Batman-Robin
Qaris Tajudin ; Wartawan TEMPO
|
TEMPO.CO, 25 November 2013
A: Siapa superhero yang paling bego?
B: Superman dong, dia kan pakai kolor di
luar.
A: Salah.
B: Yang benar siapa?
A: Batman.
B: Kenapa?
A: Dia punya sayap, tapi enggak bisa
terbang.
B: Ha-ha-ha, boleh juga.
A: Tapi ada lagi yang lebih bloon dari
Batman.
B: Loh, siapa lagi?
A: Robin.
B: Memang kenapa dengan Robin?
A: Sudah tahu Batman bego, masih diikutin
juga.
Tebak-tebakan ini tentu hanya bercandaan
anak tongkrongan. Ada logika dan fakta yang sengaja dibolak-balik supaya
lebih lucu. Meski dimaksudkan untuk bercanda, kita bisa melihat banyak
hubungan Batman-Robin seperti dalam tebak-tebakan itu di kehidupan sehari-hari.
Sebelum membahasnya dengan sok serius, mari
kita berkenalan dulu dengan Robin. Robin bukan nama seseorang, tapi lebih
seperti jabatan untuk siapa saja-laki atau perempuan-yang berperan sebagai
asisten Batman dalam memberantas kejahatan di Kota Gotham. Menurut DC
Comics, ada lima Robin sepanjang sejarah komik Batman. Mereka datang dan
pergi-bahkan ada yang mati-tapi Bruce Wayne tetap ada di sana sebagai
Batman sejati.
Hubungan Batman-Robin ini dapat dengan jelas
kita lihat di dunia politik. Kita tentu sering mengeluhkan wakil rakyat
atau kepala pemerintah daerah (bupati dan gubernur) yang berkelakuan dan
berkomentar bodoh. Keputusan yang mereka keluarkan justru menyengsarakan
rakyat. Belum lagi korupsi yang mereka lakukan.
Tapi kita kerap lupa, di balik para wakil
rakyat dan bupati yang berbuat ketololan seperti itu, ada ribuan, bahkan
jutaan, "Robin" yang memilih mereka. Tidak sekali, mereka bisa
memilih para politikus itu berulang-ulang. Bahkan, tak jarang pejabat yang
sudah divonis bersalah dalam kasus korupsi kembali menang dalam pemilihan.
Pertanyaannya kan sederhana: Kalau memang mereka tak becus dan korup,
kenapa dipilih?
Tentu saja, pendidikan rendah para pemilih
itu berperan dalam pilihan yang tak tepat itu. Tapi tidak selamanya begitu.
Saya pernah berdebat dengan seorang "Robin" yang lulus S-2, tapi
begitu sengit membela "Batman"-nya yang korup. Seperti seorang
Robin sejati, dia pasrah bongkokan pada Batman. Tak ada keraguan sedikit
pun. Dia yakin tuduhan korupsi itu hanya konspirasi untuk menghancurkan
sang Batman.
Karakter Robin memang seperti itu, yakin
bahwa Batman adalah pahlawan yang benar-benar super. Jika meragukannya,
Anda bisa dikira sebagai antek Joker atau Penguin-musuh-musuh utama Batman.
Teman saya itu-seperti juga
"Robin" yang lain-tak sadar bahwa kehadiran mereka sebenarnya
tidak dibutuhkan "Batman". Tentu, suara dan kerja keras mereka
untuk menggaet suara diperlukan oleh para politikus. Tapi, saat mulai
beraksi, politikus Batman tak lagi menengok para pendukungnya yang begitu
setia. Keputusan harus menyerang siapa dan apa misi utama mereka kali ini
tetap ada di tangan Batman. Dan yang mendapat tepuk tangan keras saat misi
berhasil tetaplah Batman.
Selain di dunia politik, hubungan
Batman-Robin ini bisa kita lihat di bidang keagamaan. Ada begitu banyak
kelompok keagamaan yang dipimpin oleh pemuka agama yang kerap mengeluarkan
komentar tolol dan hasutan. Tapi mereka bisa eksis karena memang ada begitu
banyak Robin yang bertepuk tangan setiap kali Batman mengeluarkan komentar
bodoh.
Lalu, kenapa ada begitu banyak Robin yang
memuja politikus atau pemuka agama yang justru menjadi "Pangeran
Kegelapan"? Mungkin karena seperti Batman, para politikus dan pemuka
agama itu selama ini memakai topeng.
●
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar