Selasa, 13 Februari 2018

Sekolah Politik Kader Parpol

Sekolah Politik Kader Parpol
Adi Prayitno  ;   Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia; 
Dosen Politik UIN Jakarta
                                           MEDIA INDONESIA, 12 Februari 2018



                                                           
POLITIK sejatinya tak melulu soal bagaimana merebut kekuasaan (how to get the power). Politik dalam wujudnya yang paling sempurna menyangkut persoalan yang jauh lebih substansial, yakni tentang membangun dan menata sebuah negara. Partai politik (parpol) sebagai institusi sah yang memproduksi calon pemimpin mestinya merekrut kader terbaik dengan bekal pendidikan politik memadai. Kader terbaik adalah mereka yang sengaja dipersiapkan parpol melalui serangkaian sekolah politik berjenjang guna menyampaikan narasi moral politik kepada khalayak ramai. Tujuan utamanya menyemai nilai demokrasi berkeadaban, membendung fitnah, dan memerangi hoaks yang tumbuh subur. Karena itu, setiap kader parpol merupakan calon pemimpin yang ditempa dengan matang.

Larry Diamond dan Richard Gunther (ed) dalam Political Parties and Democracy (2001) tiada henti mengingatkan parpol tentang pentingnya merekrut kader berkualitas yang dipersiapkan sebagai calon pemimpin masa depan. Dalam konteks inilah penting ditegaskan bahwa edukasi politik merupakan sarana menginternalisasi ideologi dan nilai humanis bagi setiap kader guna menciptakan tatahan hidup yang demokratis. Jika diringkas secara sederhana, baik-buruknya negara ini sangat tergantung bagaimana parpol melakukan kaderisasi dengan baik. Jika abai terhadap kualitas perkaderan, bisa dipastikan negara ini hanya akan dikelola pemimpin amatir yang gagap menghadapi tantangan politik di tengah fragmentasi rakyat yang ekstrem.

Di tengah hiruk pikuk politik yang kian pengap, publik perlu mengapresiasi parpol yang terus mengadakan sekolah politik demi meneguhkan basis kebangsaan sebagai bekal dalam berpolitik. Nilai luhur bangsa seperti mempertahankan NKRI, memegang teguh ideologi Pancasila, serta merawat kebinekaan disemai dalam sekolah politik.

Partai Nasional Demokrat (NasDem) merupakan salah satu parpol yang sedari awal istikamah mengadakan sekolah politik bagi setiap kader dari berbagai penjuru daerah. Sekolah politik yang diberi nama Akademi Bela Negara (ABN) ini lokus utamanya menginjeksi wawasan kebangsaan dan internalisasi ideologi partai, terutama soal objektivasi gerakan restorasi dengan menolak mahar politik, dana aspirasi, serta merombak ulang tatanan kebangsaan yang berkelok.

Percontohan

Sekolah politik NasDem yang familier disebut Akademi Bela Negara (ABN) NasDem layaknya sebuah oase di tengah gersangnya pemahaman soal arti penting wawasan kebangsan dalam politik. Edukasi politik semacam ini harus menjadi role model (percontohan) yang mesti dikloning parpol lainnya. Hanya melalui sekolah politik nilai-nilai kebangsaan mampu diinternalisasi sebagai bekal menjadi aktivis parpol yang civilized. Dalam konteks jangka panjang, kader terbaik parpol yang berkesempatan mengikuti sekolah politik nantinya dipersiapkan sebagai calon pemimpin masa depan yang populis, paham persoalan kebangsaan, berpihak pada ajaran humanisme universal, mengakui realitas pluralisme, dan menancapkan toleransi politik.

Pada tahap inilah ABN NasDem sangat relevan di tengah dahaga wawasan kebangsaan yang tercerabut. Polarisasi rakyat yang ekstrem memaksa semua parpol harus menyemai nilai luhur kebangsaan untuk merekatkan kohesivitas sosial yang tercabik. ABN NasDem menjadi satu model contoh sekolah politik guna melahirkan aktivis parpol yang mendahulukan kepentingan bangsa. Betul bahwa kemenangan menjadi tolok ukur utama keberhasilan kinerja parpol. Namun, menang kontestasi elektoral dengan cara beradab tentu jauh lebih terhormat. Apa guna menang kontestasi elektoral jika hanya mewariskan goresan luka mendalam tak berkesudahan seperti pilkada DKI Jakarta? Publik terfragmentasi ekstrem akibat intimidasi dan politisasi SARA. Akibatnya negara dirundung prahara yang menyedot habis energi anak bangsa.

Tentu saja bukan hanya NasDem yang memiliki akademi pendidikan politik, parpol lainnya pun memiliki sekolah politik serupa. Sebab itu, mari mulai tanamkan budaya politik beradab bagi setiap kader parpol guna menanam bibit demokrasi yang sehat. Kemajuan demokrasi bangsa ini menjadi tanggung jawab bersama semua parpol kons­testan pemilu. Oleh karena itu, ABN NasDem merupakan contoh ikhtiar yang berupaya melahirkan kader militan melalui kesadaran kolektif, pengetahuan mendasar, dan kemahiran membumikan fatsun politik yang berdab di level akar rumput, terutama menghadapi tahun politik yang tensinya kian memanas.

Sosialisasi politik

Pragmatisme parpol mere­duksi politik semata soal merebut kekuasaan. Tidak mengherankan jika sekolah politik yang menjadi bagian penting agenda sosialisasi politik sulit dilakukan. Di negara maju, sosialisasi politik termanifestasi sejak usia dini melalui ragam kanal mulai dari keluarga, sekolah, hingga lingkungan sosial yang lebih luas. Mereka terbiasa menjadikan politik sebagai sesuatu yang inheren dalam keseharian hidup.

Sosialisasi politik melahirkan masyarakat yang peduli terhadap persoalan politik kekinian (public attentive). Di Indonesia, sosialisasi politik sukar terwujud karena kesadaran politik yang rendah. Sebaliknya, publik hanya dijejali dengan praktik politik ‘jalan pintas’ zaman kegelapan seperti politik uang, intimidasi, dan mobilisasi isu SARA. Sebab itu, parpol menjadi satu-satunya institusi yang diharapkan mampu melakukan sosialisasi politik melalui serangkaian akademi pendidikan politik formal maupun nonformal. Itu pun tak semua parpol bersedia melakukan karena cenderung ‘bermain pendek’ yang menentukan kemenangan kontestasi elektoral dengan menghalalkan segala macam cara.

Sekolah politik NasDem mesti dimaknai sebagai ikhtiar menyosialisasikan politik guna mencetak politisi dan kader parpol jempolan yang mampu melawan gurita politik SARA, menghindari ujaran kebencian, serta menolak politik uang. Pada level ini, politik mesti dimaknai bukan panggung gelap tempat gladiator saling berkelahi berebut kemenangan, melainkan politik adalah media mewujudkan kebaikan bersama.

Ilmuwan politik mendefinisikan sosialisasi politik sebagai proses bagaimana individu sepanjang hidupnya belajar, membiasakan diri, menyerap nilai kebaikan, menyadap informasi, serta merekam opini masyarakat sehingga dapat membentuk pendapat, keyakinan, sikap, dan perilaku berpolitik.

Bagaimana seorang individu punya perhatian, tertarik atau tidak terhadap politik, sangat ditentukan sejauh mana individu mengalami sosialisasi politik. Jika individu terisolasi dari kehidupan sosial politik, bisa dipastikan hanya akan menjadi buih dalam politik. Sepanjang hidupnya ia akan terus teralienasi.

Di internal parpol, sosialisasi politik biasanya difokuskan untuk membentuk identitas partai (party ID), yakni perasaan dan eratan kohesitivitas untuk menjadi bagian penting dari parpol tertentu. Karena itu, baluran warna ideologi dan falsafah dasar perjuangan parpol cukup melekat pada setiap sanubari kader yang mesti dirawat integritasnya. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar