|
Seorang klien perempuan (K, 27
tahun), mengungkapkan perasaannya pada saya:
”Ibu, saya tidak mampu
menghilangkan kecurigaan saya pada tunangan saya. Saya rasa ia sepertinya
punya affair baru dengan perempuan lain karena sering kali saya
merasa seolah dia tidak sedang mendampingi saya, dan pikirannya sering tampak
melayang saat berbincang dengan saya. Saya sering mengutarakan kecurigaan saya,
tapi sepertinya dia tidak berterus terang, bahkan saya merasa sering
dibohonginya. Saya juga sering mengonfrontasi dirinya, tetapi sampai saat ini
reaksinya tidak pernah meyakinkan saya. Sementara pikiran dan perasaan saya
terhadap dirinya sangat mengganggu dan meningkatkan kecurigaan saya tentang
berbagai hal.”
Selanjutnya K menyambung bahwa dua
temannya yang sudah menikah juga agak curiga bahwa suaminya menjalin affair dengan
teman kantornya. Mereka menyewa detektif partikelir untuk mengawasi perilaku
suaminya. Keduanya menasihati K untuk juga menyewa detektif partikulir seperti
halnya mereka. K datang pada saya untuk meminta pendapat saya dan apakah saya
menyetujui ide menyewa detektif untuk menyelidiki perilaku tunangannya
tersebut.
Saya langsung menjawab bahwa
apabila saya dalam posisi kamu, saya tidak akan menyewa detektif karena
menunjukkan bahwa sebenarnya kita sendirilah yang akhirnya mempunyai affair. Artinya,
saya pikir saya tidak akan mampu lagi membina relasi yang penuh ketulusan,
nyaman, dan penuh kasih dengan tunangan saya itu kelak. Apalagi, keadaan itu
menyangkut keberadaan saya di samping dirinya apabila saya menikah dengannya
kelak.
Bisa dipahami apabila relasi yang
mungkin terjalin akan diwarnai oleh kerahasiaan, serta banyak yang harus
ditutup-tutupi. Saya juga tidak mau apabila reaksi saya dan respons saya dalam
menanggapi pembicaraan dengannya diwarnai ketidakpercayaan dan penuh rahasia
terhadap dirinya. Kecuali itu, kebalikannya, saya juga tidak berkeinginan untuk
pada suatu saat tinggal bersama dengan seseorang yang membuat saya merasa tidak
tenang dan aman karena orang tersebut mencurigai saya, berusaha memeriksa HP
saya, curi-curi membuka tas tangan saya, dan menelusuri setiap relasi saya
dengan orang lain, apakah dengan teman sekantor atau atasan saya kelak.
Apalagi, untuk itu pasangan saya harus menyewa seorang detektif khusus. Terus
terang saya tidak mau menikah dengan orang seperti itu.
Intuisi
Kemudian, saya mendukung K untuk
lebih yakin dan memercayai intuisinya tentang sikap tunangannya. K seyogianya
meyakini bahwa ada sesuatu yang salah dalam relasinya dengan tunangannya, dan
untuk itu K harus mendalami pemahamannya tentang pribadi tunangannya sambil
mencoba berbagai upaya untuk tetap merasa nyaman berelasi dengan tunangannya.
Rangkaian pertanyaan yang seyogianya K lakukan adalah:
• Sejauh mana K tahu tentang keadaan teman-teman dan keluarga
tunangannya?
• Pertanyaan apa saja yang sudah K ungkapkan padanya tentang
masa lalu hubungannya dengan mantan-mantan kekasihnya?
• Bagaimanakah riwayat masa lalu tentang hal
keterbukaan, kejujuran, dan kesetiaannya selama K berhubungan dengannya?
• Apakah dia biasa terbuka atau tertutup tentang
kesulitan-kesulitan emosional yang pernah dia alami selama kehidupannya?
• Apakah K sendiri seorang pencemburu dan selalu bereaksi
berlebihan terhadap hal-hal yang menyentuh perasaannya sendiri?
Hal lain yang juga saya sarankan
adalah jagalah perhatiannya terhadap tunangannya dengan suatu saat mengatakan,
”Saya merasa bahwa relasi kita saat ini berubah, namun kamu selalu mengatakan
bahwa, ’Ah, itu sih perasaanmu sendiri saja yang selalu kamu tonjolkan.’”
Katakan selanjutnya: ”Tapi, terus terang sebenarnya saya masih
punya ganjalan yang belum terselesaikan, maukah kamu khusus meluangkan waktu
untuk mendiskusikannya dengan lebih serius? ”Siapa tahu saat ini kamu sedang
mengalami kesulitan dalam pekerjaanmu, atau kamu mungkin menghadapi masalah
kesehatan fisikmu atau barangkali kamu merasa bahwa relasi antarkita sudah
kehilangan romantisme atau apa punlah beratnya masalah yang kamu atau kita
rasakan, marilah kita bicarakan secara terbuka.”
Sampaikanlah semua pertanyaan
tersebut dengan sikap positif dan jangan sekali-kali bernadakan tuduhan. K juga
bisa mengungkap harapan-harapan pribadinya dalam kehidupan perkawinan, yang
ditandai oleh kejelasan sikap antarpasangan, keintiman, kejujuran, dan saling
percaya di antara pasangan. Apabila K tak melandasi relasi dengan rasa percaya
pada tunangannya, keputusan menikah dengannya menjadi keputusan yang tidak
bijaksana bagi masa depan kehidupan perkawinannya kelak.
Tetap waspada
Nasihat saya terhadap K memang
merupakan salah satu alternatif dari berbagai cara penyelesaian persoalan, bisa
saja bagi orang-orang tertentu justru menyewa detektif adalah cara yang terbaik
bagi penyelesaian masalah dengan pasangannya. Terkadang sebagai konselor yang
mencoba berbagi dalam cara penanganan kasus K kepada para pembaca, dinilai
kurang tepat bagi penyelesaian masalah perkawinan setiap pembaca. Untuk itu,
saya sarankan ambillah hal-hal yang terasa bermanfaat, tetapi abaikan hal-hal
yang kurang ”pas”.
Namun, lepas dari dilema tersebut,
kita sebagai insan pasti tidak luput dari kemungkinan dibohongi oleh pasangan
kita. Kita tidak tahu, apakah pasangan kita jujur dalam menceritakan kejadian
yang menimpanya. Jadi hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah tetap waspada,
hiduplah dengan perasaan terhormat, katakanlah segala sesuatu dengan benar,
karena menurut saya menyewa detektif adalah satu arah pengambilan keputusan
yang salah, kecuali kalau kita memang benar-benar merasa sudah tidak mampu
mempertahankan relasi dengan pasangan kita. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar