Kamis, 07 November 2013

Cacat Fatal Obamacare



Cacat Fatal Obamacare
Martin Feldstein ;  Guru Besar Ekonomi pada Harvard University, Ketua Council of Economic Advisers di bawah Presiden Ronald Reagan dari 1982 sampai 1984
TEMPO.CO, 07 November 2013

Obamacare, yang secara resmi disebut Patient Protection and Affordable Care Act, merupakan program asuransi kesehatan yang diundangkan Presiden AS Barack Obama dan anggota-anggota Kongres dari Partai Demokrat, tapi ditentang anggota-anggota Kongres dari Partai Republik. Obamacare dimaksudkan untuk menutup asuransi warga Amerika tanpa asuransi swasta atau pemerintah-sekitar 15 persen dari jumlah penduduk Amerika.

Para penentang Obamacare tidak berhasil menghentikan undang-undang ini di pengadilan dan, juga baru-baru ini, dalam Kongres. Program ini diluncurkan secara resmi pada 1 Oktober. Walaupun dihambat masalah-masalah komputer dan masalah-masalah teknis lainnya, Obamacare kemungkinan besar akan beroperasi pada 2014. Pertanyaannya, apakah ia akan berjalan seperti dimaksudkan dan bertahan selamanya? Ada risiko serius bahwa hal itu tak akan terjadi.

Potensi cacat fatal Obamacare terletak justru pada kesamaan pandangan yang menarik para penentangnya, yaitu kemampuan mereka dengan kondisi kesehatan yang serius untuk membeli asuransi dengan premi standar. Pandangan itu bakal mendorong mereka yang tidak jatuh sakit untuk tidak mengasuransikan diri sampai mereka didiagnosis menderita penyakit yang menelan biaya tinggi untuk pengobatannya. Maka hal itu akan meningkatkan biaya per orang yang diasuransikan serta mendongkrak premi yang mesti dikenakan perusahaan asuransi. Sementara premi meningkat, bahkan orang yang relatif sehat bakal terdorong untuk tidak mengambil asuransi sampai mereka jatuh sakit, sehingga makin meningkatkan biaya dan premi. 

Dengan demikian, para perancang Obamacare menjadikan pembelian asuransi sebagai sesuatu yang "diwajibkan." Lebih jelas lagi, pengusaha yang memiliki lebih dari 50 pegawai diwajibkan setelah 2014 membeli polis untuk pegawai penuh waktu mereka. Mereka yang tidak menerima asuransi dari pengusaha diwajibkan membeli sendiri, sedangkan pembeli asuransi yang berpenghasilan rendah diberi subsidi dari pemerintah.

Tapi kewajiban yang dikenakan, baik atas pengusaha maupun perorangan, itu kemungkinan besar terbukti tidak efektif. Pengusaha bisa menghindari kewajiban itu dengan mengurangi jam kerja seorang pegawai per minggu menjadi kurang dari 30 jam (yang menurut undang-undang dianggap kerja penuh waktu). Tapi bahkan, bagi pegawai penuh waktu pun, pengusaha bisa memilih membayar denda yang relatif kecil daripada memberikan asuransi. Denda itu sebesar US$ 2.000 per pegawai, jauh lebih kecil daripada premi rata-rata saat ini, yang sebesar US$ 16 ribu per polis keluarga yang diberikan pengusaha.

Tidak memberikan asuransi dan membayar denda merupakan pilihan yang menarik bagi pengusaha, jika pegawainya memperoleh pendapatan yang memberi hak kepada mereka menerima subsidi pemerintah (yang sekarang bisa diperoleh siapa pun yang penghasilannya di bawah empat kali level kemiskinan). Daripada menanggung biaya premi untuk polis yang disetujui, pengusaha yang pintar bisa membayar denda karena tidak memberikan asuransi dan menaikkan gaji pegawai secukupnya, sehingga mereka punya uang tunai yang lebih besar untuk dibelanjakan setelah membeli polis asuransi yang disubsidi. Bahkan setelah dilakukannya kedua pembayaran, pengusaha bisa lebih untung secara finansial. Laporan berita media menunjukkan banyak pengusaha sudah mengambil langkah seperti ini.

Tapi bahaya paling besar yang mengancam kelanjutan Obamacare adalah banyak individu, yang tidak menerima asuransi dari pengusaha, akan memilih tidak mengasuransikan diri dan sebaliknya membayar denda sebesar 1 persen dari penghasilan (yang naik setelah 2015 menjadi 2,5 persen). Alternatif bagi individu-individu ini adalah menunggu dan tidak membeli asuransi sampai mereka jatuh sakit dan menghadapi tagihan medis yang besar.

Strategi menunggu ini masuk akal jika kondisi medisnya merupakan penyakit yang kronis, seperti diabetes atau kondisi yang memerlukan bedah, seperti kanker atau hernia. Dalam kasus-kasus seperti ini, individu bersangkutan bisa membeli asuransi setelah menerima diagnosis.

Tapi bagaimana dengan kondisi seperti serangan jantung atau cedera yang diderita dalam kecelakaan mobil? Dalam hal ini, individu bersangkutan tidak punya waktu untuk membeli asuransi kesehatan yang diberikan menurut undang-undang. Jika mereka tidak terasuransi sebelumnya, mereka akan menghadapi tagihan rumah sakit yang besar yang bisa menimbulkan kesulitan finansial atau bahkan menyebabkan mereka tidak menerima layanan yang diperlukan. Setiap orang yang menghadapi prospek seperti itu bisa memilih melepaskan strategi menunggu dan mengambil asuransi itu dengan segera.

Tapi perusahaan asuransi swasta bisa menyelesaikan persoalan ini dengan mengadakan suatu jenis baru asuransi darurat yang tidak perlu diambil sekarang dan yang memungkinkan individu bersangkutan memanfaatkan opsi menunggu. Asuransi semacam itu sudah mencakup biaya yang harus ditanggung seorang pasien setelah terjadinya peristiwa medis yang tidak memberikan lagi waktu baginya untuk membeli polis di bawah Obamacare. Asuransi darurat bisa juga mencakup biaya perawatan sampai masa pembelian asuransi pada akhir setiap tahun (jika tekanan politik tidak berujung pada dicabutnya hambatan sementara diperolehnya asuransi itu).

Jenis asuransi ini sangat berbeda dengan polis yang ada sekarang. Mengingat sangat terbatasnya lingkupan dan tidak bisa diprediksinya kondisi yang akan terjadi, premi untuk polis semacam itu sangat rendah. Ia tidak memenuhi persyaratan coverage yang diwajibkan Obamacare, sehingga memaksa individu-individu untuk membayar denda yang relatif kecil karena tidak terasuransi, dan menanggung biaya membeli polis sepenuhnya jika diperlukan kemudian. Tapi kombinasi asuransi darurat dan strategi menunggu masih lebih disukai secara finansial bagi banyak individu dan jumlahnya bertambah, sementara premi semakin tinggi.

Pengusaha dengan jumlah pegawai penuh waktu yang besar bisa menganjurkan perusahaan asuransi mereka sekarang ini untuk mengadakan polis darurat itu. Mereka bahkan bisa mengasuransikan sendiri risiko darurat bagi pegawainya.

Strategi menunggu bisa menyebabkan jumlah individu yang terasuransikan menurun cepat, sementara premi meningkat bagi mereka yang tetap tidak terasuransikan. Dalam skenario ini, terurainya Obamacare bisa berujung dilakukannya lagi tekanan politik dari kelompok kiri bagi terbentuknya sistem layanan kesehatan satu lapis model Eropa.

Tapi ia bisa juga membuka peluang bagi suatu program yang lebih baik, yaitu meniadakan subsidi pajak yang sangat mahal saat ini bagi asuransi yang dibiayai pengusaha dan menggunakan pendapatan yang dihemat itu untuk menyubsidi setiap orang guna membeli polis asuransi yang komprehensif dengan pembayaran bersama terkait dengan pendapatan. Restrukturisasi semacam ini akan serempak melindungi individu-individu, meningkatkan mobilisasi tenaga kerja, dan membantu mengendalikan biaya layanan kesehatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar