Positif
Menyikapi Keputusan soal Haji Tajuk Kompas ; Dewan Redaksi Kompas |
KOMPAS, 15 Juni 2021
Keputusan dari Tanah Suci
akhir pekan lalu itu mengakhiri ketidakpastian—semestinya juga kegaduhan di
Tanah Air— mengenai penyelenggaraan ibadah haji tahun ini. Saat Menteri Agama
Yaqut Cholil Qoumas pada 3 Mei lalu mengumumkan pembatalan calon jemaah haji
asal Indonesia, sontak muncul reaksi pro dan kontra. Pihak yang pro bisa
memahami alasan faktor kesehatan, keselamatan calon jemaah haji, dan
ketidakpastian kuota haji dari Arab Saudi. Sebaliknya yang kontra
mempertanyakan sejumlah hal, dari keberanian pemerintah mengambil keputusan
sebelum Arab Saudi hingga keseriusan diplomasi Indonesia ke negara itu. Sabtu (12/6/2021),
Pemerintah Arab Saudi menyatakan, ibadah haji tahun ini hanya akan diikuti
sekitar 60.000 warga yang tinggal di negaranya, baik yang berkewarganegaraan
Arab Saudi maupun ekspatriat. Syaratnya, calon jemaah haji berusia 18-65
tahun, sudah divaksinasi Covid-19, dan terbebas dari penyakit kronis lain,
serta belakangan diumumkan Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi, tidak
berhaji dalam lima tahun terakhir. Seperti tahun lalu, saat
pandemi Covid-19 melanda, tak ada kuota haji bagi negara lain. Dalam
mengambil keputusan, pertimbangan Pemerintah Arab Saudi, seperti Pemerintah
Indonesia, ialah faktor kesehatan, keselamatan, dan keamanan calon jemaah.
”(Kerajaan Arab Saudi) mengeluarkan ketentuan ini karena mengutamakan faktor kesehatan,
keselamatan, keamanan jemaah, dan keselamatan negara mereka,” begitu
pernyataan Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi. Kesamaan pertimbangan RI
dan Arab Saudi ini tak mengherankan. Dalam Islam dikenal prinsip menjaga jiwa
merupakan salah satu dari lima tujuan syariat (maqashid syari’ah), selain
menjaga agama, akal, keturunan, dan harta, sebagai dasar pertimbangan
penetapan implementasi hukum. Saat pandemi yang menyebabkan sekitar 175 juta
orang tertular, sedikitnya 3,8 juta jiwa meninggal di seluruh dunia, dan
munculnya varian baru virus Covid-19, keputusan itu tepat. Bisa dipahami adanya rasa
kecewa di kalangan calon jemaah haji yang bertahun-tahun menunggu berangkat
haji. Namun, situasi ini perlu disikapi positif. Begitu sentralnya keberhasilan
mengendalikan pandemi Covid-19 untuk menjalankan ibadah haji, semestinya hal
ini mempertebal semangat untuk bersama-sama mempercepat penanganan pandemi. Protokol kesehatan harus
terus dijalankan ketat. Vaksinasi juga harus diikuti rakyat, apalagi itu menjadi
salah satu syarat yang ditetapkan Arab Saudi bagi calon jemaah haji. Dengan
langkah bersama, rakyat dan pemerintah, semoga tahun depan pandemi terkendali
dan kuota haji itu diberikan lagi. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar