Ini suatu copy-paste
dari kawan di dunia maya, dan seribu persen guyonan. Aparat intelijen
Australia menafsirkan hasil penyadapan terhadap komunikasi SMS (short message service) dari Ani Yudhoyono
ke sang suami, Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Indonesia. Isinya,
"Indonesia merencanakan untuk membeli 2 kapal selam dari Rusia, yang
akan ditempatkan di Surabaya. Selanjutnya akan dipergunakan untuk menyerang
Darwin, Australia. Rekomendasi: segera, urgen! Sadap telepon Ibu Negara!
Dia seorang ahli strategi militer!"
Gawat
dan genting, bukan? Padahal, SMS Ani Yudhoyono kepada Presiden dalam bahasa
Indonesia sekadar soal ini, "Pak, beliin pempek kapal selam 20, ya…
Tempatnya dekat Konsulat Rusia. Itu lo, yang di sebelahnya Soto Surabaya.
Mau arisan, nih. Sama jeruk 2 kilo. Sekalian beli sop torpedo di Bang
Darwin--Kumis."
Guyonan
itu amat menyegarkan di tengah kehebohan penyadapan yang dilakukan
Australia terhadap Presiden RI dan orang-orang terdekatnya.
Kehebohan
itu berwujud aneka rupa. Beberapa politikus, juga pelbagai demo oleh beberapa
kalangan, menghendaki pelbagai rupa tindakan yang perlu dilakukan
pemerintah Indonesia. Ada yang meminta agar hubungan diplomatik
Indonesia-Australia diputuskan. Ada yang meminta agar Dubes Australia
dipulangkan. Ada yang mengusulkan perang.
Sementara
itu, pemerintah sudah menyikapinya dengan beberapa tindakan. Memanggil
pulang Dubes Indonesia di Australia. Meminta penjelasan kepada pemerintah
Australia. Menghentikan beberapa program bersama. Lebih lanjut, semoga akal
sehat kita tetap terjaga dengan baik. Semoga kita tak lepas kendali sekadar
mengumbar kemarahan. Asas manfaat versus mudarat perlu dipergunakan sedalam
mungkin.
"Amarah
tidak pernah datang tanpa alasan, tapi jarang sekali itu berwujud alasan
yang baik," kata Benjamin Franklin. Sementara, "Menyimpan
kemarahan ibarat menggenggam bara panas dengan niat melemparkannya ke orang
lain; dan itu ternyata akan membuat Anda sendiri terbakar," kata
Buddha.
Sepanjang
hayat, yang namanya spionase dan intelijen akan terus ada. Dalam bentuk
pengintaian, pencurian dokumen, termasuk penyadapan, segala sesuatunya
adalah aktivitas yang akan terus terjadi antarnegara. Yang mampu kita
kendalikan adalah kita harus menjaga segenap informasi rahasia negara kita
sebaik-baiknya. Sistem kontra intelijen dan kontra spionase kita harus
dibangun secara baik. Bahkan, Wakil Gubernur DKI Basuki T. Purnama, dalam
arah yang lain, menyatakan, "Apanya yang perlu rahasia? Saya terbuka
terus, kok. Enggak ada yang diumpetin."
Ketimbang
kita terus menguras energi, menghebohkan soal penyadapan ini-lebih masuk
akal-kita kembali berfokus pada masalah-masalah bangsa yang lebih mendasar.
Bagaimana menanggulangi soal krisis ekonomi yang masih berkepanjangan, soal
bencana alam di pelbagai wilayah, soal tata-niaga pelbagai kebutuhan pokok
masyarakat, pemutakhiran data pemilih secara benar untuk pemilu, pembasmian
korupsi secara efektif, dan pelbagai masalah besar lainnya. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar