Senin, 11 November 2013

Hidup Cuma Sekali

Hidup Cuma Sekali
Samuel Mulia ;  Penulis Mode dan Gaya Hidup, Penulis Kolom “Parodi” di Kompas
KOMPAS, 10 November 2013

Teman saya, seorang wanita, bercerita kalau ia ditawari untuk melakukan perselingkuhan dengan seorang pria beristri. Teman saya menampik tawaran yang menurutnya sangat tidak senonoh itu. Anda mau mendengar reaksi pria itu setelah tawarannya ditolak? ”Hidup cuma sekali aja kenapa mesti dibuat susah sih. Dinikmatin aja.”

Susah itu nanti

Saya tergelak dengan komentar pria itu. Karena dahulu kala, ketika saya masih sehat walafiat, ketika hidup semuanya nyaris bisa dikatakan tak ada masalah, saya mengucapkan hal yang serupa.
Kalau situasi itu begitu nyamannya, semua dalam keadaan terkendali, mulut ini mudah sekali mendendangkan suaranya, tanpa berpikir kalau semua perbuatan itu ada risikonya. Susah itu tak akan bisa dirasakan ketika semuanya berjalan lancar. Terlintas di kepala saja tidak. Susah itu nanti, belakangan datangnya, ketika yang dianggap tak susah ternyata terjadi.

Menurut saya, seorang koruptor itu tak akan pernah merasa susah dan tak akan berpikir risiko yang akan ditanggungnya saat ia melakukan tindakan itu, saat semua bisa terkendali. Saya percaya bahwa mulut mereka pun bisa jadi menyetujui jawaban laki-laki yang saya ceritakan di atas.

Padahal, menurut pengalaman saya, bahaya terbesar yang pernah terjadi dalam kehidupan manusia, maaf...dalam kehidupan saya maksudnya, adalah ketika situasi superaman dan superterkendali terjadi. Situasi semacam itu tidak menimbulkan keinginan untuk bersikap hati-hati.

Di situasi yang terkendali dan aman itulah saya acapkali berperan sebagai dewa. Saya merasa bisa mengendalikan masa depan. Saya merasa bahwa situasi tidak susah itu akan selamanya tidak susah.
Dalam situasi yang tidak susah itu, saya lupa berpikir bahwa dalam hidup ini senantiasa akan ada harga yang harus dibayar untuk semua perbuatan. Saya lupa bahwa hidup itu seperti roda yang berputar.

Dan kalau pun saya tidak lupa akan ungkapan itu, saya sangat yakin harganya bisa saya ”bayar” tanpa harus menjadi bangkrut. Saya bisa berpikir hidup bisa saja seperti roda, tetapi masalahnya, hidupnya siapa dulu?

Hidup saya enggak bakal jatuh. Perhitungan sudah jeli dan tepat. Situasi tak susah itu sungguh tidak melenakan, tetapi membuat pongah. Kepongahan itu adalah sebuah tempat paling subur untuk lahirnya sebuah jamur bernama kejahatan.

Roda

Apakah bentuk kejahatan itu? Anda pikir saya menjadi pembunuh dan memotong jari manusia? Tidak sama sekali. Kejahatan itu adalah dalam bentuk sebuah ketidakpedulian akan situasi rumah tangga orang lain.

Kejahatan saya adalah bersikap egois dan tidak peduli. Selama saya bahagia, apa peduli saya terhadap orang lain? Apalagi, seorang teman yang memang punya jam terbang tinggi soal berselingkuh malah memberikan saya tip dan trik agar tidak gagal dan tidak ketahuan.

Ia malah mengatakan, justru dalam situasi semacam ini saya bisa memiliki kesempatan untuk membuat seseorang pindah ke lain hati. Dalam situasi itulah saya tak lagi bisa melihat apa itu benar, apa itu baik, dan apa itu keliru.

Maka saya sarankan, bergaul itu juga mesti berhati-hati. Memilih teman itu harus jeli. Anda harus peka membedakan teman yang selalu mengantar Anda ke sebuah situasi tidak susah sehingga Anda tidak menyadari kalau mereka sedang menggiring Anda ke tepi jurang, dengan mereka yang senantiasa menjaga Anda agar tidak sampai terdorong masuk ke jurang.

Kalau Anda mencoba menasihati saya di masa saya tidak susah, saya yakinkan Anda tak akan berhasil. Kalaupun Anda melihat seolah saya menyimak, saya sama sekali tidak menyimak. Itu hanya sebuah aksi agar Anda tak tersinggung. Setelah Anda meninggalkan saya, saya kembali menikmati hidup yang cuma sekali itu saja.

Dan kalau Anda menegur saya dan menanyakan alasannya, akan ada sejuta jawaban yang akan saya sodorkan ke hadapan Anda. Sebuah alasan yang masuk akal di kepala saya dan tak masuk akal di benak Anda.

Apakah saya peduli kalau itu tak masuk akal di benak Anda? Tentu tidak. Itu mengapa saya bisa dengan ringan berkomentar seperti pria beristri yang ditampik teman saya di atas itu. ”Hidup cuma sekali aja, kenapa mesti dibuat susah sih. Dinikmatin aja”

Saat saya dalam situasi tidak susah, tiba-tiba datanglah kesusahan yang tak pernah saya pikirkan sebelumnya. Saya kaget ternyata kok saya tak bisa memprediksi datangnya kesusahan.

Maka berhati-hatilah dalam hidup yang cuma sekali ini saja. Sebisa mungkin nikmati hidup ini dengan tidak membuat orang lain tersakiti. Sering-seringlah mengingatkan diri Anda supaya tidak pongah kalau hidup itu memang seperti roda dan Anda itu bukan dewa.


Sekarang ini saya sedang berusaha menikmati hidup yang sekali saja itu tidak dalam keadaan pongah agar saya bisa menikmati kematian yang juga sekali saja itu dengan hati yang bahagia. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar