Kamis, 28 November 2013

Penyadapan dan Prioritas

Penyadapan dan Prioritas
Pongki Pamungkas  ;   Penulis
TEMPO.CO,  28 November 2013




Ini suatu copy-paste dari kawan di dunia maya, dan seribu persen guyonan. Aparat intelijen Australia menafsirkan hasil penyadapan terhadap komunikasi SMS (short message service) dari Ani Yudhoyono ke sang suami, Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Indonesia. Isinya, "Indonesia merencanakan untuk membeli 2 kapal selam dari Rusia, yang akan ditempatkan di Surabaya. Selanjutnya akan dipergunakan untuk menyerang Darwin, Australia. Rekomendasi: segera, urgen! Sadap telepon Ibu Negara! Dia seorang ahli strategi militer!"

Gawat dan genting, bukan? Padahal, SMS Ani Yudhoyono kepada Presiden dalam bahasa Indonesia sekadar soal ini, "Pak, beliin pempek kapal selam 20, ya… Tempatnya dekat Konsulat Rusia. Itu lo, yang di sebelahnya Soto Surabaya. Mau arisan, nih. Sama jeruk 2 kilo. Sekalian beli sop torpedo di Bang Darwin--Kumis."

Guyonan itu amat menyegarkan di tengah kehebohan penyadapan yang dilakukan Australia terhadap Presiden RI dan orang-orang terdekatnya.

Kehebohan itu berwujud aneka rupa. Beberapa politikus, juga pelbagai demo oleh beberapa kalangan, menghendaki pelbagai rupa tindakan yang perlu dilakukan pemerintah Indonesia. Ada yang meminta agar hubungan diplomatik Indonesia-Australia diputuskan. Ada yang meminta agar Dubes Australia dipulangkan. Ada yang mengusulkan perang.

Sementara itu, pemerintah sudah menyikapinya dengan beberapa tindakan. Memanggil pulang Dubes Indonesia di Australia. Meminta penjelasan kepada pemerintah Australia. Menghentikan beberapa program bersama. Lebih lanjut, semoga akal sehat kita tetap terjaga dengan baik. Semoga kita tak lepas kendali sekadar mengumbar kemarahan. Asas manfaat versus mudarat perlu dipergunakan sedalam mungkin.

"Amarah tidak pernah datang tanpa alasan, tapi jarang sekali itu berwujud alasan yang baik," kata Benjamin Franklin. Sementara, "Menyimpan kemarahan ibarat menggenggam bara panas dengan niat melemparkannya ke orang lain; dan itu ternyata akan membuat Anda sendiri terbakar," kata Buddha.

Sepanjang hayat, yang namanya spionase dan intelijen akan terus ada. Dalam bentuk pengintaian, pencurian dokumen, termasuk penyadapan, segala sesuatunya adalah aktivitas yang akan terus terjadi antarnegara. Yang mampu kita kendalikan adalah kita harus menjaga segenap informasi rahasia negara kita sebaik-baiknya. Sistem kontra intelijen dan kontra spionase kita harus dibangun secara baik. Bahkan, Wakil Gubernur DKI Basuki T. Purnama, dalam arah yang lain, menyatakan, "Apanya yang perlu rahasia? Saya terbuka terus, kok. Enggak ada yang diumpetin."

Ketimbang kita terus menguras energi, menghebohkan soal penyadapan ini-lebih masuk akal-kita kembali berfokus pada masalah-masalah bangsa yang lebih mendasar. Bagaimana menanggulangi soal krisis ekonomi yang masih berkepanjangan, soal bencana alam di pelbagai wilayah, soal tata-niaga pelbagai kebutuhan pokok masyarakat, pemutakhiran data pemilih secara benar untuk pemilu, pembasmian korupsi secara efektif, dan pelbagai masalah besar lainnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar