa di AS menunjukkan, humor membuat stres
dan ketidakberdayaan subyek penelitian berkurang dalam menghadapi Covid-19
dan meningkatkan perilaku protektif mereka terhadap penyakit tersebut (Olah
& Ford, 2021). Walhasil, peran humor
ternyata begitu penting dalam kehidupan, terutama sebagai kiat untuk
mengatasi stres. Humor itu ternyata serius. Tak mengherankan jika humor telah
lama menjadi subyek penelitian yang dipublikasikan dalam berbagai jurnal
ilmiah, seperti Humor: International Journal of Humor Research, the European
Journal of Humor Research, dan the Israeli Journal of Humor Research. Maka, untuk terhindar dari
Covid-19 yang entah kapan akan berakhirnya ini, marilah kita tetap riang,
optimistis, sambil terus bekerja dan berkarya, seraya tetap menjaga protokol
kesehatan, tentunya dengan tidak lupa berdoa. Protokol kesehatan 3M atau 5M
yang kita lakukan selama ini agaknya kurang lengkap, karena seharusnya
ditambah HD sehingga menjadi 5M+HD (Memakai masker, Mencuci tangan, Menjaga
jarak, Menjauhi kerumunan, Membatasi mobilisasi dan interaksi, Humor, dan
Doa). ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar